SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

10 November 2007

NEGERI KAMI TAK PERNAH DAMAI

NEGERI KAMI TAK PERNAH DAMAI.

Judul tulisan ini penulis terinspirasi oleh
coretan seorang Remaja Palestina, "Negeri Kami Tak
Pernah Damai". Demikian, ungkapan perasaan terdalam
seorang remaja Palestina, di Tepi Barat Yerussalem
di Negeri Israel.

Dalam akhir "Dunia Dalam Berita", di TVRI dalam
tahun 1990-an, pernah memberitakan dalam siarannya,
tentang sebuah tulisan, atau coretan di tembok,
berasal dari seorang remaja Palestina, yang tertera
ditepi jalan daerah itu, kemudian direkam oleh
wartawan asing yang kebetulan melintas di wilayah
itu.

Lalu wartawan ini tertegun melihat, suara hati
seorang anak remaja yang begitu mendalam, namun
tidak begitu jelas.

Kepada siapa sasaran dari relung hati terdalamnya
itu ditujukan anak remaja seusianya yang jarang
dilakukan orang dimanapun itu? Yang begitu mendapati
tanah air negerinya sedang kacau dan selalu perang?
Bahkan ia dan remaja seusianya di paksa dan terpaksa
harus berperang dan melawan dengan peralatan senjata
tak seimbang.

Ia dan kaumnya melakukan perlawanan, batu dan
ketapel adalah senjata perlawanan, remaja
Intifadhah, dan HAMAS vursus Israel dengan senjata
mutakhir, tank-tank dan senjata F16 nya. Siap
mengancam nyawa, disetiap saat, disetiap tempat, di
daerah pendudukan Israel (Palestina) jika ada
perlawanan rakyat Palestina.

Setiap remaja Palestina seusianya, yang harusnya,
kalau dinegeri lain asyik belajar dan menjalani
kehidupan penuh dengan cita-cita masa depan,
sebagaimana umumnya remaja lain dunia.

Namun yang ia dapati adalah suatu Negeri yang
terus kacau, berperang. Selalu ada darah, ada air
mata, ada suara isak tangisan, seorang ibu yang
kehilangan putranya oleh peluru tajam senjata
Israel.

Dimana-mana seluruh sudut Negeri, ada deru-deru
bunyi senjata yang kecam tanpa perikemanusian.
Adalah kenyataan senantiasa, yang didapati di negeri
yang ia cintai, dimana ia dilahirkan.

"Negeri Kami Tak Pernah Damai", (PALESTINA).
Demikian suara hatinya tanpa mengerti kenapa dirinya
tidak seperti layaknya remaja di negeri lain. Dan
kapan bisa damai kelak agar ia bisa hidup tanpa
semua itu. Dan agar ia dapat merencanakan hidup
kelak besar nanti.

Bunyi goresan tulisan di tembok tadi adalah suatu
ungkapan yang tidak begitu memerlukan jawab dan juga
tidak begitu jelas kepada siapa ditujukan, disini,
kita sangat tergugah. Juga termasuk oleh wartawan
asing yang kebetulan melintas dan merekam relung
hati terdalam remaja Palestina ini.

Tidak damai didapatinya disini, banyak orang
dibunuh, tanah dirampas orang lain, tanpa ujung
pangkal kapan usai semua ini, semua belum begitu
jelas baginya.

Malahan ia merasakan dan yang ada bahwa,"Negeri
Kami Tak Pernah Damai", yang bagi kita, terlalu
mendalam untuk difahami maksudnya. Apalagi untuk
dimengerti oleh seorang remaja, yang masih jujur,
tanpa dosa mendapati negeri leluhurnya penuh dengan
desingan bunyi peluru dan senjata berat, darah,
kematian setiap minggu, bahkan setiap hari
dilaluinya tanpa ia harus mengerti salahnya.

Namun lebih dari itu bagi kita kepada siapa
tulisan ini ditujukan, adalah suatu misteri lain
bagi manusia sampai hari ini, yang pasti kalimat
tulisan pendek ini memiliki makna yang sulit
dilihat, dalam konteks penderitaan manusia, yang
tidak di rasakan dan tidak dialami bangsa lain yang
telah bebas dan merdeka negerinya.

Makna terdalam kalimat ini ditujukan kepada yang
Maha Hadir, Yang Maha Meliputi, yang transendental,
yang tak terjangkau oleh akal manusia.

Makna terdalam tulisan ini sama seperti yang
dirasakan oleh mereka yang meminta suka politik di
negeri orang. Bukankah demikian yang terjadi pada
Remaja dan Mahasiswa di Papua saat ini?

Jangan tanya saya apa maksudnya dan hubungan
dengan permintaan suaka bagi anak negeri yang
tertindas dan terusir hanya semata-mata karena
mereka punya tanah, tiada lain, dan menyatakan ini
tanah air kami Bangsa Papua.

Namun ada cerita singkat; Bahwa : Suatu ketika,
Syekh Jalaluddin Ar-Rumi, dalam satu riwayat
menyebutkan Syekh Jalaluddin Ar-Rumi, memberikan
kuliah di suatu majelis halaqoh.

Dan riwayat lain menceriterakan Syekh, sedang
membimbing para mahasiswanya, di suatu perpustakaan
dengan berbagai kitabnya yang sangat lengkap.

Tiba-tiba, muncul seorang tua yang menampakkan,
bahwa ia adalah seorang udik yang sangat dekil dan
kotor. Menandakan ia berasal dari dusun yang tak
beradab.

Karena itu ketika ia tiba dipintu dan masuk dalam
ruang perpustakaan,untuk bergabung, ia diacuhkan
atau dibiarkan begitu saja.

Karena ia dianggap seorang badui yang pas lagi
lewat dan ingin mendapat makanan sisa dari para
mahasiswa majlis terhormat Syekh Jalaluddun.

Namun beberapa saat kemudian, begitu tiba-tiba,
tanpa diduga, ia bertanya pada Sang Pangajar, (Syekh
Jalaluddin Ar-Rumi), tentang apa nama kitab yang
terdapat di sudut lemari yang ada di ruangan itu.

Namun tidak demikian respont yang didapati, juteru
sebaliknya. Sang Guru tidak menjawab atau mengatakan
apa-apa untuk menjawab pertanyaan Sang Tua.

Karena orang seperti dirinya yang menunjukkan
kumuh dan tak terpelajar tidak akan faham apapun
yang akan dikatakan karena tidak bermanfaat dan juga
membuang-buang waktu saja. Namun Sang Tua,
menanyakan petanyaan sama kali ketiga, yang
sesungguhnya, sangat mengganggu Majlis terhormat.
Karena pesertanya dari berbagai negeri jauh yang
menunjukkan kelas elit.

Maka sambil lalu dan secara tidak serius ia jawab
ala kadarnya saja dengan jawaban; Engkau tidak akan
mengerti!

Demikian Jawaban yang diberikan Sang Guru
dihaloqoh itu. Jawaban demikian ini sangat
menyinggung perasaan si Tua yang lusuh ini. Tak lama
kemudian, tanpa pamit sebagaimana pada awal mula ia
hadir secara baik-baik di tempat itu.

Orang Tua yang lusuh dan udik ini beranjak pergi
meninggalkan Majlis tanpa kata-kata. Disaat itu juga
begitu tiba-tiba, buku yang ditunjuk dan diminta
sebutkan namanya oleh Sang Pengajar Halaqoh tadi,
terbakar begitu saja, membuat tidak mengerti Sang
Guru Halaqoh.

Lalu Sang Guru meminta Sang Tua, apa gerangan,
hingga ini tiba-tiba terbakar. Sambil berlalu dan
beranjak pergi meninggalkan tempat itu, Sang Tua,
dengan ucapan seperti juga jawaban Sang Guru, atas
pertanyaan Sang Tua,; Engkau tidak akan mengerti!

Ia meninggalkan majlis itu tanpa jelas kemana arah
yang dituju, membuat tidak percaya dan bingung tapi
juga tidak mengerti sang Guru Besar, (Syekh
Jalaluddin Ar-Rumi).

Maka dari sini, lahirlah Karya Buku, syair-syair
cinta, menandakan arti kerinduan mendalam Sang Guru
pada Sang Tua, yang sangat terkenal dan masyhur,
Jalaluddin Rumi, yakni Kitab; Syamsi At-Tabriz.

Karena syair-syair cintanya yang sangat dasyat,
mengharu-biru dan menderu-deru bagi hati yang
tertawan akan kerinduan pada keelokan dan kemolekan
Sang Kekasih Misterius.

Arti keindahan Syair Kitab Syamsi At-Tabriz, yang
mendalam menunnjukkan disini, kerinduan Sang Guru
Besar pada Sang Tua Misterius, yang dikemudian hari,
menjadi guru sang guru besar.

Banyak hikmah yang tidak pernah bisa kita mengerti
dibalik semua ini.

Wallaohu a'alam bishowab.

Tidak ada komentar: