Bismillaahirrahmaanirrahiim
ANGIN BADAI BERHEMBUS DI GUNUNG,
KENAPA POHON INI DAN POHON ITU SAJA YANG TUMBANG.
TIDAK ADA TEMPAT UNTUK BERUNDING DENGAN HINDUNESIA HIPOKRIT,
KORRUPT DAN DHALIM
Hsndwsp
DI
UJUNG DUNIA
KENAPA POHON INI DAN POHON ITU SAJA YANG TUMBANG.
TIDAK ADA TEMPAT UNTUK BERUNDING DENGAN HINDUNESIA HIPOKRIT,
KORRUPT DAN DHALIM
Hsndwsp
DI
UJUNG DUNIA
Menurut hemat saya, tak ada tempat untuk berunding dengan Hindunesia hipokrit, dhalim dan korrupt itu. Dalam kamus Islam sejati, tidak ada istilah be runding dengan musuh sa'at perang sudah kita putuskan. Hal ini disebabkan bahwa dalam kamus musuh, berunding itu adalah "taktik strategi". Justru itu kapan saja kita mau berunding dengan musuh, mulai sa'at itulah kita sudah dapat bersiap-siap untuk kalah.
Opini tersebut diatas saya susun menurut analisa saya sendiri terhadap sejarah perjuangan Rasulullah saww, Imam Ali bin Abi Thalib dan sejarah perang Acheh - Belanda. Perundingan yang dibuat Rasulullah dengan kafir Qurasy adalah sebagai uji coba untuk diambil i'tibar oleh orang-orang yang beriman bahwa musuh kita takpernah menepati janji. Hal ini di abadikan Allah dalam Al Qur-an sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman bahwa Allah sendiri yang membatalkan perjanjian tersebut (QS At-Taubah, 9:1-8).
Imam Ali sebagai warisan Rasul, sangat paham tentang hal tersebut. Namun sebahagian besar pengikutnya terpengaruh dengan strategi licik dan keji dari Amru bin Ask, menggunakan mushaf Al Qur-an untuk mengelabui pengikut Imam Ali. Sa'at ini Hindunesia munafiq juga menggunakan taktik keji model Amru bin Ask untuk menipu bangsa Acheh - Sumatra, West Papua dan RMS. Perjanjian Linggar jati dan Renville pun sudah sama-sama kita pahami sebagai guru bagi Hindunesia munafiq itu.
Redjim dhalim macam Indonesia munafiq itu memang sangat menakutkan, umpama jeratan "Laba-laba" yang membuat belalang tak berdaya. Justru itu tak satu golonganpun yang mampu melawan kecuali golongan jihad. Dalam kamus jihad tertulis dengan jelas bagi orang-orang yang beriman: "Sesungguhnya jeratan labalaba itu adalah rapuh" (QS An Nisaa', 4: 71-78). Dalam sejarah Islam terbukti bagaimana gempuran pasukan Islam sejati terhadap kerajaan Parsi dan Romawi yang berhasil mendapat kemenangan, kendatipun pasukan Islam jauh lebih kecil dibandingkan pasukan musuh. Begitu juga gempuran jihad tentera Acheh - Sumatra terhadap tentera Belanda yang senjatanya jauh lebih moderen dari senjata kita. Hal ini dapat kita baca dalam tulisan wali Negara Acheh, Teungku Hasan Muhammad di Tiro.
Setelah itu kita lihat lagi bagaimana kerajaan Islam yang begitu luas (Parsi dan Romawi) sanggup dikalahkan oleh satu pasukan yang jauh lebih kecil (Holakokhan), kenapa ? Begitu juga sejarah perang Hunain, dimana pasukan Islam yang begitu besar dapat dikalahkan musuh kendatipun setelah itu menang kembali, kenapa? Jawabannya: Angin badai berhembus di gunung, kenapa pohon ini dan pohon itu saja yang tumbang ? Tumbangnya pohon ini dan pohon itu bukan disebabkan angin badai, namun pohon itu sendiri sudah keropos akarnya atau di makan rayap. Artinya bukan Holakokhan yang mengalahkan kerajaan Super Power Islam saat itu, namun tentera dan orang Islam sendiri sudah dekaden, 'Aqidah dan Idiology sudah sirna, tujuan hidup bukan lagi untuk mencari keredhaan Allah, melainkan untuk mencari kesenangan ataupun materi/harta segala-galanya.
Semoga bangsa Acheh - Sumatra, West Papua dan RMS hari ini mampu berfikir bahwa mungkin saja setelah kita meraih kemerdekaan, akan muncul bahaya lainnya. Orang-orang yang salah tujuan hidupnya menjadi suatu penyakit yang lebih berbahaya daripada musuh yang sedang kita perangi hari ini.
Demikianlah menurut hemat saya mudah-mudahan mendapat redha Allah dan saya tutup tulisan ini dengan firman Nya: "Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah, Rasul Nya dan ulul amri mingkum (Imam Ali as). Kemudian jika kamu ber lainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur-an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari ke mudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi mu) dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisaa', 4: 59)
Opini tersebut diatas saya susun menurut analisa saya sendiri terhadap sejarah perjuangan Rasulullah saww, Imam Ali bin Abi Thalib dan sejarah perang Acheh - Belanda. Perundingan yang dibuat Rasulullah dengan kafir Qurasy adalah sebagai uji coba untuk diambil i'tibar oleh orang-orang yang beriman bahwa musuh kita takpernah menepati janji. Hal ini di abadikan Allah dalam Al Qur-an sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman bahwa Allah sendiri yang membatalkan perjanjian tersebut (QS At-Taubah, 9:1-8).
Imam Ali sebagai warisan Rasul, sangat paham tentang hal tersebut. Namun sebahagian besar pengikutnya terpengaruh dengan strategi licik dan keji dari Amru bin Ask, menggunakan mushaf Al Qur-an untuk mengelabui pengikut Imam Ali. Sa'at ini Hindunesia munafiq juga menggunakan taktik keji model Amru bin Ask untuk menipu bangsa Acheh - Sumatra, West Papua dan RMS. Perjanjian Linggar jati dan Renville pun sudah sama-sama kita pahami sebagai guru bagi Hindunesia munafiq itu.
Redjim dhalim macam Indonesia munafiq itu memang sangat menakutkan, umpama jeratan "Laba-laba" yang membuat belalang tak berdaya. Justru itu tak satu golonganpun yang mampu melawan kecuali golongan jihad. Dalam kamus jihad tertulis dengan jelas bagi orang-orang yang beriman: "Sesungguhnya jeratan labalaba itu adalah rapuh" (QS An Nisaa', 4: 71-78). Dalam sejarah Islam terbukti bagaimana gempuran pasukan Islam sejati terhadap kerajaan Parsi dan Romawi yang berhasil mendapat kemenangan, kendatipun pasukan Islam jauh lebih kecil dibandingkan pasukan musuh. Begitu juga gempuran jihad tentera Acheh - Sumatra terhadap tentera Belanda yang senjatanya jauh lebih moderen dari senjata kita. Hal ini dapat kita baca dalam tulisan wali Negara Acheh, Teungku Hasan Muhammad di Tiro.
Setelah itu kita lihat lagi bagaimana kerajaan Islam yang begitu luas (Parsi dan Romawi) sanggup dikalahkan oleh satu pasukan yang jauh lebih kecil (Holakokhan), kenapa ? Begitu juga sejarah perang Hunain, dimana pasukan Islam yang begitu besar dapat dikalahkan musuh kendatipun setelah itu menang kembali, kenapa? Jawabannya: Angin badai berhembus di gunung, kenapa pohon ini dan pohon itu saja yang tumbang ? Tumbangnya pohon ini dan pohon itu bukan disebabkan angin badai, namun pohon itu sendiri sudah keropos akarnya atau di makan rayap. Artinya bukan Holakokhan yang mengalahkan kerajaan Super Power Islam saat itu, namun tentera dan orang Islam sendiri sudah dekaden, 'Aqidah dan Idiology sudah sirna, tujuan hidup bukan lagi untuk mencari keredhaan Allah, melainkan untuk mencari kesenangan ataupun materi/harta segala-galanya.
Semoga bangsa Acheh - Sumatra, West Papua dan RMS hari ini mampu berfikir bahwa mungkin saja setelah kita meraih kemerdekaan, akan muncul bahaya lainnya. Orang-orang yang salah tujuan hidupnya menjadi suatu penyakit yang lebih berbahaya daripada musuh yang sedang kita perangi hari ini.
Demikianlah menurut hemat saya mudah-mudahan mendapat redha Allah dan saya tutup tulisan ini dengan firman Nya: "Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah, Rasul Nya dan ulul amri mingkum (Imam Ali as). Kemudian jika kamu ber lainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur-an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari ke mudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi mu) dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisaa', 4: 59)
Motto: "Yang menang belum tentu benar, yang benar pasti menang"
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di
Ujung Dunia
http://ismail-asso.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar