SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

21 Februari 2010

TUGAS UTAMA PARA IDEOLOG BERDAYA UPAYA MEMBELA KAUM DHUAFA SEBAGAIMANA TUGAS UTAMA PARA RASUL

SAYYED HASSAN NASRULLAH (SAMPEL PEMIMPIN DAN JUGA IDEOLOG)



Bismillaahirrahmaan irrahiim

KAUM DHUAFA BERDOA
"YA TUHAN KAMI!KELUARKANLAH KAMI
DARI NEGERI YANG DHALIM PENDUDUKNYA INI,
DAN BERILAH KAMI PENOLONG
DARI SISI ENGKAU
(QS, AN NISA' : 75)

Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra

"TIDAK BERIMAN KEPADAKU ORANG YANG TIDUR KENYANG
SEMENTARA TETANGGANYA KELAPARAN.
DAN JIKA PENDUDUK SEBUAH KAMPUNG TIDUR NYENYAK
SEDANGKAN SALAH SEORANG DARI MEREKA KELAPARAN,
MAKA ALLAH TIDAK AKAN MELIHAT KEPADA MEREKA
DI HARI KIAMAT"
(HADIST)
Karto Suwiryo sudah berusaha di Pulau Jawa,tapi gagal. Di Acheh Tgk Muhammad Daud Beureueh sudah berusaha tapi gagal. Belakangan Dr Tgk Hasan Muhammad di Tiropun telah berusaha tapi juga sepertinya gagal. Apakah andaikata nantinya muncul pemimpin yang berdaya upaya untuk membela kaum dhuafa, kita akan mengatakan "Tidak" dengan alasan sudah banyak orang seperti itu namun hasilnya nihil? Kalau kita memiliki pemikiran seperti itu namanya orang 'Putus Asa'. Bukankah kita dilarang Allah berputus asa? Yang perlu kita analisa kenapa perjuangan-perjuang an orang dulu kebanyakan gagal ujungnya? Siapakah yang membuat perjuangan itu gagal, pemimpinkah atau orang-orang ambisius kepemimpinan hingga membuat perjuangan dengan mudah diambil alih oleh para musuh. Disamping itu juga perlu kita analisa kondisi makmumnya atau pengikut dari pemimpin ter sebut bagaimana Ideologynya, Imannya dan wataknya. Kegagalan suatu perjuangn bolehjadi disebabkan kepemimpinan yang belum matang atau boleh jadi kesalahan pengikutnya atau bahkan boleh jadi mayoritas makmumnya belum benar Imannya atau Ideologynya. Berbicara perjuangan yang redha Allah di jaman kita ini belum ada satupun yang berhasil kecuali Republik Islam Iran. Ini adalah realita. Kita tidak boleh picik, o itu Syiah, o itu sunni, o itu non islam. Syiahkah, Sunnin kah atau non Muslimkah semuanya gombal kalau tidak berpihak kepada kaum dhuafa.. Kalau kita mayoritas berperangai cangkul, menimbun hanya ke depan, mustahil kita mampu berjuang pada jalan Allah, kecuali pada jalan taghut. Mengapa mereka dari kalangan Parsi itu bukan saja berhasil menumbangkan system Taghut dhalim, hipokrit dan korrup tapi juga berhasil membangun system yang Redha Allah? Mengapa mereka dari nol negara yang mendukung pada mulanya menjadi banyak negara sekarang ini yang mendukung Republik Islam Iran? Ini realitanya baik dari negara yang penduduknya beragama Islam maupun non Is lam, kenapa?

Pertama sekali mereka dari kalangan Parsi itu memahami persis Ideology Imam Hussein yang mampu menghidup kemba li 'pohon Islam' yang sudah 'mati' di tangan Yazid, penguasa dhalim macam Syah Redha Palevi, Saddam, Marcos, Suhar to dan penerusnya sampai hari ini. Kedua mereka haqqul yakin bahwa Allah pasti menolong komunitas yang benar-benar menempatkan diri sebagai pembela kaum dhuafa, justru itu System yang dibangun harus mampu membuktikan bahwa se genap kekayaan negara adalah milik Rakyat atau siapapun yang mendiami Negara tersebut. Ketiga setiap pemimpin benar -benar menjalankan amanah Allah untuk memimpin bawahannya berdasarkan petunjukNya dan bertanggung jawab kelak dihadapan Allah, sehingga kepemimpinannya menentukan ketempat mana mereka kelak, ke Syurga atau Neraka. Jadi kita pejuang tidak sekedar mengahancurkan rantai kedhaliman tapi juga membangun yang "Haq" disisi Allah bukan disisi basyar, makhluk yang senantiasa mencari kesenangan diatas penderitaan orang lain. Jadi kita harus tau "What next nya" kata orang Barat. I

mam Khomaini mampu merumuskan tiory system berdasarkan petunjuk Allah dalam Qur-an, yang terkenal dengan 'Wilayatul Fakihnya". Jadi jelas sekali Ideology Politisnya, tidak ke timur dan tidak kebarat tapi ke Islam Itu sendiri. Orang non Moslem sekarang ini sudah mulai membaca bagaimana hakikat Islam yang sebenarnya de ngan melihat dan menganalisa aplikasi Republik Islam Iran dan systemnya. Justru itu banyak negara di Afrika dan juga Amerika latin yang bersahabat dengan RII. Yudhoyono juga sudah pernah datang ke RII, sepertinya dia itu bukan untuk melihat bagaimana caranya melayani Rakyat secara Islami tapi sepertinya hendak memiliki technik Nuklir Sipil yang bermanfaat buat konco-konconya bukan kepada rakyatnya. Jadi bagi siapapun yang hendak menumbangkan rantai kedhaliman, belajarlah kepada bangsa Parsi yang bukan saja mendapat pengakuan Rasullah saja tapi juga realitanya yang mampu dianalisa oleh orang yang masih memiliki hati nurani bukan oleh orang dungu yang berlagak pintar.

Setelah kita menganalisa bagaimana kepemimpinan Imam Khomaini dan sahabat-sahabat setianya yang berjumlah 9 orang dan semuanya Syahid kecuali Imam Khomaini sendiri yang diteruskan oleh Ayatullah Ali Khamenei dan DR Mahmud Ah madinejad, kita juga perlu menganalisa kemampuan rakyatnya untuk bersatu dibawah satu poros kepemimpinan serta ke tundukpatuhan mereka kepada pemimpinnya yang Islami. Delapan orang Ulama yang telah syahid itu termasuk Dr Ali Syariati dan Murtadha Mutahhari. Justru itu kita dapat mempelajari karya mereka berdua tanpa menafikan karya 6 orang Ulama lainnya bahkan karya Rahbar, Sistany dan masih banyak yang lainnya, agar kita memahami bagaimana Ide-ide me reka yang cemerlang dan sangat berguna bagi pembela kaum dhuafa dimanapun mereka berada. Disamping itu kita juga sangat penting menganalisa Ide-ide DR Mahmud Ahmadinejad sebagai representant kepemimpi nan kaum dhuafa di jaman modern ini. Hal ini merupakan sebagai jawabannya dari apa yang kita baca di kitap-kitap Ula ma tadi.

Jadi kalau tulisan-tulisan para Ulama warasatul ambiya sebagai tiorinya, Ahmadinejad berhasil dalam aplikasinya atau prakteknya dialam nyata. Ketika Ahmadinejad menjabat sebagai Gubernur, suatu hari beliau melihat seorang tukang gorong-gorong sedang memperbaiki dengan malasnya. Ahmadinejad turun dari mobil tuanya, memperbaiki gorong-gorong tadi sambil betanya kenapa tukang gorong-gorong itu malas kerjanya. Ahmadinejad memperoleh jawaban bahwa orang tersebut tidak cukup gaji bulanannya. Keesokan harinya Ahmadinejad membuat rapat dengan staf dan seluruh pegawai kantor menjelaskan duduk persoalannya. Semua pegawai yang memiliki gaji lebih sedikit, bersedia dipotong buat pegawai yang minus macam tukang gorong-gorong tadi. Dapatkah kita bayangkan bagaimana andaikata pemotongan seperti itu kita kenakan kepada pegawai kantor di Indonesia? Akankah mereka menyetujuinya? Atau malah berdaya upaya untuk melahap dana lainnya sebagaimana di jelaskan oleh PRP dibawah ini. Kemudian adakah sosok pemimpin seperti Ahmadinejad di Indonesia? Sepertinya mustahil bukan? Ke napa bisa mustahil? System di Indonesia sudah demikian parah kondisi sepakterjang kepemimpinannya.

Tidak berlebi han kalau kita katakan bahwa korupsi, kedhaliman dan kemunafikan sudah mendarah daging, kecuali sebahagian kecil dari orang-orang yang berdaya upaya untuk membela kaum dhuafa. Mereka terakhir inilah harapan kaum dhuafa, menga pa? Sejak dari SD sampai keperguruan tinggi mereka sudah dididik untuk menjadi manusia yang hipokrit. Setelah mareka menjadi mahasiswa, sebentar betanya-tanya kenapa Indonesia itu milik penguasa bukan milik Rakyat? Pertanyaan mere ka itu selanjutnya tenggelam dibawa arus setelah mereka menjadi pegawai negeri dan berobah sepakterjangnya sebagai mana penguasa yang pamer kemewahan dan korrup. Jadi Yudikatif, Eksekutif dan legislatif macam persekutuan trinitas 'Fir'un, Karun dan Bal'am' saja sepakterjangnya. Justru itulah Indonesia tidak pernah berobah sejak Suharto sampai Yudhoyono sekarang. Penyakit' tersebut menular ke Acheh - Sumatra dan bukan tidak mungkin juga menular ke West Pa pua dan Maluku.

Kembali ke DR Mahmud Ahmadinejad.
Ketika waktu makan siang tiba, isteri tercintanya membawa ransum buat makan Presiden RII. Lalu bayangkan bagaimana di Indonesia? Jangankan Presiden, jadi camat saja takpernah lagi makan makanan masakan isterinya, kecuali setelah pen siun. Itupun ada dendayang yang melayani keperluannya. Kebiasaan makan di warung mewah atau warung mewah Nega ra ditiru oleh orang-orang yang sudah mulai berduit baik dari hasil korupsi maupun cara yang tidak halal lainnya. Jadi di samping memiliki Pemimpin yang teladan, juga butuh system yang mampu membungkem segala kemungkinan yang men dhalimi rakyat jelata. Untuk lebih jelas silakan baca alinia berikut ini tentang prototype kepemimpinan kaum dhuafa:

Pemimpin Islam sejati tidak mencari kesenangan atas penderitaan orang lain. Ekonomi rakyatlah yang diutamakan duluan. Apabila rakyat sudah tercapai finansialnya, baru pemimpin tersebut merasa puas atas kepemimpinannya. Kepuasan yang demikianlah sebagai kesenangan sejati (baca kesenangan spirituil, bukan kesenangan materiil) Kalau kita berbicara seperti ini lazimnya orang kontra mempertanyakan mana realitanya. Contoh yang pertama pastinya Rasulullah sendiri yang sandalnya putus tali, diperbaiki oleh Imam Ali. Setelah itu Imam Ali sendiri yang banyak sekali dalam aplikasi kehidupannya mengutamakan rakyat jelata. Diantaranya ketika beliau membuka baitulmal yang dulunya tersimpan banyak dirham dan emas sementara penduduknya menderita kelaparan kecuali golongan penguasanya, di bagi kan Imam secara adil baik yang mula masuk Islam ataupun yang sudah senior. Pembantu Imam menjembunjikan sebuah piala emas untuk Imam. Pembantunya mengatakan bahwa dia melihat Imam tidak mengambil sedikitpun dari Baitulmal itu. Imam berkata: "Celaka kamu! Apakah kamu hendak memasukkan api neraka kerumahku?" Lalu Imam memukul piala tersebut dengan pedang Zulfikarnya hingga hancur untuk dibagikan secara merata.. "Itu kan dulu" kata sebagian orang. Sekarangpun, alhamdulillah masih ada contoh pemimpinnya. Mahmoud Ahmadinejad, Presidenya Republik Islam Iran, dulu adalah seorang dosen bergelar Ph D Transportasi kota, tinggal di gang buntu (sampai sekarang masih tetap tinggal disitu, meski statusnya sekarang seorang presiden!). Kemewahan terbesarnya Ahmadine jad hanyalah mobil Peogeot 504 buatan tahun 1977 dan sebuah rumah kecil warisan ayahnya 40 tahu lalu yang terletak di salah satu daerah miskin di Teheran (seorang presiden! rumahnya terletak di daerah miskin!) Bahkan, kendatipun sudah diangkat menjadi presiden, beliau masih sering menggunakan pakaian biasa dan sepatu bolong. Sebelum menjabat sebagai Presiden, beliau adalah seorang Gubernur. Jangan berfikir kalau ‘rumah dinas’-nya sbg gubernur akan ditempati. Tidak. Beliau tetap mencintai rumah di gang buntunya, rumahnya yang jelek (dinding luarnya masih bata, belum ditembok) di kawasan Teheran Timur, dan ‘rumah dinas’-nya akhirnya dijadikan museum!. meski menjabat sebagai Gubernur, Beliau tidak segan membersihkan got jika selokan mampet, bahkan kerap menyapu jalan sebagai bukti solidaritas sosialnya. Ketika pencalonan presidenpun, ia tidak bermodalkan apa-apa dibandingkan lawan politiknya yang menghabiskan milia ran untuk dana kampanye. Akan tetapi, kesederhanaannyalah yang membuat ia dipilih oleh 61% rakyat Iran yang sadar, sebagai presiden. Selanjutnya, setelah jadi Presiden………….apakah beliau berubah? Sok berkuasa? Sombong? Angkuh sebagaimana umumnya penguasa di Hindunesia dan Acheh? Pastinya tidak, malah ia bertambah bersahaya. Inilah yang beliau lakukan setelah menjadi Presiden: - Press release pertama Ahmadinejad setelah menjadi Presiden: Semua pihak dihimbau untuk tidak memasang iklan ucapan selamat di koran-koran dan semua kantor dilarang memasang foto presiden! - mem bagi-bagikan saham gratis kepada rakyat Iran - melipatdakan Pinjaman modal bagi pasangan baru menikah - mendirikan program pengayaan uranium - menyumbangkan karpet Istana Presiden (berkualitas tinggi tentunya) ke sebuah masjid di Teheran.

Ia lalu mengganti karpet istana dengan karpet murah. - menutup ruangan kedatangan tamu VIP karena dinilai terlalu besar. Ia lalu meminta sekretariat istana mengganti dengan ruangan seder hana dan mengisi dengan kursi kayu!
- setiap menteri yang diangkat selalu menandatangani perjanjian dengan banyak ketentuan, terutama yang ditekankan adalah agar setiap menteri tetap hidup sederhana . Seluruh rekening pribadi dan keluarganya akan diawasi dan kelak jika masa tugasa berakhir sang menteri harus menyerahkan jabatannya dengan kewibawaan, agar dirinya dan keluarganya tidak memanfaatkan keuntungan sepeserpun dari jabatannya. - tidak mengambil gajinya sebagai presiden (yang merupakan haknya). Alasannya seluruh kekayaan adalah milik Negara dan ia hanya bertugas menjaganya. - menghentikan semua makanan istimewa yang biasa disediakan untuk presiden.

Sebuah tas selalu dibawa setiap hari. Isinya adalah bekal sarapan, beberapa potong roti sandwinch dengan minyak zaitun dan keju . Ahmadinejad menyantap dengan nikmat makanan buatan isterinya tersebut. - me ngalihkan pesawat kepresidenan menjadi pesawat angkutan barang (cargo) dengan alasan untuk menghemat pengeluaran Negara. Presien juga memi lih terbang dengan pesawat biasa di kelas ekonomi. - Semua menteri bisa masuk ke ruangannya tanpa harus izin.

Ia juga menghapus semua acara seremonial seperti red carpet, foto-foto dan iklan pribadi ketika jika mengunjungi Negara lain. - Jikalau harus mengi nap di hotel ia selalu memastikan untuk tidak tidur dengan ruangan dan tempat tidur mewah. Alasannya ia tidak tidur di tempat ti dur tetapi tidur di lantai beralaskan matras sederhana dan sepotong selimut. Inilah Ahmadinejad salah satu Presiden Negara terpen ting di dunia secara strategi, ekonomi, politik dan tentunya minyak dan pertahanannya. Bahkan, saat menjadi Presiden pun, beliau juga sempat bergabung dengan petugas kebersihan kota untuk membersihkan jalan di sekitar rumah dan istana Presiden.
Salah satu kata-katanya saat menjadi pembicara di Columbia University AS berkaitan dengan program nuklirnya adalah: “Kami ingin mempunyai hak untuk menentukan nasib kami sendiri di masa depan. Kami ingin independen. Jangan mengintervensi kami. Jika kalian tidak memberikan kepada kami suku cadang pesawat terbang sipil, mengapa kami harus berharap bahwa kalian akan memberikan kepada kami bahan bakar untuk pengembangan nuklir demi tujuan-tujuan damai?”.

Dilain kesempatan, beliau juga pernah mengatakan : “Program nuklir kami ditentang oleh negara yang setiap bulannya membangun 10 reaktor nuklir. Kalau me mang energi nuklir berbahaya, mengapa mereka masih memilikinya? Dan kalau memang energi nuklir membawa begitu banyak kebaikan, mengapa kami tidak boleh memilikinya?”

Dan yang paling berkesan adalah kata-katanya ketika Televisi Fox Amerika bertanya kepadanya: ”Saat anda bercermin di pagi hari, apa yang anda katakan pada diri anda?” Ahmadinejad menjawab: ”Saya melihat seseorang di cermin dan berkata padanya , ”Ingatlah, anda tidak lebih dari seorang pelayan kecil. Di depanmu hari ini ada tanggungjawab besar dan itu adalah melayani bangsa Iran”.

Ini masukan buat Pejuang Pembebasan kaum dhuafa dimanapun mereka berada dan juga masukan utuk yang berada di Legislatif Acheh sekarang dan tanggung jawabnya untuk pembebasan Acheh - Sumatra. Kita yang bukan basyar haq tun dukpatuh kepada Allah bukan kepada penguasa yang sudah sesat sejak lahir kedunia. Kalau Anda tidak mampu menconto hi Ahmadinejad, berhenti saja dari wakil Rakyat sebelum fungsi DPRA dipelintirkan orang sebagai Penipu Rakyat Acheh. Maaf demi kesejahteraan bangsa Acheh - Sumatra pada Khususnya, diperlukan masukan seperti ini.


Billahi fi sabilil haq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra

http://ismail-asso.blogspot.com

25 Januari 2010

KETIKA KITA MEMBELA KEDHALIMAN, SAAT ITU JUGA KITA TELAH MENDHALIMI KAUM DHUAFA SERTA MENDHALIMI DIRI SENDIRI

Bismillaahirrahmaanirrahiim



DAN DIANTARA MANUSIA ADA YANG MENGATAKAN: 'KAMI BERIMAN KEPADA ALLAH DAN HARI KEMUDIAN", PADAHAL MAREKA ITU SESUNGGUHNYA BUKANLAH ORANG-ORANG YANG BERIMAN (QS, 2 : 8) Muhammad al Qubra Acheh - Sumatra



Di zaman Rasulullah orang-orang hipokrit berbaur dalam system. Suatu hari Rasulullah pergi ke fron pertempuran dan meninggalkan Imam Ali sebagai gantinya di Madinah sebagaimana Nabi Musa dulu pergi, meninggalkan harun sebagai gantinya. Dimadinah ketika itu banyak orang mengganggu Imam Ali dengan perkataannya. Diantaranya mereka mengatakan bahwa Rasulullah tidak senang kepada Imam, makanya dia tidak dibawa bersama Rasulullah. Imam menyusul Nabi dan menyampaikan apa yang terjadi di Madinah. Nabi berkata:" Hai Ali! Tidak senangkah hubungan kita seperti hubungan Musa dan Harun? Tidak ada orang yang benci kepadamu kecuali orang munafik." Penjelasan Rasulullah yang singkat itu menunjukkah bahwa yang pertama Imam Ali difungsikan sebagai pengganti Rasulullah. Kedua banyak sekali orang munafik yang hidup di Madinah. Mereka membenci Imam Ali sejak awal perjuangan Rasul sampai beliau syahid di mesjid Kufah dan bahkan dibenci sampai keanak-anaknya (cucu Rasulullah) Banyak situasi yang menunjukkan Imam Ali sebagai pengganti Rasulullah. Diantaranya pertama sekali ketika turunya surat perintah dari Allah agar Nabi menyampaikan seruannya secara terbuka:

"Hai orang yang berkemul (berselimut) , bangunlah, lalu berilah peringatan! (QS, 74 : 1, 2). Ketika itu Nabi membuat kenduri sebagai sarana dakwah. Setelah mereka yang kebanyakan terdiri dari kaum kerabat Nabi sendiri, habis menyantap daging kambing, Rasul menyampaikan kepada mereka dimana Allah telah mengangkatnya sebagai utusanNya. Ketika Nabi menanyakan siapa diantara mereka yang bersedia membantunya dalam penyampaian risalahnya tidak seorangpun yang menjawab kecuali Imam Ali yang masih anak-anak. Rasulullah mengulangi permintaannya sampai tiga kali tapi tetap saja tidak ada yang bersedia kecuali Imam Ali yang tidak membenarkan suara Rasulullah jatuh tampa ada yang menapungnya. Nabi langsung memeluk Imam Ali dan mengatakan kepada Orang ramai: "Inilah Ali yang akan menjadi penggantiku, kelak".

Mereka yang hidup di zaman kita mengira bahwa orang yang paling baik setelah Rasulullah, orang yang dibawa bersama ketika beliau hijrah. Mereka tidak mampu menganalisa bagaimana kedudukan Imam Ali yang sanggup menempatkan diri sebagai pengganti Nabi di katilnya. Dalam hal ini Imam pernah berkata bahwa Nabi Musa berada dalam ketakutan berhadapan dengan Fir'un setelah membunuh orang Kubti, tetapi dia tidak takut ketika pengikut "Fir'un" menggertaknya untuk dibunuh setelah mereka merasa tertipu oleh Imam yang tidur di katil Nabi.

Terakhir sekali Nabi mengangkat Imam Ali di Ghadirkhum yang disaksikan ratusan ribu orang tapi kebanyakan mereka berpatahbalik. Ini terbukti apa yang dikatakan Rasulullah saww: "Musa dan Harun adalah pelajaran yang paling tepat untuk anda hai Ali". Kalau Imam Ali dibelakangi Ummah Muhammad ketika beliau wafat, Harun ditinggalkan Ummah Nabi Musa ketika beliau masih hidup lagi. Ini adalah pelajaran yang paling penting juga buat kita yang hidup di zaman sekarang ini.

Ketika Abubakar dimarahi Fatimah az Zahara, beliau menangis dan mengatakan kepada pengikutnya agar tidak memaksakan dia untuk jabatan khalifah, disebabkan Fatimah tidak redha. Abubakar masih ingat ketika Rasulullah berkata: "Barang siapa menyayangi fatimah sama dengan telah menyayangi diriku, barang siapa menyakiti hati fatimah sama dengan sudah menyakiti hatiku dan baranng siapa yang membuat Fatimah tidak redha sama dengan telah membuat aku tidak redha ". Ironisnya Umar mendesak Abubakar dengan alasan negara akan kacau-balau kalau Abubakar meletakkan jabatan. Ketika Abubakar sakratul maut yang cukup mengerikan, beliau menyesali gara-gara Umar yang mendesak dia agar menjauhkan Imam Ali dari kedudukannya yang sah.

Sebelum Abubakar meninggalkan Dunia yang, menunjuk Umar sebagai penggantinya. Aneh memang, kebanyakan orang mengira Rasulullah tidak punya hak mengangkat penggantinya, betapa lugunya cara orang berpikir seperti itu. Ketika Umar ditikam Abu Luk-lu-ah, Umar secara politis memberikan jabatan kepada Usman bukan kepada Imam Ali, melalui keluguan Abdur Rahman bin Auf. Ketika Umar berkuasa, memberikan gaji yang tinggi kepada orang-orang yang dikiranya senior dalam Islam. Kebiasaan dimasa Umar itu diteruskan oleh Usman bin Affan. Malah Usman lebih parah lagi, menggunakan uang negara bagaikan menggunakan milik pribadinya sendiri. Ketimpangan di masa Usman juga merembes kepada korupsi yang membuat yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin, sebagaimana kita saksikan dalam system taghut Indonesia, Irak Saddam, Iran Syah Palevi dan lain sebagainya di zaman kita ini. Itu adalah duplikat Umar bin Af fan, Muawiyah dan Yazid.

Yang sangat proaktif kepada kaum dhuafa kala itu adalah Abu Dzar Ghifari. Beliau berani menentang penguasa Zalim ketika itu. Muawiyah bin Abi Sofyan adalah sepupu Usman dan mendapat kedudukan sebagai Gubernur Syam secara nepotisme. Diantara para koruptor kala itu Muawiyah adalah nomor wahid. Abu Dzar al Ghifari sedikitpun tidak takut kepada Muawiyah, bukan saja dalam dakwahnya di kampung-kampung dan Kota tapi juga berani menunjuk langsung kemata Muawiyah sendiri. Muawiyah, mengirim Surat kepada Usman dan mengatakan bahwa apabila beliau tidak ingin kehilangan kekuasaan, itu Abu Dzar Ghifari perlu dibereskan agar tidak menyebar "fitnah" keseluruh negara. Usman memanggil Abu Dzar dan memintanya agar tinggal saja bersamanya di Istana. Abu Dzar lah namanya yang tidak dapat disogok dengan cara bagaimanapun. Akhirnya Abu Dzar dibuang Usman ke Rawadhah yang tidak berpenghuni seorangpun kala itu, hingga Abu Dzar mati kelaparan.

Ketika Abu Dzar Ghifari mau diberangkatkan, seorangpun tidak dibenarkan Usman untuk menjumpainya. Yang pantang mematuhi amaran yang bathil itu tidak ada lain kala itu kecuali Imam Ali, Hasan dan Hussein, Salman Al Farisi dan Al Miqdad. Ketika Ahlulbayt Rasulullah dan sahabat setianya berbicara dengan Abu Dzar, Marwan bin Hakam, menantu Usman datang dengan untanya sambil berteriak: "Tidakkah kalian dengar bahwa khalifah melarang berbicara dengan orang itu?" Seketika itu juga Imam Ali menampar unta tunggangan Marwan, "gedegap". Marwan jatuh bersama Untanya. Dia bangkit dan mengadu kepada Usman apa yang terjadi. Usman memanggil Imam dan memintakan agar Imam mendengar apa yang dikatakan Marwan. Imam bertanya apakah harus didengar juga walau perkataannya tidak benar? Usman menanyakan apakah Imam Ali lebih baik daripada Marwan. Imam menjawab: "Bahkan saya lebih baik daripada kamu".

Di zaman kita sekarang masih banyak orang yang mengetahui bahwa Abu Dzar mati kelaparan tetapi mereka tidak tau kenapa Abu Dzar al Ghifari mati kelaparan dan siapa yang membuatnya demikian menderita. Mereka itu seperti orang yang hanya mengetahui rimbunnya Rimba di lereng-lereng gunung tapi tidak tau kenapa bisa demikian dan kenapa Allah menjadikan rimba demikian rimbunnya.

Sebahagian orang mengatakan pada saya agar tidak mengungkap peristiwa seperti itu, dikhawatirkan terjadi permusuhan. Saya katakan hal itu sama juga seperti pendakwah berislah, membongkar kedhaliman penguasa. Kalau tidak kita bongkar sama dengan kita telah membiarkan kaum dhuafa tertindas dengan sepakterjang penguasa secara aman. Justru ketimpangan dimasa lampau terulang lagi sepanjang sejarah sebagaimana kita saksikan sekarang ini di Asia dan Afrika. Orang alimpalsu dizaman sekarang sangat tidak setuju kita ungkap kedhaliman Usman dengan alasan itu sahabat Nabi. Mereka tidak sanggup berpikir bahwa ketika kita menutup kezaliman Usman, disaat yang sama kita telah menzalimi Abu Dzar Ghifari. Ironisnya alimpalsu seperti itu bersatupadu dalam system yang sama dhalimnya dengan Usman bin Affan, Mua wiyah bin Abi Sofyan dan Yazid bin Muawiyah, kenapa?

Jadi ketika alimpalsu membela Usman, Muawiyah dan Yazid, secara tidak langsung mereka telah membela diri mereka sendiri. Mereka bertanya kenapa Hanya Abu Dzar Ghifari saja yang menentang khalifah Usman? Pertanyaan ini sama juga dengan pertanyaan, kenapa hanya sedikit saja orang Acheh yang memusuhi Indonesia? Kenapa banyak dari mereka hanya berdiam diri saja menyaksikan kemungkaran dan kezaliman? Lupakah kita kata Allah dalam Qur-an bahwa kebanyakan manusia tidak beriman illa kalil. Kecuali sedikit saja yang beriman. Perlu kita jelaskan bahwa semua orang yang bersatupadu ketika Usman, Muawiyah dan Yazid berkuasa, mereka akan ditempatkan Allah bersama Usman, Mu awiyah dan Yazid kelak.

Ketika Usman mengawinkan anaknya dengan Marwan bin Hakam banyak mengambil uang negara. Abu Ayyub pemegang kas negara memprotes sepakterjang Usman. Usman bertanya apakah anda cemburu disebabkan aku mengambil Marwan sebagai menantuku? Abu Ayyub menjawab bukan, tapi terlalu banyak anda menghabiskan uang negara hingga aku mengira anda mengambil kembali apa yang telah anda infakkan kepada Rasulullah dulu. Usman sambil menghardik, menendang Abu Ayyub hingga lama tinggal dikatil, sampai meninggal dunia. Lalu bandingkan dengan Saddam yang juga menembak sendiri dengan senjata setiap orang yang berbeda pendapat dengannya, mengapa? Saddam meniru Usman sebagai teladannya. Suharto tidak menembak sendiri oposisinya tapi diperintahkan kepada tentara dan polisi plus Golkar tunggangan politiknya untuk menghabisi oposisi.

Alimpalsu yang dipanggil ulama oleh orang awwam demikian antusias bergandingan dengan tentara, polisi dan Golkar untuk menghabisi PKI tanpa periksa secara seksama, kenapa? Mereka mengira PKI itu tidak punya Tuhan lalu bisa dibunuh menurut pikiran dungu mereka. Lalu kita bertanya andaikata dengan alasan seperti itu bisa dibunuh, apa bedanya tuhan Atheis PKI dengan tuhan trinitas Hindu Brahmana, Wisynu dan Syiwa? Lalu kita tanya lagi apakah alimpalsu tersebut menuhankan Allah atau Penguasa Dhalim. Benar dimulut mereka berkomatkamit dengan ucapan lailaha illa Allah (tidak ada tuhan kecuali Allah), tapi sepakterjang mereka tidak tundukpatuh kepada Allah. Mereka tundukpatuh kepada penguasa dhalim.

Allah berfirman: ". . . . . waman lam yahkum buma anzalallah, faulaika humul kafirun". Lengkap terjemahannya seperti ini "Sesung guhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri ke pada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takut lah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memu tuskan menurut apa yang ditu runkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir" (QS, al Maidah 44)

Ayat tersebut sangat dilarang oleh penguasa Taghut Dhalim, hipokrit dan korrup, kenapa? Sebab akan menjejaskan ke kuasaan mereka. Semua alimpalsu tundukpatuh kepada larangan penguasa tersebut. Adakah alimpalsu itu tundukpatuh kepada Allah? Masihkan aqidah mereka terpelihara secara utuh atau sudah sirna, kecuali tinggal dimulutnya saja. Apabila kita telah menjelaskan seperti ini mereka coba membela diri dengan hadist hikayat Musang:" . . . .tidak boleh memerangi penguasa yang masih shalat" Andaikata itu hadist benaran bagaimana mungkin bertolak belakang dengan ayat Allah: " Fawailul lil mushallin"(QS, al Maun 4), Celakalah orang shalat. Kenapa Allah mengatakan bahwa orang yang shalat seperti itu celaka? Lengkapnya seperti ini:

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim,
3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya' ,
7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna .

Ketika Imam Ali memimpin negara, kebiasaan Umar dan Usman yang tidak adil itu dikembalikan kepada masa Rasulullah sendiri dimana semua orang mendapat hak yang sama dari negara. Inilah yang namanya negara milik Rakyat bukan milik penguasa sebagaimana kita saksikan di Indonesia sejak dulu hingga sekarang yang ujungnya berakibat: "Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin". Mereka mengaku beragama Islam dan mendapat support dari ulamasuk serta alimpalsu jenis lainnya. Disinilah kuncinya persoalan kita sekarang. Imam Ali ditentang oleh pengikutnya sendiri, orang yang pertama sekali membai'atnya (baca Talhah bin Ubaidillah, Zubeir bin Awwam dan semacamnya). Kenapa mereka menen tangnya? Inilah yang kita alami sekarang dimana orang-orang yang bertype macam Imam Ali dijauhkan dari kepemimpinan, kenapa? Agar mereka dapat menguasai kekayaan negara sebagai kekayaan moyangnya, minimal mereka memiliki gaji yang jauh lebih tinggi dibandingkan orang lain. Ingatkah anda bagaimana tingginya gaji Kuntoro cs yang mendapat legitimate penguasa dari Jawakarta? Secara filosofis Kuntoro cs dan pemberi legitimate telah menzalimi kaum dhuafa Acheh - Sumatra. Itulah yang disebut mengambil kesenangan diatas penderitaan orang lain.

Ketimpangan pikiran Talhah dan Zubeir dimanfaatkan Muawiyah hingga Aisyah sendiri tidak mampu mengendalikan diri, demikian hebatnya pengaruh Muawiyah yang bermain dibelakang layar. Talhah dan Zubeir beralasan bahwa Imam tidak bermusyawarah dengan mereka ketika mengambil kebijaksanaan negara. Imam menjawab: "Kalau ada hal yang tidak kuketahui barulah kuajak kalian bermusyawarah". Imamlah namanya yang sangat paham bagaimana kebiasaan Rasulullah dulu melaksanakan keadilan. Lalu Talhah dan Zubeir mengatakan bahwa Imam telah menyamakan gaji mereka dengan orang yunior. Imam menjawab bahwa semasa Rasulullah ada orang yang lebih senior dari mereka, tetapi Rasulullah tidak pernah memberikan gaji yang lebih tinggi dari gaji para yunior. Kelebihannya nanti diterima di Akhirat, kata Rasulullah. Kemudian tampil lagi yang lainnya mengatakan bahwa Imam telah banyak menyakiti hati mereka, termasuk telah membunuh orang tua mereka. Imam menjawab bahwa bukan dia yang membunuhnya. Ketika kebenaran datang orang tua mereka menentangnya lalu berhadapanlah dengan pedang Zulfikarnya.

Jadi inilah persoalan yang membuat kita selalu tertinggal jauh dibelakang walau dibandingkan dengan system non Muslim sekalipun. Di dalam system yang dibangun Imam Khomaini, cucu Imam Ali di RII, Mahmud Ahmadinejad juga mampu memimpin, meneladani Imam Ali. Dia juga dibenci oleh "Talhah-talhah" tapi di RII sekarang juga sudah banyak sekali pengikut Abu Dzar Ghifari. Justru itu Talhah tidak berdaya di RII walaupun mereka bergerak di bawah tanah dan mendapat support non muslim yang anti kedamaian Dunia. Semoga Talhah di RII sadar bahwa mereka keliru 180 derajat dan mau bercermin kepada Zubeir bin Awwam yang cepat sadar ketika mendapat teguran Imam Ali, lalu bertaubat.

Jadi kesimpulannya bahwa fenomena yang terjadi dimasa Rasulullah terulang lagi di di masa kita sekarang. Sebagaimana sebagian besar orang dulu membela penguasa dhalim, terulang juga di masa kita sekarang walaupun sudah kita jelaskan, mereka tetap bersatupadu dengan penguasa dhalim.

Kalau dulu penguasa menzalimi orang-orang seperti Abu Dzar Ghifari, di zaman kita juga banyak kaum dhuafa yang terzalimki dan orang-orang yang tidak punya pikiran menganggap enteng saja ketika menyaksikan kaum dhuafa sekarang. Mereka tidak sadar kalau mereka secara tidak langsung telah membela penguasa dhalim. Mereka tidak mengenal Imam yang diutus Allah sebagai penerus kepemimpinan Rasulullah. Mereka tidak ber beda dengan ummah nabi Musa yang tidak mengenal pemimpin yang haq untuk diikuti, kecuali "Samiri-samiri" di zaman kita sekarang.



Billahi fi sabililhaq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra


http://ismail-asso.blogspot.com

Tidak ada komentar: