SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

28 Juni 2009

ESENSI HAJI III




Bismillaahirrahmaanirrahiim.



MENGGALI DAN MENYOROT ESENSI HAJI
III
hsndwsp
Acheh - Sumatra

BAL'AM MERUPAKAN MAKHLUK YANG PALING BERBAHAYA BAGI KEMANUSIAAN





BAL'AM MERUPAKAN MAKHLUK YANG PALING BERBAHAYA BAGI KEMANUSIAAN

6. Mina
 "Guruku telah mengajariku" (Afala ta`qilun? Afala yatazakkarun?). Engkau telah wuquf di Masy'ar satu malam penuh. Sekarang patuhilah aba-aba Matahari! Kendatipun pasukan jihad sekarang berada dalam keadaan standby di pintu gerbang Mina, janganlah engkau buat penyerangan sebelum Matahari menampakkan dirinya di ufuk timur. Namun demikian engkau harus benar-benar dalam keadaan siaga penuh. Kokanglah senjatamu, tapi jangan kau tembak dulu. Dengarlah aba-aba Matahari. Matahari apakah itu? Matahari 10 Zulhijjah. Kini engkau benar-benar berada di pintu gerbang Mina, namun disaat engkau hendak menyerang, tiba-tiba dihadang oleh pasukan musuh secara telak. Bendungan raksasa hitam itu membuat pasukan engkau takberdaya.

 Dimedan tempur mana saja di dunia ini, kalah dan menang dipergilirkan. Namun kalau engkau sudah benar-benar siap karena Allah semata-mata, engkau pasti menang. Mana ada bendungan yang tak akan bobol, kalau engkau telah memiliki "kesadaran Masy'arulharam". Namun kali ini bendungan yang menghadang engkau benar-benar membuat pasukanmu terhenti total. Bendungan apakah gerangan itu? Bendungan malam nan kelam. Oleh sebab itu tunggulah kekuatan "sinar leser" yang akan membobolkan bendungan hitam tersebut. "Katakanlah (hai Muhammad), aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dari kejahatan makhluknya, dan dari kejahatan malam manakala telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang-orang yang dengki, ketika beraksi" (QS.113;1-5). Ayat-ayat tersebut diatas mengingatkan kamu agar berhati-hati di dalam kegelapan, boleh jadi temanmu sendiri terjerat dengan perangkap syaithan. Berwaspadalah kamu dan yakinlah bendungan musuh yang hitam pekat itu akan dibobolkan pasukan Matahari.Ya, Matahari-lah yang mampu membobolkan bendungan raksasa hitam itu.

 Sekarang lihatlah bagaimana Matahari 10 Zulhijjah menerobos lembah Mina, bersamaan dengan itu pasukan jihad pun bergerak cepat, secepat sinar matahari menelusuri celah-celah lembah Mina. Serangan pertama telah dimulai, namun apa yang kau saksikan? Aneh sekali. Sebelum engkau mengalahkan musuh, engkau telah merayakan kemenanganmu terlebih dahulu. Siapakah yang mampu memahami realita tersebut? Para Rasul, Imam-Imam, Ulama wa rasatul ambia`, Penyeru-Penyeru Kebenaran (Pendakwah Sejati), orang-orang mukmin sejati yaitu orang-orang yang benar Aqidahnya (Orang-orang suci). "Qur-an itu tidak akan disentuh kecuali orang-orang yang suci" (QS.56;79). Ya Allah betapa lugunya sebahagian orang-orang yang membaca tulisanku ini. Mereka tak mampu memahami pesan-pesan-Mu dalam Qur-an, (Afala ta`qilun ? Afala yatazakkarun?), sementara mereka membanggakan diri sebagai kaum Intelektual.

 Pada waktu subuh tanggal 10 Zulhijjah, engkau mendengar alunan suara azan yang dikumandangkan salah seorang yang mewakili pasukan jihadmu, bagaikan menelusuri celah-celah lembah Mina. Sementara pasukan berani mati, secepat kilat mengaturkan saf-safnya. Setelah selesainya shalat subuh, mereka merayakan kemenangannya. "Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illa Allahu wa Allahu akbar. Allahu akbar, wa lil Allahilham" Aidil Adha adalah hari kemenangan. Kemenangan apa? Siapa yang telah engkau kalahkan? Kapan engkau bertempur. Kapan engkau menyerang? "Afala ta`qilun? Afala yatazakkarun?"

 Memangnya engkau belum mengalahkan musuh, engkau juga belum bertempur. Namun apa artinya engkau mengalahkan musuh, apa artinya engkau bertempur kalau engkau tidak memulainya dari Arafah, lalu memasuki laboratorium kesadaran Masy'ar. Barulah serangan engkau berarti sekali ketika engkau telah mampu menerobos lembah Mina. Ketika nawaitumu sudah benar (Miqad), lalu engkau bertekat melaksanakan perintah Allah, Tuhanmu telah mencatat kebaikanmu, kemenanganmu.

 Ketika engkau dapat merealisasikan nawaitumu itu dalam aksi, kebaikanmu, kemenanganmu dicatat Allah sekali lagi. "Do you understand?" Karena pasukanmu telah memantapkan niatnya di Miqad, menjabat tangan kanan Allah di rumahNya (Baitullah), berperan sebagai muhajir abadi, tetangga Allah (kuburan Hajar di samping Ka'bah), beraksi sebagai Muslim sejati dari bukit Safa ke bukit Marwa, meraih ilmu pengetahuan yang benar di Arafah (Wuquf di Arafah), memasuki alam kesadaran sebagi pribadi Muslim Sejati (Wuquf di Masy'arulharam), menggempur musuh di lembah Mina.

 Sebelum engkau menggempur musuh, Allah memerintahkan kamu merayakan hari Kemenangan (hari raya Haji). Kinilah sa'atnya engkau merealisasikan nawaitumu. Siapakah yang akan engkau serang? Apakah engkau sekedar bergurau, melemparkan kerikil tanpa engkau hadirkan niat dan pemahamanmu yang benar? Makhluk model bagaimanakah yang bisa mematikan dengan kerikilmu itu? Bercandakah engkau? Jawabannya, "Tidak".

 Di lembah Mina ada tiga Berhala; 1) Jamaratul `Ula. 2) Jamaratul Wus`a dan yang ke 3) Jamaratul 'Aqaba. Ketiga-tiga bangunan yang berbentuk cicin besar itu, setahun sekali wajahnya dilapisi dengan cat putih. Namun kenapa engkau sebutkan berhala? Guruku telah memberitahukanku bahwa ketiga-tiga bangunan tersebut melambangkan tiga berhala. Berhala pertama sebagai simbolisasi dari Fir'aun, berhala kedua sebagai simbolisasi dari Karun sedangkan berhala yang ketiga sebagai simbolisasi dari Bal'am. Memang tepat sekali kalau kita mau berafala ta`qilun dan berafala yatazakkarun, kecuali Tuhan yang sesungguhnya, Allah, yang lain semuanya menggunakan format Trinitas. Objek yang mereka pertuhankan itu terdiri dari 3 entas. Entas anak, entas bunda dan entas bapa (Kristen). Entas Brahma, entas Wisynu dan entas Syiwa (Hindu). Api Arumananda, api Mazza dan api . . . . . . .(Majusi).

 Dan sekarang kita lihat lagi dalam realitanya tuhan orang-orang Jahiliah Moderen, yaitu entas Fir'aun, entas Karun dan entas Bal'am (tuhannya orang orang yang bersekongkol dalam System Thaghut despotic). Menurut 'Ali Syari'ati ada 4 tipe manusia yang berbahaya bagi kemanusian, khususnya bagi kaum mustadh'fin, yaitu Fir'aun, Hamman, Karun dan Bal'am. Fir'aun sosok pemimpin/Raja yang zalim, dalam sepakterjangnya berlagak Tuhan palsu. Hamman arsitek Fir'aun. Karun bendaharawan Fir'aun (Konglomerat-konglomerat atau Kapitalis-kapitalis), sedangkan Bal'am Bloor berlagak sebagai 'Ulama Palsu, sepak terjangnya meninabobokkan rakyat jelata untuk melanggengkan kekuasaan majikannya (Fir'aun) dan untuk itu dia mendapatkan "sedekah".

 Pada kesempatan yang lain Arsitek Ideology Islam yang mampu meluluh-lantakkan asumsi Barat yang sempat mempesonakan orang-orang Timur ini, juga mengatakan bahwa ada 4 golongan manusia yang rugi di akhirat kelak yang beliau simbolisasikan sebagai; "Anjing, Serigala, Tikus dan Domba". Anjing melambangkan pemimpin yang serakah dan tamak. Serigala melambangkan kakitangan pemimpin yang zalim, secara bergerombolan menganianya dan membunuh orang-orang yang berani melawan kebijakan pemerintah zalim ( baca tentara dan polisi). Tikus melambangkan koruptor-koruptor, pencuri berdasi dan berwibawa sekali ditengah-tengah rakyat jelata dan yang terakhir yang membuat kita seperti tak percaya, Domba. Bagaimana kah dia bisa disalahkan? Domba melambangkan kaum mustadh'fin yang bersedia bekerja sama dengan pemerintah zalim.

 Masih menurut Ali Syari'ati, bahwa penindas adalah Palu Godam, sedangkan orang-orang yang mau ditindas adalah Lempengan Besi. Pada saat palu godam beraksi yang bersedia menahannya adalah lempengan besi. Andaikata lempengan besi tidak bersedia menahannya, proses penindasan/penjajahan tidak akan ada existensinya, tidak akan pernah terjadi. Makanya penindasan tidak pernah terjadi di udara, palu godam akan berputar terus menerus di udara tanpa lempengan besi yang bersedia menahannya.

 Andaikata tak seorangpun dari bangsa Acheh - Sumatra yang memihak kepada sontoloyo-sontoloyo Jawa, sudah dulu Acheh Merdeka. Disitulah di uji mana yang Emas mana yang Tembaga, mana orang-orang yang benar Iman, Ideologinya dan mana orang-orang yang disimbolisasikan dengan domba-domba tadi.

 Wahai pasukan jihad! . . . . . . . Tembaklah Fir'aun yang mengatakan "Akulah tuhan" yang mengazab siapa saja yang berani menentangnya. Tembaklah Karun yang mengatakan "Akulah Pemilik Harta", dan menjauhkan kaum mustadh'afin dari pembendaharaan Dunia. Tembaklah Bal'am yang mengatakan "Akulah Pemilik Agama", dan meninabobokkan rakyat jelata dengan bisikan "Surga" dan "Sabar" ketelinga mereka.

 Fir'aun memberi legitimasi kepada Karun untuk merampok uang rakyat dengan cara korupsi, manipulasi dan monopoli ekonomi. Sedangkan Bal'am menuhankan Fir'aun, tidak akan pernah membantah apa saja kemauan Fir'aun walaupun menzalimi rakyatnya sendiri, bahkan senantiasa siap membela Fir'aun dengan mempelintirkan ayat-ayat Allah mana kala timbul protes dari orang-orang idealis. (Perhatikanlah sepakterjang Bal’am-bal’am di Indonesia sejak zaman Suharto sampai Yudhoyono sekarang ini, Iran zaman Shah Reza Palevi, Irak zaman Saddam, Mesir zaman Mubarrak, Libya zaman Gaddafi,  Tunisia zaman Ben Ali, Bahrain dan Yaman sampai hari ini).  Ketiga simbolisasi itu merupakan trinitas yang saling menguatkan satu sama lainnya. 

Di lembah Mina engkau hanya menyaksikan 3 berhala, sementara Hamman (arsitek Fir'aun) disatukan dengan Karun (Menteri keuangan plus Konglomerat). Orang awam bilang begini: "Kong kalingkong tutup mata raba kantong, gara-gara Kong rakyat melarat"

 Fir'aun memerintahkan Hamman untuk membuat sebuah kolam renang, biayanya disuruh ambil pada si Karun. Setelah selesai, wanita dan priapun asik berenang-renang dengan pakaian super ketat. Saat orang-orang idealis memperotesnya, Bal'am datang berlagak "Ulama" serta berfatwa: "Allah itu indah dan mencintai keindahan. Yang paling indah di dunia ini adalah perempuan, justeru itu biarkanlah mereka itu berenang-renang agar awet muda".

 Wahai pasukan jihad, kini engkau berhadapan dengan mereka di lembah Mina. Kerahkanlah segenap kekuatanmu untuk meluluh-lantakkan mereka supaya dunia ini benar-benar aman, bukan aman dipasung. Justeru itu dengarkanlah apa kata Ibrahim, bintang Revolusi yang berhasil meluluh-lantakkan kekuasaan Namrud: "Manakala engkau berhadapan dengan Fir'aun, abaikanlah dia buat sementara, manakala berhadapan dengan Karun, biarkan dia, namun begitu engkau berhadapan dengan Bal'am, tembakkan dia. Apakah engkau menembak kakinya? Bukan. Apakah engkau menembak badannya? Juga bukan. Apakah engkau menembak kepalanya? Benar. Tepat sekali tembakan engkau. Tembaklah Bal'am itu di kepalanya atau jantungnya. Untuk memastikan dia benar-bemar roboh, membutuhkan 7 kali tembakan, demikianlah menurut guru-guru yang bijak.

 Aneh sekali memang. Ketika jama'ah Haji melewati pintu gerbang Mina, musuh yang pertama ketemu adalah Fir'aun, lalu disusul oleh Karun, baru kemudian Bal'am yang terakhir sekali. Sedangkan serangan pada tanggal 10 Zulhijjah, khusus untuk melumpuhkan kekuatan Bal'am dan membiarkan Fir'aun dan Karun buat sementara. Mengapakah demikian? Allah, Tuhannya kaum mustadh'afin hendak menghentakkan pikiran kita untuk ber-afala ta'qilun dan berafala yatazakkarun. Sesungguhnya ketiga simbolisasi itu melambangkan tipe orang-orang berbahaya, namun yang paling berbaya adalah "Bal'am". Tahukah kamu, mengapa harus demikian? Lazimnya dalam suatu komunitas Islam, Ulama memiliki kharisma yang tinggi ditengah-tengah masyarakat. Kalau posisi Ulama di ambil alih oleh Bal'am dalam suatu negara, dapat dipastikan system Taghut despotic tersebut sukar sekali diruntuhkan. Tidak ada orang yang berani melawan setiap fatwa yang dikeluarkan Bal'am, yang disangka Ulama benaran.

 Ketika kepala negara/Raja menjalankan roda pemerintahannya dengan sewenang-wenang, menzalimi kaum dhu'afa, Bal'amlah yang membisikkan kata-kata surga dan sabar ketelinga rakyat jelata. Dengan cara demikianlah Bal`am membuat rakyat jelata terlena, sehingga tidak mampu lagi mengkritik kesewenang-wenangan pemerintah (Presiden/Raja), sementara setiap jajaran pegawai pemerintahan, apakah dia seorang Sarjana biasa, Doktor, Propessor tetap saja "menuhankan" atasannya, kendatipun mereka mengaku Tuhan itu satu di mulut mereka.

 Andaikata suatu hari atasannya mengatakan bahwa sekarang bukan siang tetapi malam, bawahannya langsung membenarkan, "Oi ya ya, tadi aku menyaksikan bulan dan bin . . .. . . .tang.". Di Mesjid-mesjid kebanyakan khatib berani mempelintirkan ayat-ayat Allah, demi menjaga kewibawaan Pemerintah. Masyarakat diarahkan untuk berdoa saja dalam menghadapi setiap bentuk kezaliman. Hadist palsu seperti: "Doa adalah senjata orang Mukmin" dipopulerkan di tengah-tengah komunitas kaum Muslimin. Kendatipun kezaliman sudah mencapai titik klimaknya, tetap saja tidak boleh dilawan sebab kepala pemerintahan/Raja masih melakukan Shalat. Oleh sebab itu kita diarahkan untuk melakukan "Do`a Tolakbala" dengan memperagakan telapak tangan dalam keadaan telungkup kebawah dan selesailah perkara mencegah kemungkaran. Demikianlah arahan Bal'am. Masya Allah.

 Sesungguhnya Bal'am itu merupakan penyakit yang paling berbahaya bagi kemanusiaan. Bahaya penyakit inilah yang di indikasikan dalam Qur'an Surah terakhir (An-Naas ; 1-6). Bahaya dalam surah Al-Falaq akan berakhir setelah mendapat serangan sinar Matahari, namun bahaya dalam surah An-Naas tidak akan pernah berakhir. Justeru itulah pada akhir dari pertunjukan akbar ini (baca Haji), dianjurkan untuk membahas hakikat dari Qur'an surah An-Naas pada konferensi Internasional paska Haji di Lembah Mina, di alam terbuka. Namun sayang sekali, konferensi seperti itu tidak akan pernah exist manakala Pertunjukan Akbar ini masih dikuasai oleh system Thaghut despotic sebagaimana kita saksikan sekarang ini.

 Bagaimana mungkin exisnya suatu Konferensi, sementara didalamnya dibahas strategy-strategy yang harus ditempuh oleh setiap jamaah Haji dalam meraih keberhasilannya sebagai Arsitek Revolusi, minimal bergabung dengan saudara-saudara mereka yang sedang ber Revolusi di negara asalnya masing-masing, sementara pengelola pertunjukan Haji sendiri adalah berhala yang engkau serang di Lembah Mina.

 Wahai pasukan jihad! . . . . . . . Kendatipun engkau telah berhasil merobohkan Bal'am, namun engkau tidak boleh lengah walau sedikitpun. Betapa sering dalam sejarah, suatu revolusi, memakan anak-anaknya sendiri, mengalami dekaden kembali hanya setelah satu generasi berlalu. Kuman-kuman yang telah lama terpendam dibawah tanah, akan muncul kembali kepermukaan. Kaum reaksioner yang pernah mengaku sebagai sahabatmu sendiri muncul secara serentak untuk bereaksi. . . . . . . .Engkau telah melumpuhkannya dalam Perang Badar namun muncul kembali dalam Perang Siffain. . . . . . . . Engkau telah memusnahkannya di mesjid-mesjid Dhirar, namun dia muncul kembali di mesjid Kofah. . . . . . .Engkau telah merasa aman dan lega setelah menguasai Madinah, Mekkah bahkan seluruh jazirah Arabia, namun pada generasi yang kedua Islam mendapat pukulan yang paling telak di Karbala. . . . . . .

 Musuh yang sepertinya tidak pernah lenyap di permukaan planet Bumi ini diindikasikan Allah dalam surah terakhir dari Al-Qur'an al-Karim, dan disimbolisasikan di lembah Mina sebagai Bal'am (jamarah terakhir). Justeru itulah dikhususkan menyerang kekuatan tersebut pada tanggal 10 Zulhijjah, 7 kali tembakan. Pada tanggal 11 Zulhijjah, barulah engkau diperintahkan untuk menggempur secara keseluruhan. Tembaklah Fir'aun 7x, Karun 7x dan lagi-lagi Bal'am 7x. Sudah berapa pelurukah kau habiskan? 7x4 = 28 peluru. Serangan dilanjutkan pada tanggal 12 Zulhijjah. Tembak Fir'aun 7x, Karun 7x, Bal'am 7x. Pada tanggal 13 Zulhijjah gempur lagi, tembak Fir'aun 7x, Karun 7x dan Bal'am pun masih perlu kau tembak 7x lagi. Sudah berapa pelurukah engkau habiskan? 28 + 7 x 6 = 28 + 42 = 70 peluru. Engkau masih memiliki sisanya 7 peluru lagi. Selesai sudah pertempuranmu.

 Jika engkau sudah berkorban dan ingin kembali ke negeri asalmu, kuburkanlah senjatamu bersama sisa peluru di Mina. Namun jika engkau memilih untuk tinggal di Mina, ulangilah seranganmu pada hari-hari berikutnya dengan sisa peluru yang masih engkau miliki. Sebab, Mina adalah medan pertempuran, jika engkau masih berada di sana engkau senantiasa harus bertempur.


Bersambung ke ESENSI HAJI  IV

Billahi fi sabililhaq,
hsndwsp
Di Ujung Dunia
----------
http://ismail-asso.blogspot.com

Tidak ada komentar: