SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

09 Januari 2008

KONFEDERASI PERANG SUKU DILEMBAH BALIM

Dalam sejarah kebuadayaan Jayawi Jaya, ada tiga kelompok kekerabatan suku. Sebenarnya tiga kekerabatan suku ini dari keturunan dan satu kesatuan suku dalam kebudayaan Jayawi Jaya. Ketiga suku kekerabatan itu adalah : Yali, Hugula dan Eliwaga.

Yali yang dimaksud adalah ; Kebudayaan Suku Dani bagian timur dan sekitarnya, sedangkan Hugula yang dimaksud adalah Lembah Baliem dan termasuk Mukoko dan Walesi. Jadi masih dalam satu kebudayaan Lembah Balim. Dalam perang suku antara walesi dan Wouma (nama lain suku Mukoko), Mukoko mempunyai aliansi dengan Kurima. Dan Walesi beraliansi dengan Suku Assolokowal.

Elesiwaga, Lani Barat adalah Kebudayaan Suku Dani di Bagian Barat Jayawi Jaya sampai di Paniai dan ada beberapa di PNG, demikian menurut pembagian dalam penuturan bahasa yang di klasifikasikan seorang ahli antropologi dari Amerika yang juga seorang Missionaris yang telah lama hidup, ditengah Suku Dani Wamena dan melakukan penelitian kebudayaan Jayawijaya dan Papua bernama Myron Bromley.

Mukoko : adalah nama sebutan konfederasi perang yang terdiri dari gabungan beberapa sub konfederasi perang yang bersatu dalam perang antar konfederasi perang berhadapan dengan Walesi dan lain musuh selainnya. Mukoko didalamnya ada clan misalnya : Asso-Matuan, Wuka-Hubi, Lagowan-Matuan, Itlay-Matuan dan Molama.

Antara Suku Mukoko dan Assolokowal dan Walesi menurut dulu-dulunya adalah dari satu keturunan dan masih bersaudara. Lebih jauh antara kekerabatan kebudayaan Jayawi jaya dimaksud adalah orang-orang masih satu keturunan dan tersebar berpencar oleh akibat perang suku.

Orang Walesi sebahagian masih satu keturunan dan sebahagian tanah di Walesi boleh jadi milik orang Mukoko atau sebaliknya Tanah di Kota Wamena atau di Wouma (Mukoko) adalah tanah miliknya orang Walesi. Tapi saya kira perang sendirilah yang telah memisahkan antar dua kelompok perang saudara dan lama-kelamaan menjadi musuh tapi banyak juga yang masih tetap menjaga hubungan kerabat itu walau mereka musuh perang.

Hal begini banyak tidak diketahui orang Indonesia dan apalagi TNI-POLRI, dari sisi kebudayaan orang Papua banyak yang buta, bagi orang Indonesia yang konon katanya mau membantu membangun Papua yang dititipkan Amerika padanya. Selama ini tidak satupun orang Indonesia apalagi tentara yang datang menjaga kedaulatan wilayah Indonesia di Papua sebagai bagian dari NKRI, belum pernah saya tahu dan lihat memiliki ahli, misalnya antropolog yang dapat secara baik mengenali orang Papua dari sisi kebudayaannya adalah kelemahan Indonesia.

Sering ada usaha memperhadap-hadapkan antar sesama suku di Papua, tapi sebagai apapun milisi buatan, sesungguhnya yang disadari orang Papua bukan kepentingan siapa, tapi sebagai semangat perang suku lama bisa saja diperhadap-hadapkan dan itu pada akhirnya di sadari bahwa Papua dan utamanya di Kebudayaan Jayawi Jaya adalaha satu kesatuan manusia yang tersebar pada pembagian tiga kekerabatan kebudayaan yang sudah disebut : Yali, Elesiwaga dan Hugula.

Karena itu, orang Lembah (Hugula), pada musim tertentu pergi merantau ke Elesiwaga selama beberapa bulan lamanya. Kebiasaan ini berlangsung sejak dulu hingga kini, demikian sebaliknya. Orang dari Yali juga datang ke Lembah Balim (Hugula), dan sebaliknya, adalah suatu kebiasaan sejak nenek moyang dulu hingga sekarang masih terus berlangsung. Mereka masih kerabat.

Banyak orang Wamena Barat (Elesiwaga) adalah orang Lembah yang lari dari perang antar konfederasi misalnya Mukoko dan Walesi, demikian juga dengan orang Wamena Timur (Yali), sebahagian penduduknya adalah orang Lembah Balim, yang pernah lari dari akibat perang suku masih masih kerabat itu.



http://ismail-asso.blogspot.com

Tidak ada komentar: