SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

10 November 2007

BRAIN WASHING (CUCI OTAK)

Demokrasi dalam artinya adalah usaha perubahan terus-menerus dari keadaan kurang baik menuju kearah perbaikan. Demokrasi berada dalam satu dimensi dengan humanisme, egalitarianisme, liberalisme, atau sebaliknya bahwa humanisme, leberalisme, adalah adanya proses demokratisasi yang intinya proses penegakan HAM dan Demokrasi akan timbulnya pengghargaan pada semua domensi universal itu.

Maka masa depan Papua tidak bisa tidak akan terus terjadi proses akulturasi dan inkulturasi dengan menyingkirkan paradigma lama yang bebungkus budaya lokal, atau campuran dari berbagai kekuatan antara lokal yang genuin dan yang baru atau nilai baru hasil proses transformasi sebagai unsur modernisme negatif adalah akan munculnya kebutuhan akan penegakan HAM dan demokrasi.

Untuk itu yang paling penting bagi kita adalah ada kesadaran bahwa susuatu yang berdimensi nilai selamanya berdimensi universal, yang berarti hasilnya muspra kalau ditampik kalau bukan caos. Nasionalisme adalah isme karena itu ia paham tertutup, bangsa-bangsa dunia modern kini telah mencampakkan unsur ini. Dengan menggejalanya isu globalisme tanpa sekat-sekat primordialisme.

Papua kedepan dalam formatnya yang ideal adalah upaya menerima proses penyatuan bersama dalam dimensi humanisme universal. Kita selalu siap, dan harus menjemput proses demokrasi ini, kalau mau maju dan merdeka. Karena sesungguhnya, demokrasi dalam artinya adalah proses dari keadaan kurang baik menuju kearah perbaikan terus-menerus, suatu proses peradaban manusia. Demokrasi, maka usaha terus menerus dari kenyataan keadaan penindasan, ketidak adilan, otoritarianisme, kolonialisme, kapitalisme menuju pembebasan hakiki, yakni merdeka.

Karena itu demokrasi, memang seperti dikatakan diatas, dalam satu dimensi dengan humanisme, egalitarianisme, liberalisme. Adapun kita, sebagai warga negara rakyat Papua, tentunya, terpaksa, siap tidak siap diperhadapkan dengan demokrasi dan HAM yang berdimensi universal ini. Karena masa depan Papua tidak bisa tidak akan terus terjadi proses akulturasi dan inkulturasi dengan menyingkirkan paradigma lama yang bebungkus budaya lokal, atau campuran dari berbagai kekuatan antara lokal yang genuin dan yang baru atau nilai baru hasil proses dialog (transformasi) sebagai unsur modernisme.

Yang paling penting bagi kita adalah ada kesadaran bahwa susuatu yang berdimensi nilai selamanya berdimensi universal, yang berarti hasilnya muspra kalau ditampik kalau bukan caos. Nasionalisme adalah isme karena itu ia paham tertutup, bangsa-bangsa dunia modern kini telah mencampakkan unsur ini. Dengan menggejalanya isu globalisme tanpa sekat-sekat primordialisme. Papua kedepan dalam formatnya yang ideal adalah upaya menerima proses penyatuan bersama dalam dimensi humanisme universal. Kita selalu siap, dan harus menjemput proses demokrasi ini, kalau mau maju dan merdeka.

Tidak ada komentar: