SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

09 Januari 2008

PESAN MORAL IYOPE ME

Kita sulit menyapa, bunyi suara ini dari arah
sebelah mana. Yang pasti suatu komentar canggih,
dari yang canggih menyebabkan kita sulit menentukan
arah, dari sebelah mana sanjungan ini. Bukan karena
komentator biasa, tapi suatu komentar yang menurut
kita sangat canggih, melibihi yang dikomentari.
Karena itu disini kita" agak" kurang enak, menjadi
malu, tapi juga sekaligus menjadi bangga. Padahal
tulisan yang dikomentari banyak mengandung
kekurangan yang tak terhitung jumlah banyaknya.

Justeru sebaliknya disini ingin kembali
mengomentari balik atas atas bait-bait puitisnya
yang menjadi lebih menarik untuk kita komentari
balik. Karena kita orang Papua dalam sistem
pendidikan jajahan yang biased cultur dan budaya
Indonesia, masih ada rekan Papua sebagaimana saudara
Iyopoo Mee, yang sanggup membahasakan dengan bahasa
yang sangat indah.

Menunjukkan kecanggihan komentar dan kemampuan
diatas rata-rata ini dimiliki oleh Saudara saya,
Bung Iyopoo Mee. Nilai estetika dalam komentarnya
atas tulisan Ismail Asso yang sangat kacau dan
lompat-lompat dalam ide penulisannya itu,
enunnjukkan suatu kemampuan tersendiri.


Karena itu disini saya berani mengatakan bahwa
kemampuan Saudara Iyopoo Mee diatas kemapanan
intelektualitas kita biasa. Kita kagum dan salut
padanya. Kemampuan demikian itu menjadi nyata dan ia
telah mempertunjukkan kepada kita dalam komentarnya
atas tulisan Ismail Asso yang sederhana itu.


Komentar yang canggih seperti ini dan yang itu
tidak memungkinkan semua kita. Tapi ia mampu
mengexpresikan suatu tingkat inteletual sebagaimana
yang diperlihatkan pada kita semua.


Komentar yang didalamnya penuh dengan nuansa
sastra mengingatkan saya pada Gunawan Muhammad, yang
pernah menulis dengan sangat indah tapi banyak
mengandung pesan-pesan moral, sembari
me-reintrepretasi pengantar buku karya Nurcholis
Madjid yang berjudul : "Pintu-Pintu Menuju Tuhan"
yang diterberbitkan oleh Yayasan Paramadina pada
edisi kedua kalinya.


Kita diingatkan dalam pesan moralnya Iyopoo Mee,
yang menulis dalam tanda petik sembari
mempertanyakan komitmen kita pada perjuangan.
"Bukankah "suci" paradigma orang Papua Barat terapan
Neo-Kolonialisme NKRI?.


Dalam nada pertanyaan, ia menyatakan ini. Apa yang
dimaksudkannya tidak begitu jelas bagi kita. Tapi
kita mulai mengerti bahwa ia mengatakan bahwa
perjuangan Papua "kayaknya" ada yang diintervensi
dan dibuat sebagai susupan dari luar. Dan hal itu
diikuti segelintir elit Papua dengan janji-janji
tertentu. Kepada segelintir orang Papua itu
difasilitasi dengan fasilitas tertentu dan jabatan
tertentu.


Selanjutnya kita orang-orang Papua, tidak
memperjuangkan Papua Merdeka secara sesungguhnya,
tapi katanya hanya membangun egoisme, cari nama,
gila pujian dengan membiarkan persatuan dan
persaudaraan antar sesama pejuang Papua sebagai
akibat utama perpecahan gerakan perjuangan dengan
kata-kata di bawa ini :


Atas nama "pembangunan AKU" mereka melepas "cinta".



Akiabat yang terjadi adalah hilangnya rasa saling
menghargai, saling melindungi dan menjaga antar
sesama pejuang Papua. ia menyebutnya dengan 'Putus
cinta'. Putus hubungan kesatuan dan persatuan antar
sesama masyarkat Papua. Sehingga harapan papua
merdeka menjadi harapan belaka. Hanya sebagai
mimpi-mimpi indah bagi rakyat kecil. Sebab ketiadaan
kesatuan dan persatuan para pemimpin menyebabkan
Papua Merdeka hanya menjadi mimpi.



"Putus Cinta" sebab rentetan "uthopis" langka
perjuangan.


Ketiadaan saling menghormati antar pejuang menjadi
suli mewujudkan Papua merdeka yang sesungguhnya
sudah didepan mata. Hal mana demikian itu pernah
diwujudkan dalam kongres Papua ke II. Semua sebab
keretakan oleh akibat ketiadaan saling menghormati
dan mencari nama para elit pejuang Papua merdeka
adalah kenyataan kelemahan saayt ini menjadi nyata.


Maka, benarlah kemiskinan "penghargaan itu".
Karena Siapa? Yah..., tidak lain adalah "saya". Saya
yang tetap bertahan dengan akal kebodohon. Akal yang
meng-kuasai otak, ulah hitungan "harga" yang HARUS
diterima. Itukah rakyat PB?, itukah Pejuangan PB?."


Oleh siapa semua ini, tapi ia menulisnya dengan
kata 'Karena Siapa', dijawabnya sendiri, Iyopoo Mee,
oleh 'Saya'. Saya atau egoisme, membangga-banggakan
diri, Papua Merdeka kalau bukan saya tidak bisa atau
saya yang paling bisa membuat Papua merdeka. Segala
tengek bengek egoisme dinyatakannya dalam bentuk
puitis, menjadi mendalam dan indah untuk kita
membacanya.


Hal demikian dan kemampuan bagus dengan bahasa
indah dimiliki Tuan Iyoope Mee. Ada beberapa hal
yang penting di cermati oleh kita atas komentar
Iyopoo Mee, yang mengandung pendidikan etika
sekaligus estetika antara lain adalah :


Pertama; Antar sesama Pejuang Papua , tidak bisa
tidak, tapi penting untuk saling menghargai antar
sesama "anak-anak Papua" . Pesan intrinsik yang
disampaikannya sebagai usulan sampingan tetapi,
paling utama, dari isi pesannya adalah dengan
mematikan egoisme, atau gila hormat.


Kedua; Dengan adanya egoisme dan tidak saling
hargai, maka orang-orang Papua, para pejuangnya
mudah pecah, bentrok kepentingan, oleh akibat
hegemoni kapitalisme. Sehingga dalam perjuangan
Papua yang mendominasi adalah bukan tujuan tetapi
harapan mendapatkan apa.


Ketiga; Sehingga kita selalu terjebak pada
kepentingan, yang sesungguhnya itu, adalah
kepentingan asing. Akibatnya kita mudah
dipecah-belah oleh musuh, dan kita khirnya mau juga
hanyut didalamnya.


Kempat; Orang Papua harus kembali merumuskan
gerakan Perjuangan Papua Merdeka dengan berbagai
pendekatan, terutama mencari formulasi tepat dan hal
ini kalau kita selalu merenung, merefleksi. Mungkin
yang dimaksudkannya adalah pendekatan gerakan
perjuangan dengan gerakan intelektual.


Pujian patut kita sampaikan pada Iyopoo Mee, agar
perpecahan yang diakibatkan oleh dominasi
kepentingan kapitalisme dan kolonialisme dapat
terhindar bagi tokoh-tokoh Papua. Karena itu hanya
memalingkan tujuan murni yakni kewajiban berjuang
membela tanah Air Papua.


Pesannya ini memiliki relevansi kondisi obyektif
yang kini kita hadapi. Bagi para tokoh Papua jangan
kalian menjual Papua kepada kepentingan orang-orang
asing. Tapi bersatulah kalian semua agar kita
membebaskan diri dari penjajahan.


Iyopoo Mee mengakhiri pesan komentarnya itu dengan
kembali membuka hubungan antar sesama pejuang Papua,
misalnya antara sayap TPN/OPM di satu sisi dan
PDP/DAP dipihak lain dengan saling mengakui
eksistensiya. Tapi agaknya ia lebih menaruh harapan
untuk bertemu untuk saling menyapa kembali antar
sesama pejuang Papua


Demikian kita pahami dari komentar Iyopoo Mee yang
sarat nilai dengan pendidikan bagi kita semua,
Gerakan Perjuangan Menuju Papua Merdeka, terutama
dari aspek politic education, isi pesannya sangat
relevant kondisi papua kekinian kalau kita mau
belajar menghargai teman sesama pejuang Papua.
iyopoo mee wrote:
Wa..wa..!!
Amanai..!!


Sangat menarik membaca reportase padat, jelas dan
lugas dibawah ini. Walau kerap kita hanya bertatap
hati lewat milist ini, namun "siapa" pribadi Ismail
Asso semakin menjelaskan saya dan patut saya acung
jempol. Rasa apresiasi saya khususkan saat tulisan
berarti seputar aktifitas "West Papua Independece
Day" dan penghargaan terhadap setiap anak negeri
Papua Barat ketika hari ini terjadi terjadi
kemiskinan "PENGHARGAAN" terhadap abdi luhur pejuang
Papua Merdeka oleh rakyat Papua Barat di Tanah Air
maupun diluar.


Benar, orang Papua Barat usang terhadap perjuang.
Dibawah kontrol "tali kehidupan" oleh penguasa
neo-kolonialisme NKRI, mereka bahkan tidak tahu,
disana, di seberang pulau, benua, masih terdengar
-bahkan semakin "gila"- "suara-suara serak" yang
tetap bergeming mengakhiri "tirai". Hingga, bagi
sebagian "sitisen" Papua -PAPINDO, gerombolanan
jalanan kota mentropolitan Penjajah, Puitis jalanan,
penggagas revolusi PB, dan pemikir muthakir adalah
aksi kurang waras alias "stegi". Apakah sa mengarang
cerita? Tidak.


Bukankah "suci" paradigma orang Papua Barat
terapan Neo-Kolonialisme NKRI?. Atas nama
"pembangunan AKU" mereka melepas "cinta". "Putus
Cinta" sebab rentetan "uthopis" langka perjuangan.
Maka, benarlah kemiskinan "penghargaan itu". Karena
Siapa? Yah..., tidak lain adalah "saya". Saya yang
tetap bertahan dengan akal kebodohon. Akal yang
meng-kuasai otak, ulah hitungan "harga" yang HARUS
diterima. Itukah rakyat PB?, itukah Pejuangan PB?.


Kita musti membuka "ruang sunyi", melepas "prinsip
melankolis", menutup telinga dari desungan
"pembangunan" . Menyebar rasa, menyatu pikir,
mendengar bunyi gemuruh dalam renungan yang berkata:
"kita satu" dalam pandang dan kerja nyata.

"persatuan tanpa batas, perjuangan sampai menang"

Hormat Abang IA, harap bisa ketemu di JKT.

Vicky

PESAN MORAL Ismail Asso | 05/12/2006, 12:45
PESAN MORAL

Waa..wa..wa. . !!
Namiwa ..!!


KIta sulit menyapa, bunyi suara ini dari arah
sebelah mana. Yang pasti suatu komentar canggih,
dari yang canggih menyebabkan kita sulit menentukan
arah, dari sebelah mana sanjungan ini. Bukan karena
komentator biasa, tapi suatu komentar yang menurut
kita sangat canggih, melibihi yang dikomentari.
Karena itu disini kita" agak" kurang enak, menjadi
malu, tapi juga sekaligus menjadi bangga. Padahal
tulisan yang dikomentari banyak mengandung
kekurangan yang tak terhitung jumlah banyaknya.


Justeru sebaliknya disini ingin kembali
mengomentari balik atas atas bait-bait puitisnya
yang menjadi lebih menarik untuk kita komentari
balik. Karena kita orang Papua dalam sistem
pendidikan jajahan yang biased cultur dan budaya
Indonesia, masih ada rekan Papua sebagaimana saudara
Iyopoo Mee, yang sanggup membahasakan dengan bahasa
yang sangat indah.


Menunjukkan kecanggihan komentar dan kemampuan
diatas rata-rata ini dimiliki oleh Saudara saya,
Bung Iyopoo Mee. Nilai estetika dalam komentarnya
atas tulisan Ismail Asso yang sangat kacau dan
lompat-lompat dalam ide penulisannya itu,
menunnjukkan suatu kemampuan tersendiri.


Karena itu disini saya berani mengatakan bahwa
kemampuan Saudara Iyopoo Mee diatas kemapanan
intelektualitas kita biasa. Kita kagum dan salut
padanya. Kemampuan demikian itu menjadi nyata dan ia
telah mempertunjukkan kepada kita dalam komentarnya
atas tulisan Ismail Asso yang sederhana itu.


Komentar yang canggih seperti ini dan yang itu
tidak memungkinkan semua kita. Tapi ia mampu
mengexpresikan suatu tingkat inteletual sebagaimana
yang diperlihatkan pada kita semua.


Komentar yang didalamnya penuh dengan nuansa
sastra mengingatkan saya pada Gunawan Muhammad, yang
pernah menulis dengan sangat indah tapi banyak
mengandung pesan-pesan moral, sembari
me-reintrepretasi pengantar buku karya Nurcholis
Madjid yang berjudul : "Pintu-Pintu Menuju Tuhan"
yang diterberbitkan oleh Yayasan Paramadina pada
edisi kedua kalinya.


Kita diingatkan dalam pesan moralnya Iyopoo Mee,
yang menulis dalam tanda petik sembari
mempertanyakan komitmen kita pada perjuangan.


"Bukankah "suci" paradigma orang Papua Barat
terapan Neo-Kolonialisme NKRI?.


Dalam nada pertanyaan, ia menyatakan ini. Apa yang
dimaksudkannya tidak begitu jelas bagi kita. Tapi
kita mulai mengerti bahwa ia mengatakan bahwa
perjuangan Papua "kayaknya" ada yang diintervensi
dan dibuat sebagai susupan dari luar. Dan hal itu
diikuti segelintir elit Papua dengan janji-janji
tertentu. Kepada segelintir orang Papua itu
difasilitasi dengan fasilitas tertentu dan jabatan
tertentu.


Selanjutnya kita orang-orang Papua, tidak
memperjuangkan Papua Merdeka secara sesungguhnya,
tapi katanya hanya membangun egoisme, cari nama,
gila pujian dengan membiarkan persatuan dan
persaudaraan antar sesama pejuang Papua sebagai
akibat utama perpecahan gerakan perjuangan dengan
kata-kata di bawa ini :


Atas nama "pembangunan AKU" mereka melepas
"cinta".


Akiabat yang terjadi adalah hilangnya rasa saling
menghargai, saling melindungi dan menjaga antar
sesama pejuang Papua. ia menyebutnya dengan 'Putus
cinta'. Putus hubungan kesatuan dan persatuan antar
sesama masyarkat Papua. Sehingga harapan papua
merdeka menjadi harapan belaka. Hanya sebagai
mimpi-mimpi indah bagi rakyat kecil. Sebab ketiadaan
kesatuan dan persatuan para pemimpin menyebabkan
Papua Merdeka hanya menjadi mimpi.


"Putus Cinta" sebab rentetan "uthopis" langka
perjuangan.


Ketiadaan saling menghormati antar pejuang menjadi
suli mewujudkan Papua merdeka yang sesungguhnya
sudah didepan mata. Hal mana demikian itu pernah
diwujudkan dalam kongres Papua ke II. Semua sebab
keretakan oleh akibat ketiadaan saling menghormati
dan mencari nama para elit pejuang Papua merdeka
adalah kenyataan kelemahan saayt ini menjadi nyata.


Maka, benarlah kemiskinan "penghargaan itu".
Karena Siapa? Yah..., tidak lain adalah "saya". Saya
yang tetap bertahan dengan akal kebodohon. Akal yang
meng-kuasai otak, ulah hitungan "harga" yang HARUS
diterima. Itukah rakyat PB?, itukah Pejuangan PB?."


Oleh siapa semua ini, tapi ia menulisnya dengan
kata 'Karena Siapa', dijawabnya sendiri, Iyopoo Mee,
oleh 'Saya'. Saya atau egoisme, membangga-banggakan
diri, Papua Merdeka kalau bukan saya tidak bisa atau
saya yang paling bisa membuat Papua merdeka. Segala
tengek bengek egoisme dinyatakannya dalam bentuk
puitis, menjadi mendalam dan indah untuk kita
membacanya.


Hal demikian dan kemampuan bagus dengan bahasa
indah dimiliki Tuan Iyoope Mee. Ada beberapa hal
yang penting di cermati oleh kita atas komentar
Iyopoo Mee, yang mengandung pendidikan etika
sekaligus estetika antara lain adalah :


Pertama; Antar sesama Pejuang Papua , tidak bisa
tidak, tapi penting untuk saling menghargai antar
sesama "anak-anak Papua" . Pesan intrinsik yang
disampaikannya sebagai usulan sampingan tetapi,
paling utama, dari isi pesannya adalah dengan
mematikan egoisme, atau gila hormat.


Kedua; Dengan adanya egoisme dan tidak saling
hargai, maka orang-orang Papua, para pejuangnya
mudah pecah, bentrok kepentingan, oleh akibat
hegemoni kapitalisme. Sehingga dalam perjuangan
Papua yang mendominasi adalah bukan tujuan tetapi
harapan mendapatkan apa.


Ketiga; Sehingga kita selalu terjebak pada
kepentingan, yang sesungguhnya itu, adalah
kepentingan asing. Akibatnya kita mudah
dipecah-belah oleh musuh, dan kita khirnya mau juga
hanyut didalamnya.


Kempat; Orang Papua harus kembali merumuskan
gerakan Perjuangan Papua Merdeka dengan berbagai
pendekatan, terutama mencari formulasi tepat dan hal
ini kalau kita selalu merenung, merefleksi. Mungkin
yang dimaksudkannya adalah pendekatan gerakan
perjuangan dengan gerakan intelektual.


Pujian patut kita sampaikan pada Iyopoo Mee, agar
perpecahan yang diakibatkan oleh dominasi
kepentingan kapitalisme dan kolonialisme dapat
terhindar bagi tokoh-tokoh Papua. Karena itu hanya
memalingkan tujuan murni yakni kewajiban berjuang
membela tanah Air Papua.


Pesannya ini memiliki relevansi kondisi obyektif
yang kini kita hadapi. Bagi para tokoh Papua jangan
kalian menjual Papua kepada kepentingan orang-orang
asing. Tapi bersatulah kalian semua agar kita
membebaskan diri dari penjajahan.


Iyopoo Mee mengakhiri pesan komentarnya itu dengan
kembali membuka hubungan antar sesama pejuang Papua,
misalnya antara sayap TPN/OPM di satu sisi dan
PDP/DAP dipihak lain dengan saling mengakui
eksistensiya. Tapi agaknya ia lebih menaruh harapan
untuk bertemu untuk saling menyapa kembali antar
sesama pejuang Papua


Dekian kita pahami dari komentar Iyopoo Mee yang
sarat nilai pendidikan bagi kita semua, Gerakan
Perjuangan Menuju Papua Merdeka, terutama dari aspek
politic education, isi pesannya sangat relevant
kondisi papua kekinian kalau kita mau belajar
menghargai teman sesama pejuang Papua.
iyopoo mee wrote:
Wa..wa..!!
Amanai..!!


Sangat menarik membaca reportase padat, jelas dan
lugas dibawah ini. Walau kerap kita hanya bertatap
hati lewat milist ini, namun "siapa" pribadi Ismail
Asso semakin menjelaskan saya dan patut saya acung
jempol. Rasa apresiasi saya khususkan saat tulisan
berarti seputar aktifitas "West Papua Independece
Day" dan penghargaan terhadap setiap anak negeri
Papua Barat ketika hari ini terjadi terjadi
kemiskinan "PENGHARGAAN" terhadap abdi luhur pejuang
Papua Merdeka oleh rakyat Papua Barat di Tanah Air
maupun diluar.


Benar, orang Papua Barat usang terhadap perjuang.
Dibawah kontrol "tali kehidupan" oleh penguasa
neo-kolonialisme NKRI, mereka bahkan tidak tahu,
disana, di seberang pulau, benua, masih terdengar
-bahkan semakin "gila"- "suara-suara serak" yang
tetap bergeming mengakhiri "tirai". Hingga, bagi
sebagian "sitisen" Papua -PAPINDO, gerombolanan
jalanan kota mentropolitan Penjajah, Puitis jalanan,
penggagas revolusi PB, dan pemikir muthakir adalah
aksi kurang waras alias "stegi". Apakah sa mengarang
cerita? Tidak.


Bukankah "suci" paradigma orang Papua Barat
terapan Neo-Kolonialisme NKRI?. Atas nama
"pembangunan AKU" mereka melepas "cinta". "Putus
Cinta" sebab rentetan "uthopis" langka perjuangan.
Maka, benarlah kemiskinan "penghargaan itu". Karena
Siapa? Yah..., tidak lain adalah "saya". Saya yang
tetap bertahan dengan akal kebodohon. Akal yang
meng-kuasai otak, ulah hitungan "harga" yang HARUS
diterima. Itukah rakyat PB?, itukah Pejuangan PB?.


Kita musti membuka "ruang sunyi", melepas "prinsip
melankolis", menutup telinga dari desungan
"pembangunan" . Menyebar rasa, menyatu pikir,
mendengar bunyi gemuruh dalam renungan yang berkata:
"kita satu" dalam pandang dan kerja nyata.


"persatuan tanpa batas, perjuangan sampai menang"


Hormat Abang IA, harap bisa ketemu di JKT.

Vicky


KEMERDEKAAN PAPUA HANYA SOAL WAKTU Ismail Asso |
05/12/2006, 03:23


Adalah Tuan Andy Ayamiseba, seorang tokoh Utama
Papua Merdeka di pengasingannya yang di Vortvila,
Vanuatu, dengan lantang dan sangat berani
menyatakan; Kemerdekaan Papua Barat, bukan soal
"pertanyaan" tapi "masalah waktu saja".


Hal ini dinyatakannya dalam memperingati hari
ulang tahun, Kemerdekaan Papua Barat, yang jatuh
pada tanggal 1 Desember 2006 ini. Karena pada saat
bersamaan; Bintang kejora, bendera kebangsaan
Nasional Papua, tidak berkibar di tanah kelahirannya
tapi justeru berkibar diseluruh dunia Internasional.
Sebagaimana hal ini dinyatakannya dalam judul berita
berikut oleh Tuan Andy Ayamiseba bahwa :.




'Bintang Kejora dikibarkan di seluruh dunia
menandakan dukungan yang significant'.



Demikian judul berita harian terkemuka di negeri
itu memuat berita wawancara Tuan Andy Ayamiseba. Dan
memberitakannya pada tanggal 2 Desember 2006,
sesudah peringatan hari Proklamasi Papua Merdeka di
seluruh dunia secara serentak dan merata.
Ini menjadi penting bagi kita untuk memperhatikan.
Pada bagian lain ia mengingatkan, dengan menyatakan
bahwa; Kemerdekaan Papua Barat, usianya sudah 45
tahun telah di rampas oleh Indonesia.



"45 tahun umurnya, hidup dalam lumpur
kesenggsaraan, di tindas agar tidak dikenal oleh
bangsanya".



Hal ini untuk membuka mata dunia Internasional,
terutama negara-negara seperti Indonesia, Amerika
dan Belanda bahwa sudah sekian lama mereka
menerlantarkan Orang Papua dinegerinya sendiri tanpa
hak perlindungan apa-apa, terutama tanpa hak
menikmati hasil kekayaan alam yang luar biasa kaya
raya. Dan negara-negara dunia sudah sejak lama hanya
mengeruk harta kekayaan sajatan memperdulikan
penduduk, Orang Papua. Sebagaimana dalam kutipan
berikut ini.


"45 tahun umurnya, hidup dalam lumpur
kesengsaraan, ditindas agar tidak dikenal oleh
bangsanya".


Namun Indonesia diingatkan oleh beliau bahwa semua
usaha meredam aspirasi Papua merdeka itu sia-sia
belaka. Dan hal itu hanya untuk mematikan
nasionalisme Papua, yang sesungguhnya tidak akan
pernah berhasil. Karena Papua bukan soal pembangunan
atau apa tapi perbedaan identitas yang sangat jauh
berbeda dari identitas Indonesia. Karena itu semua
usaha Indonesia memepertahankan Papua sebagai bagian
NKRI, adalah akal-akalan yang tidak akan berhasil,
Sebab kemerdekaan bagi rakyat Papua sudah terpatri
disanubari hati yang paling dalam dimanapun mereka
berada.


Dalam peringatan 1 Desember 2006 di Tanah Papua
tidak ada upacara apapun untuk memperingati hari
kelahirannya. Karena hal di sebabkan oleh penjagaan
dan ancaman peluru tentara Indonesia yang siap
membunuh bagi siapa saja yang berani memperingati
HUT ke 45 Papua Merdeka. Karena ancaman dan
penjagaan aparat keamanan Indonesia ini tidak ada
peringatan hari kelahiran Papua Merdeka di Tanah
Papua sendiri. Tapi sebagaimana judul kutipan diatas
tadi bahwa :


'Bintang Kejora dikibarkan diseluruh Dunia
menandakan dukungan yang significant'.


Maka kita patut bangga dan berterimakasih kepada
para pejuang Papua di luar negeri. Mereka berhasil
mempengaruhi dan melobby sejumlah LSM dan pemerintah
negara -negara dunia. Terbukti hal ini dari dukungan
peringatan masing-masing negara dunia pada
peringatan Kemerdekaan Papua Barat pada 1 Desember
2006 kemarin.


Akhirnya Indonesia dan sekutu koloni dan
kapitalisnya patut berfikir ulang akan pendudukannya
di Papua Barat selama ini. Jika tidak sebgaimana
diingatkan oleh Tuan Andy Ayamiseba bahwa Papua soal
waktu dan Indonesia akan kecolongan waktu nanti.
Sebab kita tahu betul siapa Tuan Andy Ayamiseba dan
seakan ia yakin betul, tentang Papua Merdeka bagi
Papua soal waktu.


Beliau menyatakan demikian bukan tanpa alasan,
sebab dalam peringatan hari ulang tahun ke 45
Proklamasi Papua Merdeka di peringati disejumlah
negara Eropa dan Pasifik. Dalam kapasitasnya dan
perannya di forum internasional dalam membawa issu
Papua Merdeka kita tahu siapa dia, Tuan Andy
Ayamiseba. Karena itu kita bukan saja menjadi
percaya tapi juga bangga atas keberhasilannya bahwa
seakan ia yakin dan percaya betul tentang soal Papua
Merdeka hanyalah masalah waktu saja, demikian akhir
kutipan wawancara itu ia menyatakan:



"Kemerdekaan Papua Barat dewasa ini bukan lagi
merupakan suatu pertanyaan, melainkan adalah masalah
WAKTU saja".


Sengaja kita kutip kembali statemen secara utuh
sehingga kita mau mengerti apa maksud dan tujuannya
bahwa penulisan kata "waktu" menggunakan huruf
besar. Jika kalimat ini dinyatakan dengan, "Papua
Merdeka adalah Wajib", atau dengan kalimat lain
misalnya; "Papua Merdeka Harus", maka kalimat itu
mengandungg pengertian hanya memberikan semangat
kepada masyarakat Papua dimanapun mereka berada.


Tapi jika hal ini dinyatakannya dengan, hanya
"soal waktu", maka patut disyukuri dan menjadi
kebahagian bagi rakyat Papua Barat. Sebaliknya hal
itu menjadi ancaman serius bagi kepentingan konsep
negara NKRI-nya bangsa Idonesia. Kekhawatiran bagi
Indonesia untuk tidak lagi main-main menangani Papua
dan menganggapnya soal enteng. Karena itu bagi si
penjajah Indonesia jangan mengulur-ulur waktu lagi.
Karena kalau ada waktu dapat memberikan kesempatan
bagi Indonesia, untuk berfikir dan tetap mau
mengkolonisasi Papua Barat.


Tapi sebagaimana dalam kutipan diatas dengan
mengunakan huruf besar dalam penulisan kalimat
"waktu", ini pertanda alamat hari kiamat bagi
Indonesia untuk menuju arah ke api neraka. Karena
itu peringatan Tuan Andy Ayamiseba ini mengandung
makna samping lain yakni ancaman bahwa Papua sudah
segera akan Merdeka dengan dukungan dunia
Internasional.


Peringatan ini cukup beralasan dari seorang
politikus ulung Papua yang terpercaya. Karena itu
seharusnya bagi bangsa dan negara Indonesia harus
menjadi waspada, malah hendaknya, karena itu patut
bagi Jakarta kembali berfikir ulang sehingga menjadi
kewaspadaan (lebih tepat, kesadaran). Berbeda
misalnya jika kalimat peringatan Tuan Andy
Ayamiseba, membahasakannya dengan dua kalimat
terakhir, sehingga mengandung pengertian bahwa Papua
Barat belum sanggup, atau belum siap sebagaimana
alasan klasic Indonesia selama ini, karena Papua
masih terbelakang maka Indonesia harus ada disana
untuk memajukan Bangsa Papua.


Tetapi yang menyatakan stateman ini adalah tokoh
yang paling utama di luar negeri dan barisan orang
Papua pertama yang cukup terdidik. Tuan Andy
Ayamiseba yang cukup cerdik pandai merasa yakin
betul, bahwa Papua soal waktu. Dalam pernyataannya
ini beliau mengingatkan dunia, indonesia dan kita
semua untuk mempersiapkan diri menghadapi kenyataan
Papua melepaskan diri dari Indonesia untuk membangun
masa depannya sendiri hanyalah masalah waktu saja.


Bagi penulis menarik sekali untuk dikomentari
adalah penulisan kata "waktu". Disini ada pesan yang
secara intrinsik, mengandung arti lain, yang sulit
dimengerti oleh Indonesia, karena Indonesia dengan
otonomi khusus Papua dianggapnya sudah selesai dan
cukup aman. Tapi Tuan Andy Ayamiseba menyatakan,
Kemerdekaan Papua Barat, "soal waktu " sulit
dimengerti tapi paling penting dimengerti apa maksud
dan tujuan menulis "WAKTU" dengan huruf besar.


Dalam kutipan diatas Sang Juru bicara, Papua
Merdeka yang sangat diperhitungkan oleh Jakarta,
oleh akibat aktifitas politik lobbynya di dunia
Internasional yang selalu sukses itu. Mengingatkan
kita semua, karena itu kita masyarakat Papua merasa
bersyukur dan bahagia menyambutnya karena kita sudah
lama siap menerimanya.


Tuan Andy Ayamiseba tokoh nomor satu sayap gerakan
Papua Merdeka di pengasingannya yang cukup dikenal
oleh Jakarta, hingga selalu saja menyulitkan posisi
Indonesia sebagai negara penjajah Bangsa Papua
disini letaknya menarik untuk dikomentari oleh
penulis. Dan karenanya statemennya ini dapat
berakibat kebenaran yang akan kita hadapi dari
sekarang.


Tuan Andy Ayamiseba yang selalu tampil di forum
Internasional dalam kampanye Gerakan Papua Merdeka
dan berdomisili lama diluar negeri dan malang
melintang dalam diplomasi Papua Merdeka seakan
merasa yakin dan sebagai salah seorang juru bicara
di dunia Internasional tentang Gerakan Papua
Merdeka. Pernyataanya ini betul akan terbukni adanya
nanti.



KEBERHASILAN KAMPANYE DAN HUT KE 45 PAPUA BARAT
Ismail Asso | 04/12/2006, 07:19

Peringatan hari ulang tahun ke 45 Papua Merdeka
yang jatuh pada 1 Desember 2006, di peringati
diseluruh penjuru dunia dengan meriah. Hal ini
menunjukkan dukungan yang sangat significant bagi
pemisahan Papua untuk menentukan nasib dan masa
depan sendiri dari aneksasi Indonesia yang
dipaksakan selama ini. Dan ini menjadi bukti pula
dan penting artinya bagi kita, bahwa ada kemajuan
dari "anak-anak Papua" dalam melukakan kampanye
Papua Merdeka di sejumlah negara di benua Eropa dan
Pasifik Selatan.


Kesuksesan dan perestasi "anak-anak Papua", dalam
kampanye Papua Merdeka didunia Internasional
menunjukkan hasil tak terbantahkan lagi. Bahkan
bukti keberhasilan para pejuang Papua itu, dapat
kita ikuti dalam berbagai laporan dimilis ini,
misanya di Inggris dan Irlandia Utara. Disana ada
para pejuang Papua seperti Tuan Sem Karoba dan Benny
Wenda dan kawan-kawan lainnya.


Dalam peringatan HUT Papua Barat di Eropa
menunjukkan hasil yang cukup significant dengan
melibatkan massa LSM yang jumlahnya cukup banyak.
Itu berarti sosialisasi issu Papua Merdeka di Eropa
gencar di perjuangkan oleh kedua tokoh "anak koteka"
itu bersama kawan-kawannya menunjukkan hasil yang
tidak dapat dianggap enteng oleh Jakarta.


Tidak jauh berbeda dengan Eropa, di Pasifik
Selatan, negara-negara seperti utamanya Vanuatu,
Australia, New Zeland dan PNG, peringatan hari Ulang
Tahun ke 45 Papua Merdeka di meriahkan oleh warga
Papua yang bermukim lama di sana. Bersama LSM dan
simpatisan warga setempat Peringatan hari
Kemerdekaan Papua di peringati dengan berbagai cara.
Ada yang mengunakan atribut pakaian khas Papua, ada
yang menampilkan tarian Yospan dan lain-lain
kegiatan serimonial. Peringatan Kemerdekaan Bangsa
Papua Barat, diberbagai negara banyak dihadiri oleh
berbagai element baik pemerintah maupun LSM di
negara masing-masing.


Australia, Vanuatu, New Zeland, Fiji, PNG di
Pasifik, dan Belanda, Inggris, Irlandia Utara, Swis,
Swedia selama ini kita tahu dan dengar wakil Papua
ada disana. Negara-negara ini adalah negara yang
dalam acara HUT ke 45 Papua Barat memperingati
secara meriah dengan melibatkan banyak massa. Dan
negara-negara ini pula harapan kita tertuju akan
dukungannya di PBB dalam sidang tahunannya nanti.
Karena negara yang disebut diatas semua ini adalah
negara-negara sponsor yang selama ini memberi tempat
bagi Papua dan mendukung pemisahan Papua dari
pemerintah kolonialisme Indonesia.


Laporan yang kita terima dimilis ini oleh Tuan
Andy Ayamiseba, tokoh Nasionalis Pejuang Papua
Merdeka yang berdomisili di Vanuatu, menunjukkan
gelagat dukungan Kemerdekaan Papua Barat, disejumlah
negara diatas. Dan bentuk dukungan itu dengan adanya
warga serta sebahagian aparat pemerintah lebih-lebih
LSM dengan menghadiri hari ulang tahun Papua Merdeka
dimasing-masing negara.


Ulang tahun Papua Merdeka, dimeriahkan oleh warga
Papua yang bermukim di sana bersama-sama dengan
warga penduduk setempat di berbagai negara baik di
Eropa maupun Australia dan utamanya di negara-negara
Pasifiki Selatan, seperti Vanuatu sebuah negara
kepulauan Pasifik, dimana seorang wakil pejuang
Papua Merdeka, yang paling utama dan dianggap paling
berhasil, Tuan Andy Ayamiseba bermarkas.


Bahkan di Vanuatu lebih meriah dengan penempilan
tarian Papua sebagaimana laporannya dalam berita
gambar (terlampir berikut ini). Di Vanuatu, negara
tetangga dan serumpun kita, selama ini kita tahu
bahwa perwakilan atau kedutaan besar negara Papua
Barat secara resmi diberikan oleh pemerintah. Hal
ini menunjukkan keberhasilan wakil Papua di negara
kepulauan itu menjadi kebanggaan tersendiri, bagi
kita bangsa Papua Barat.


Oleh sebab itu kita patut bersyukur dan
berterimakasih kepada pemerintah dan rakyat Vanuatu
dan terutama kita salut dan bangga pada wakil Papua
di Vanuatu, Tuan Andy Ayamiseba dan kawan-kawannya
yang berdomisili di negeri itu. Karena kita tahu
bahwa perwakilan resmi Papua Barat difasilitasi oleh
pemerintahan negara itu berkat lobby Para Pejuang
Papua Merdeka kepada rakyat dan pemerintah disana .


Negara Vanuatu pula salah seorang wakilnya di PBB,
berbicara tegas dan lantang untuk pemisahan Papua
dari Indonesia, untuk menentukan nasib dan masa
depannya sendiri. Kita salut dan bangga pada negara
Vanuatu dan para wakil Papua di negeri itu, terutama
Tuan Andy Ayamiseba, karena perwakilan resmi negara
Papua Barat paling pertama pernah ada dimuka bumi di
negara serumpun kita itu.


Dari berbagai laporan peliputan media menunjukkan,
peringatan hari ulang tahun Papua merdeka,
dimeriahkan dengan berbagai atraksi seni dan budaya
Papua. Seperti seni tarian indah Papua (Yospan),
dengan atribut khas sebagai lambang seni-budaya
papua, dipertunjukkan oleh masyarakat Papua
perantauan diberbagai negara, pada peringatan ulang
tahun kemerdekaan Papua yang jatuh pada tanggal 1
Desember 2006 itu.


Hal ini pertanda kampanye Papua Merdeka oleh para
pejuang Papua Merdeka yang melakukan lobby di dunia
internasional menunjukkan keberhasilan yang cukup
berarti bagi masa depan Papua menentukan nasib
sendiri.


Berbeda dengan diluar negeri, ditanah airnya
sendiri, Tanah Papua, HUT KE - 45 Proklamasi
Kemerdekaan Papua Barat, tidak diperingati
sebagaimana peringatan sama dilakukan diberbagai
Negara Eropa dan Pasifik. Tidak ada acara peringatan
hari yang paling bersejarah bagi hidup dan masa
depan kehidupan bangsa dan negara Papua Barat itu.
Hanya ada do'a bersama di makam Almarhum Theys Hiyo
Eluay, dan itupun hanya dihadiri segelintir orang
saja dari keluarga almarhum dan beberapa orang saja
terutama anggota Dewan Adat Papua (DAP).


Kita hanya mendengar ada bendera yang di kibarkan
pada pukul 05.00 pagi, dimana saat tidak ada
penjagaan ketat oleh aparat Militer Indonesia di
tiga kota Papua yakni Jayapura, Manukwari dan
Timika. Selebihnya ada intruksi Kapolda agar Thaha
Alhamid dan kawan-kawannya dari PDP/DAP, menghimbau
dan melarang keras pada Masyarakat Papua untuk tidak
memeringati apalagi menaikkan sesuatu apapun,
lebih-lebih bendera Bintang Kejora di samping
bendera Merah Putih. Kalau dapat siapapun dari orang
Papua tidak coba-coba mengibarkan Bintang Kejora di
Tanah Airnya sendiri di hari kelahirannya pada
tanggal 1 Desember 2006 itu.


Intruksi Kapolda kepada masyarakat papua sebagai
himbauan berkali-kali sejak bulan November yakni
satu bulan sebelumnya membuat rakyat Papua dipaksa
untuk mematuhi. Jika tidak, tembak ditempat dan
akibatnya kematian, tapi kalau ketahuan tidak
ditembak tapi dtitangkap di penjarah bertahun-tahun
sesudah disiksa terlebih dahulu. Pesan yang
diteruskan oleh Kapolda Papua Paulus Waterpaw dari
Jakarta dapat diteruskannya kepada Rakyat dan Bangsa
Papua.


Rakyat Papua bukan terpaksa tapi di paksa untuk
tidak mengibarkan bendera Bintang Kejora, sebagai
lambang kebangsaan sekaligus kebanggaan mereka.
Rakyat Papua untuk selanjutnya hanya punya hari
proklamasi kemerdekaan bukan 1 Desember 1961 tapi 17
Agustus 1945. Kemerdekaan mereka dibuat agar
dilupakan dan mereka di paksa dan terpaksa
menghormati Merah putih setiap upacara dikantor
setiap pagi dan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945
saja, lain dari itu tidak boleh.


Dibawah tekanan dan ancaman pembunuhan seperti ini
kita dapat mengerti mengapa di tanah Papua sendiri
tidak diperingati sebagaimana peringatan di negara
lain oleh orang Papua dipengasingannya semeriah
mungkin sebagaimana tidak semeriah atau apalagi
tidak sama sekali karena di bayang-bayangi ancaman
kematian bagi yang melanngarnya menjadi alasan masuk
akal, bahwa kenyataannya di Papua secara terbuka tidak ada peringatan hari ulang tahun ke 45 Proklamasi Papua Merdeka.

http://ismail-asso.blogspot.com

Tidak ada komentar: