MENYOROTI PENDIDIKAN ISLAM KAFFAH Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (TQS al-Baqarah [2]: 208-209).
hsndwsp
ACHEH - SUMATRA
hsndwsp
ACHEH - SUMATRA
BERBICARA PENDIDIKAN ISLAM KAFFAH SALAH SATUNYA ADALAH BERBICARA SYSTEM KEDAULATAN ALLAH
Berbicara tentang dunia pendidikan, tak akan pernah selesai sebelum menuntaskan pembicaraan tentang manusia itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui sesungguhnya manusialah pelaku pendidikan itu. Keberhasilan kita dalam merumuskan konsep pendidikan, tergantung sangat pada keberhasilan kita dalam mendefinisikan manusia itu sendiri.
Konsep pendidikan yang kita saksikan dewasa ini di seluruh dunia, masih sangat jauh dari esensi pendidikan kemanusiaan. Di negara-negara yang maju seperti Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Jepang, Australia dan lain-lainnya, secara psykologis mereka sedang mengalami stress berat. Hal ini terjadi disebabkan mereka kehilangan model yaitu sosok manusia yang mampu membimbing mereka ke jalan yang benar. Mereka kehilangan teladan, representatif sosok yang mampu membuat mereka untuk beresensi lalu mereka gagal untuk merumuskan tujuan hidup mereka sesungguhnya.
Di abad ke 21 ini kita masih berhadapan dengan tiga pertanyaan besar dunia:
Apakah manusia itu sesungguhnya?
Apakah tujuan hidupnya ?(untuk apa dia dijadikan?)
Apa sajakah kebutuhannya?
Apakah tujuan hidupnya ?(untuk apa dia dijadikan?)
Apa sajakah kebutuhannya?
Tiga pertanyaan di atas merupakan hal yang teramat penting untuk kita lontarkan ke panggung dunia agar dapat didiskusikan dengan seksama. Bila kita ingin menuntaskan suatu persoalan, kita harus arif melihat akar permasala han. Berbicara tentang manusia dan pendidikan, tidak boleh tidak kita harus kembali kepada sang Khaliq sebagai sum ber pendidikan dan pencipta manusia itu sendiri (Surah Al-Alaq 1-5).
Untuk mengetahui apakah manusia itu, pertama sekali mari kita lihat sebuah Legenda ilmiah berikut: Seorang sarjana Bumi akan mengadakan penelitian di planet Mars. Setiba nya di Mars, dia menemui sebuah University dimana seo rang sarjana planet Mars sedang memberi kuliah kepada mahasiswanya tentang penelitiannya di Bumi.Sarjana Bumi memutuskan untuk mendengarkan kuliah sarjana planet Mars bagaimana hasil penelitiannya di Bumi. Sarjana Bumi mencatat point yang dikira penting dari ucapan sarjana Mars: ".......Manusia itu sesungguhnya sangat pintar, kuat dan sangat bagus bentuknya, tapi mereka angkuh, serakah, licik dan kejam. Hobby mereka adalah berperang sesamanya. Mula-mula saya kira mereka berperang untuk memakan dagingnya, rupanya prediksi saya itu keliru. Mereka meninggalkan mayat-mayat begitu saja setelah menyanyikan lagu heroiknya. Mereka berperang untuk tuannya, tanpa memiliki tujuan yang benar, untuk apa sebenarnya mereka berperang......."
Apa yang di nyatakan sarjana Mars tidak menunjukkan esensi manusia, tapi basyar. Basyar adalah makhluk yang tidak pernah beresensi. Mereka adalah orang-orang yang tidak memahami tujuan hidup yang sebenarnya. Mereka tidak menemui kebenaran disebabkan banyaknya kedhaliman yang telah mereka kerjakan di planet Bumi ini. Mereka memang pintar tapi tidak teguh Iman. Betapapun kebenaran kita sampaikan kepada mereka namun mereka tetap membantahnya dengan menggunakan versi "Hikayat Musang". berikut ini dengarkan apa kata Albert Camus tentang tiori manusia: "Aku ada karena aku memberontak, kalau aku tidak memberontak aku tidak pernah ada" . Inilah yang dikatakan manusia dan ini juga yang saya terima sebagai tiori yang benar sebagai manusia. Adam adalah Malaikat yang baru menjadi manusia setelah memberontak terhadap intuisi Syurga. Kecuali Adam takseorangpun dibenarkan memberontak terhadap tatanan Allah.
Pemberontakan terhadap tatanan Thaghut adalah proses Esensi manusia. Lihatlah bagaimana Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad yang masing-masing memberontak terhadap tatanan Namrud, Firaun, Kaisar-kaisar di Roma dan Abu Sofyan bin Harb. Hussain bin Ali terhadap Yazid, Hasan Tiro, Kahar Muzakkar, Kanto Suwiryo dan lain-lain terhadap tatanan Thaghut Hindunesia-Jawa. Untuk lebih jelas mari kita lihat versi Pemilik dunia ini sebagai argumentasi yang mutlaq kebenarannya.
Untuk menjawab pertanyaan apakah manusia itu juga harus berpedoman pada kalam Ilahi (wahyu) (Q.S 2:30). Bila kitab al-Qur'an kita baca keseluruhannya akan kita temui banyak kesimpulan, diantaranya kesimpulan tentang Malaikat, Iblis dan Adam. Sesungguhnya ketiga jenis mahkluk di atas pada awalnya adalah Malaikat. Yaitu Malaikat yang diciptakan dari sinar (saya istilahkan dengan M1), Malaikat yang diciptakan dari api (saya istilahkan dengan M2) dan Malaikat yang diciptakan dari tanah (saya istilahkan dengan M3). Adapun urutan penciptaannya M1, M2, dan terakhir sekali adalah M3.
M1 adalah Malaikat yang tunduk patuh secara mutlak kepada Allah, sejak dari penciptaannya sampai hari kiamat, bahkan hari Akhirat. M2 Malaikat pembangkang, tak mahu tunduk patuh kepada Allah. Setelah Allah menciptakan M3, Allah memberi perintah kepada M1 dan M2 supaya sujud kepada M3. M2 berkilah dengan kesombongannya bahawa dia dijadikan dari api sedangkan M3 (Adam) dijadikan dari tanah yang menurut M2, M3 lebih hina daripada M2. Disamping itu M2 juga beragumentasi bahwa dia dijadikan lebih duluan dari M3 (Lalu Allah mencabut status malaikatnya dan menggantikannya dengan nama Iblis atau Syaithan dan dia termasuk golongan kafir, sementara tempatnya kelak dalam neraka (QS,7:11-18). Sedangkan M3 setelah bernegosiasi dengan M1 ternyata dia lebih unggul dari M1. M3 memiliki ilmu, ilmu tentang nama-nama yang tidak dimiliki oleh M1. Justru itu pantaslah Allah mengnaggkat dia sebagai wakilNya di Bumi. Hal ini diabadikan Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 30- 34.
M3 ditempatkan Allah dalam Surga bersama permaisurinya Siti Hawa. Allah memberitahukan mereka berdua agar jangan mendekati pohon ini (hazihis syajarata) sebagai batas daerah operasinya di kawasan Surga. Secara syar'i M1 dan permaisurinya digelincirkan Syaithan dengan mengatakan bahawa pohon itu bernama pohon kekal (khuldi). Agar kekal tinggal di Syurga, M3 ditawaran untuk memakannya. Dan M3-pun tergoda bersama permaisurinya. Karena telah melanggar batas yang telah ditentukan Allah, M3 berobah statusnya menjadi manusia yang bernama Adam dan keduanya diperintahkan turun ke bumi. Kerana pelanggaran yang dilakukan M3 akibat ulah M2, Allah masih menerima taubatnya di dunia yang kelak akan kembali lagi ke Surga. Hal ini dapat kita lihat dalam Surah AlBaqarah ayat 35-38.
Secara philosofis kendatipun Syaithan menggoda M3, M3 tahu persis akibat memakan buah pohon tersebut yang secara philosophis juga lebih tepat dikatakan buah kearifan. Ketika M3 sadar mereka tidak produktif di alam surgawi, mereka berkorban demi kemanusiaan dengan cara memakan buah kearifan tersebut. Kendatipun resikonya diturunkan ke Bumi, sebagai hukuman dari pelanggaran yang mereka lakukan, namun mereka juga punya nilai plus yaitu disamping punya wawasan dan kearifan mereka juga sudah dapat berproduksi sementara sebelum memakan buah kearifan, mereka harus tunduk patuh secara mutlak terhadap konstitusi yang ada di Surga, tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk berfikir bebas dan juga bebas berbuat dengan segala resikonya.
Diaatas segalanya mereka melepaskan diri dari status Malaikat yang tunduk patuh secara mutlak kepada Allah menjadi manusia yang bebas berbuat dengan segala resikonya serta mengembangkan keturunannya (berproduksi). Pengorbanan M3 sangat diharapkan manusia sebagai keberuntungan. Andaikata M3 tidak mahu memakan buah kearifan sampai hari ini mereka tetap berdua saja yaitu M3 dan permaisurinya Siti Hawa. Sebab di Surga hanya tempat bersenang-senang dan menikmati fasilitas Surga yang serba kompleks, gemerlap dan fantastis, bukan tempat bekerja dan melahirkan bayi. Andaikata di Syurga dapat melahirkan bayi (berproduksi), otomatis me merlukan kerja, paling kurang Baby Sister, buat perawatan bayi-bayi. Padahal di Surga tidak ada anak-anak dan juga tidak ada orang tua, umur mereka semua muda belia dan jangan lupa kelak cucu Rasulullah Hasan dan Husin sebagi ketua pemudanya di Surga (Hadist)
Adam sebagai manusia pertama, diciptakan Allah dari tanah, elemen yang paling hina namun dikombinasikan dengan roh Allah, spirit suci. Justru itu pada manusia terdapat dua kecenderungan. Kecenderungan mengikuti tanah sebagai bahan bakunya yang membuat dia hina dan kecenderungan mengikuti spirit Allah, roh suci yang men jadikan dia sangat mulia dalam pandangan Allah. Tubuh manusia berasal dari tanah namun kendatipun dia cantik (ganteng) tidaklah berarti apa-apa kalau tidak ada nyawa, roh suci. Tubuh tanpa nyawa akan menjadi santapan cacing-cacing tanah.
Kehidupan di dunia menghadapkan manusia pada dua jalan. Jalan yang mendaki lagi sukar dan jalan yang mulus lagi menyenangkan (QS,90:10). Jalan yang mendaki lagi sukar adalah jalan yang membebaskan kaum dhuafa dari belenggu penindasan dan penjajahan, yang menimpa kuduk-kuduk mereka, membebaskan manusia dari sistem perbudakan baik perbudakan ortodok mahupun perbudakan modern (QS,7:157& QS,90:12-18). Untuk menempuh jalan ini tidak boleh tidak dituntut untuk mendirikan system Allah. Untuk mendirikan system Allah membutuhkan kemantapan Power dan Ideology, sebab pasti akan berhadapan dengan kekuatan system Thaghut, jelasnya pasti akan berhadapan dengan medan tempur. Justru itulah para Rasul dilengkapi dengan Ideologi, Mizan dan Power (QS Al-Hadid :25).
Setelah periode para Rasul berakhir, tugas mendirikan system Allah dilanjutkan para Imam. Ketika Imam berada dalam keadaan ghaib kubra, tugas tersebut akan dilanjutkan oleh para Ulama Warasatul Ambiya). Andaikata di suatu negeri tidak ada ulama warasatul ambiya, tugas tersebut akan diambil alih oleh penyeru-penyeru kebenaran secara kolektif sebab tugas mendirikan system Allah adalah Haq, lawan kata daripada Bathil. Hal ini perlu digarisbawahi sebab banyak orang yang terkecoh dengan pendapat klasik yang mengatakan hukumnya wajib. Haq dalam konteks ini kedudukannya di atas wajib. Bila hukumnya wajib, andaikata tidak didirikan paling-paling berdosa, sedangkan perkara dosa masih ada jalan untuk meminta ampun. Sementara perkara Haq, bila tidak didirikan hukumnya bathil. Resiko berada dalam system yang bathil adalah Neraka kecuali memang benar-benar tidak berdaya.
Andaikata kita tidak berada dalam system Allah (Haq), otomatis kita berada dalam system Thaghut (bathil) kecuali taqiyyah. Untuk kasus ini Allah berfirman;”Qul ja al haqqu wazahaqal baathil, innal bathila kana zahuuqa”
Jalan yang mulus lagi menyenangkan adalah jalan Qabil, pembunuh manusia, jalan Namruz, Firaun, jalan Kaisar-Kaisar di Roma, jalan Abu Sofyan, jalan Muawiyah bin Abi Sofyan, jalan Yazid bin Muawiyah, jalan orang-orang yang bersatupadu dalam system Thaghut Hindunesia-Jawa kecuali "Taqiyyah". Kesemuanya adalah jalan orang-orang yang mencari kebahagiaan di Dunia ini diatas penderitaan orang lain. Mereka itu umumnya baik secara langsung mahupun tidak langsung, menentang ayat-ayat Allah. Mereka sekedar bereksistensi dan tak pernah beresensi. Manakala berbicara tentang negara Islam, Kedaulatan Allah, System Allah sebagian mereka langsung menentangnya, sementara sebagian yang lain merasa grogi, memperlihatkan sikap yang tidak senang dengan mengemukakan berbagai dalih, tidak mungkinlah, mustahillah, mimpilah, dsb. Mereka mengaku diri sebagai orang beriman, Islam. Mereka sesungguhnya telah dinyatakan Allah dengan jelas dalam Al Qur-anul Karim surat al Baqarah ayat 8-20. Hal ini juga terdapat dalam surah-surah lainnya seperti Surah al-Munafiqun dari ayat 1 sampai ayat 8 dan juga ayat-ayat di surah lainnya.
Pertanyaan kedua: Apakah tujuan hidup manusia?
Ada beberapa pendapat yang beredar di kalangan umat Islam tentang tujuan hidup. Ada yang mengatakan tujuan hidup adalah untuk mencari kesenangan, kebahagiaan, kesejahteraan, ketenteraman, keamanan dan keharmonisan. Orang-orang yang mengakui tujuan hidup seperti itu, sangat tidak mungkin untuk diajak mendirikan system Allah. Mereka tidak mahu mengambil resiko yang akan membahayakan kehidupannya. Sementara yang lain meyakini bahawa tujuan hidup adalah untuk beribadah. Mereka meyakini bahawa yang dimaksudkan ibadah hanyalah shalat, shaum (puasa) bertahlil dan bersamadiyah, berdo'a, membaca Qur-an dan naik Haji ke Baitullah. Mereka itu keliru 180 derajat. Kekeliruan ini disebabkan ketidaktepatan dalam menterjemahkan kata "liya`buduni" dalam Surah Azzariyat ayat 56. Adapun terjemahan yang tepat adalah: "tunduk patuh kepadaKU" lengkapnya: "tidaklah kujadikan jin dan mnusia kecuali untuk tunduk patuh kepadaKu".
Namun demikian tidaklah salah kalau kita terjemahkan beribadah kepada-Ku, asal saja kita mampu memahami apakah "ibadah" itu sesungguhnya. Apa saja kegiatan manusia di dunia ini disebut ibadah, mulai dari aktivitas yang terkecil (kedip mata) sampai membangun Daulah Allah (system Allah). Tinggal lagi alamat ibadah tersebut ada dua, yaitu Allah dan Thaghut. Kedip mata saat mem baca Kitab Al-Quran untuk membuat lebih jelas/terang berarti beribadah kepada Allah, sedangkan kedip mata saat berjumpa dengan lawan jenis adalah beribadah kepada Thaghut. Mendirikan system Allah berarti beribadah kepada Allah sedangkan mendirikan system Thaghut berarti beribadah kepada Thaghut. Disamping itu kita juga harus memahami benar bahwa ibadah itu memiliki dua dymensi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya bagaikan dua sisi mata uang. Yaitu sisi ritual (hablum minallah) dan sisi sosial (hablum minan Naas).
Ibadah dalam persepsi orang sesat, hanyalah mencakup sisi ritual saja, mereka cenderung mangabaikan sisi sosialnya, termasuk ibadah sosial yang terbesar yaitu mendirikan system Allah (kedaulatan Allah).
Membaca Qu-ran adalah ibadah ritual. Ketika kita pahami dalam bahasa kita sendiri untuk kita amalkan, barulah masuk wilayah sosial, kecuali penduduk dunia yang berbahasa Arab. Hal inilah yang membuat orang keliru. Banyak sekali orang-orang yang mengaku dirinya orang Islam, namun tidak memahami akan fungsi Al-Quran, padahal Allah sendiri telah menyatakan dalam Al-Quran: "Kitab (Quran ini) tak ada keraguan sedikitpun padanya, adalah sebagai petunjuk bagi orang-orang yang takwa". Namun mereka sepertinya telah merobah fungsi Al-Quran dari hudallinnaas kepada lil qari.
Bagaimana mungkin pada satu sisi kita mengaku al-Quran sebagai pedoman hidup, di sisi yang lain kita hanya membaca-baca saja tanpa berusaha memahami pesan-pesan Allah dalam pedoman itu sendiri. Dewasa ini memang sudah menjadi kenyataan dimana-mana hampir di seluruh dunia, banyak sekali sekolah-sekolah yang kurikulumnya sekedar membaca Qur-an, menghafal Qur-an dan menggunakan Qur-an sebagai seni, baik seni qari maupun seni kaligrafi
Sepertinya tak ada sama sekali sekolah memahami Qu-ran. Kalau kita pikir berdasarkan pesan Allah sendiri "afala Ta'qilun dan afala yatazakkarun", bagaimana mungkin ada sekolah memahami Quran di negara-negara yang menggunakan system Thaghut. Andaikata ada sekolah memahami Quran di negara tersbeut pastilah akan bermuara kepada mendirikan system Allah. Itulah yang membuat mereka berusaha untuk mempelintirkan fungsi Quran di tengah-tengah ummat Islam, (ayat-ayat muhkamat dikatakan ayat mutasyabihat). Ini sebetulnya kerjanya antek-antek Snough Hougronye. Snough Hughronye adalah orientalis Bangsa Belanda yang telah mengenyam pendidikan di Saudi Arabia selama lebih kurang 20 tahun dan berhasil mengelabui sebahagian besar bangsa Acheh dengan menukar namanya menjadi Abdul Ghafur.
Orang-orang yang meyakini tujuan hidup hanya untuk beribadah ritual semata, juga meyakini untuk mencari pahala semata-mata. Keyakinan mereka berbuat baik di dunia juga untuk memperoleh suurga di akhirat kelak. Untuk memperjelas masalah ini pembaca dipersilakan mengikuti alinea berikut dengan seksama. Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah SWT.: "afala ta'kiluun... afala yatazakkarun" ?
Umpamakan saja kita mempunyai dua orang kemenakan yang pertama bernama Bal'am dan yang kedua bernama Mukhlis. Si Bal'am senantiasa siap melakukan apa saja yang kita suruh asal saja kita berikan sedikit uang setiap tugas itu dilaksanakan. Sementara si Mukhlis juga siap apa saja yang kita suruh, namun dia tidak mengharapkan pemberian kita. Dia mahu melakukan apa saja yang kita suruh adalah semata-mata karena kita adalah pamannya. Sebagai paman sejati, kita tentu mustahil mengabaikan keihklasan karya baktinya. Sudah barang pasti kita akan memberikan yang terbaik sebagai imbalannya pada suatu saat tertentu. Si Bal'am perumpamaan orang-orang yang berbuat baik di dunia dengan mengharapkan pahala yang nota benenya tentu saja Surga. Mereka menfokuskan harapannya pada pembrian Allah, bukan padaNya. Sedangkan si Mukhlis, perumpamaan orang-orang yang berbuat baik di dunia secara ikhlas tanpa mengharapkan pahala. Mereka mahu berbuat baik semata-mata karena Allah yang mereka yakini benar sebagi Tuhannya, Kekasihnya, Pemiliknya. Orang-orang yang memperhambakan diri kepada Allah semacam itu, Allah pasti memberikan Surga kepada mereka di Akhirat kelak.
Si Bal'am pasti akan menjadi orang jahat di permukaan bumi ini andaikata, Oh, "Andai kata" ini harus digarisbawahi agar tidak terjadi kesalahpahaman (missunderstanding) bak kata orang European.'
Andaikata Allah tidak membuat Neraka, orang-orang seperti si Bal'am pasti akan menjadi arang jahat di Dunia ini, sebab mereka juga akan memperoleh fasilitas Surga kelak di hari Akhirat (Imam Khomeini: 40 Hadis-hadis Pilihan, Penerbit Mizan Bandung).
"Afala Ta'kilun afala yatazakkarun"
Karena manusia dijadikan Allah dari dua unsur, tanah dan spirit Allah, kebutuhanpun terdiri dari dua unsur, unsur material dan unsur spiritual. Dengan kata lain manusia membutuhkan kurikulum perut dan kurikulum otak. Karena manusia membutuhkan kedua jenis kurikulum tersebut, Allahpun melengkapi manusia dengan ilmu primer dan sekunder. Ilmu primer adalah ilmu yang diturunkan Allah melalui para Rasul yaitu Al-Quran dan Hikmah (QS 62: 2). Sipapun yang telah memiliki ilmu tsb pasti tidak akan sesat dalam hidup ini. Ilmu tsb merupakan sebagai mesin untuk menghidupkan lampu-lampu kehidupan yang dapat menerangi jalan hidup seseorang untuk menunjuki jalan yang lurus (Mahdi Ghulyani: Falsa fah Al-Quran dalam Perspektif Ilmu-ilmu Islam, Mizan Bandung).
Di dunia Barat pada umumnya mengalami kekosongan daripada jenis ilmu-ilmu tersebut. Hal ini terjadi bersamaan dengan kehilangan manusia teladan, representatif, atau model untuk ditiru. Sedangkan di dunia Timur umumnya sudah mengalami dekaden.
Di dalam ilmu primer tersebut di atas terdapat juga sinyal-sinyal berkenaan dengan ilmu-ilmu sekunder. Dengan istilah yang lain terdapat lampu-lampu untuk menerangi esensi dari ilmu-ilmu sekunder. Ilmu sekunder dibutuhkan manusia untuk meraih kesejahteraan hidup di atas planet Bumi ini. Dengan kata lain, ilmu sekunder yaitu ilmu untuk mempermak permukaan Bumi ini sekalian dengan manusianya yaitu science dan tekhnologi. Ilmu tersebut diturunkan Allah di padang Arafah, tempat pertama bertemunya Adam dan Hawa. Sedangkan ilmu Hikmah diturunkan di Masyarul Haram, suatu tempat yang ditujukan Adam dan Hawa untuk mendapatkan kesadaran suci (Ali Syariati: Haji, Penerbit Rajawali, Surabaya).
Ilmu sekunder (science dan technology) merupakan suatu alat untuk meraih tujuan yang benar, yaitu mencari keridhaan Allah. Kalau pemilik alat tersebut juga memiliki petunjuk yang benar (baca ilmu primer) otomatis mereka akan menggunakan alat tersebut untuk mencari keridhaan Allah.
Berbicara tentang alat sama dengan berbicara tentang sarana. Umpamakan saja "GLM" yang pernah digunakan TNA dalam meluluhlantakkan TNI/POLRI.
Persoalannya sekarang kalau GLM itu dipegang oleh orang-orang yang sedang mabuk (gila) tentu akan dilibas siapa saja yang melintas di depan mata kepalanya. Namun kalau pemegang GLM tersebut orang-orang beriman (memiliki ilmu primer yang benar) mereka tidak akan menembak siapapun kecuali musuh Allah, yaitu orang-orang yang haq ditembak, berdasarkan petunjuk Allah sendiri dari AlQuran. (QS,4:75-76,QS,2:193,216,QS,8:60- 65,73,QS,4:71-78,QS,9:14-15),dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya. Dengan demikian kalau ada orang yang mengatakan bahwa ilmu science dan tehnologi itu ilmu sekuler, keliru 180 derajat. Ilmu tersebut netral, sekuler tidaknya ilmu itu tergantung kepada pemiliknya. Ilmu tersebut berasal dari Allah (Imanuddin Abdul Rahim, Pengantar buku Islam Alternatif, karya DR Jalaluddin Rahmat, Penerbit Mizan, Bandung).
Pendidikan
Berbicara tentang pendidikan adalah berbicara tentang kebutuhan manusia. Sebagaimana yang telah penulis uraikan di atas yang berhubungan dengan pertanyaan nomor 3 yaitu apa saja kebutuhan-kebutuhan manusia.
Dalam alinea-alinea berikut ini akan kita bicarakan konsep pendidikan Islam secara Kaffah. Berbicara mengenai konsep sama halnya dengan berbicara tentang perceta kan dalam suatu pabrik/mesin pencetak. Jadi yang pertama kita pikir, model barang yang bagaimana yang dibutuhkan konsumen, sedangkan konsep pendidikan adalah mencetak kader-kader yang dibutuhkan oleh pemilik konsep. Kalau kita ingin membuat konsep pendidikan Islam secara kaffah, pemilik konsepnya adalah Allah. Artinya konsep yang kita buat haruslah berdasarkan petunjuk Allah dalam Al-Quran.
Justru itu kurikulum setiap jenjang pendidikan haruslah terdiri dari materi pemahaman Al-Quran di urutan nomor satu, mulai dari sekolah lanjutan pertama sampai ke Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi selain adanya materi Pemahaman Al-Quran sebagai mata kuliah mayor di setiap jurusan, pemahaman Al-Quran juga harus merupakan syarat mutlak untuk meraih gelar Sarjana. Sedangkan di S2, dan Program Doktoral otomatis tentang pemahaman Al-Quran dalah pakarnya. Konsep seperti ini akan membuahkan manusia-manusia yang pintar dan juga teguh iman.
Setiap lembaga pendidikan dapat dipastikan bahawa materi yang terutama adalah Pemahaman Al-Quran. Lalu porsi kedua ditempatkan oleh Hadist Nabi, Sejarah Para Rasul, Imam-imam dan Ulama Warasatul Ambiya. Selanjutnya diikuti oleh materi perbandingan mazhab yang difokuskan pada toleransi yang sangat tinggi antar semua mazhab. Mengingat pesan persatuan sangat diutamakan dalam Islam sejati (QS,3:103-107), sehingga kita sadar siapa musuh kita yang sebenarnya. Sering kali terjadi pertikaian antar mazhab di tengah-tengah komunitas kaum muslimin, padahal hal ini merupakan PR yang disodorkan oleh musuh-musuh kita.
Biaya Pendidikan sejak dari sekolah dasar sampai ke Perguruan Tinggi ditanggung sepenuhnya oleh Negara, termasuk biaya transportasi. Sedangkan gaji para guru haruslah yang tertinggi dibandingkan pegawai-pegawai lainnya termasuk militer sekalipun. Dalam
pandangan Islam, guru adalah posisi yang paling mulia di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini kita dapat meyaksikan apa yang terjadi di Acheh khususnya dan di Indonesia pada umum nya. Dari penelitian yang pernah penulis buat dengan opsi guru, dokter, tentara, dan pegawai sipil, rata-rata responden lebih suka menjadi dokter dan tentara daripada guru. Minat untuk jadi guru lebih tipis bahkan dibandingkan dengan pegawai sipil sekalipun. Hal ini terjadi disebabkan financial guru dalam system Taghut itu kurang terjamin dibandingkan dengan pegawai lainnya. Sementara dalam system yang redha Allah seluruh penduduknya harus terpenuhi finansiaalnya, kalau tidak bermakna itu bukan system Allah tapi hanya namanya saja, dimana substansinya tidak berbeda dengan system Taghut yang mendhalimi rakyatnya.
Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sarana yang paling penting dalam dunia pendidikan, sama halnya dengan Apotik dalam dunia pengobatan. Karena itu perpustakaan haruslah selektif daripada unsur-unsur yang merusakkan idealis Islam. Buku-buku orientalis tidak boleh dibaca kecuali pasca sarjana, mengingat mereka adalah orang-orang yang telah mantap di bidang akidah/ ideology, siasah fatanah (politik Rasul) dan Sejarah Islam. Untuk orang-orang non akademi (masyarakat biasa) membutuhkan perpustakaan keliling yang juga gratis/ dibiayai oleh Negara. Buku-buku di Perpustakaan Keliling juga harus selektif benar, sedangkan buku-buku yang masuk dari Luar Negeri harus melalui tim sensor yang benar-benar terpercaya dan bertanggung-jawab kepada Allah SWT.
Apabila konsep Perpustakaan Keliling berhasil diterpakan akan membuahkan kesadaran masyarakat Islam yang luar biasa. Seorang kepala keluarga akan sadar bahwa ketika mereka kembali ke rumah tangga, tidak hanya membawa roti kepada keluarganya tetapi juga buku. Roti pelambang makanan adalah sarana untuk memenuhi kurikulum perut (empat sehat lima sempurna), sedangkan buku untuk memenuhi kebutuhan kurikulum otak. Hal ini memang tidak akan berhasil selama pemimpin-pemimpin negara itu sendiri belum siap untuk hal seperti itu. Jadi faktor kepemimpinan sangat menentukan keberhasilan suatu konsep.
Karena itu berbicara Pendidikan Isalam Kaffah, salah satunya adalah berbicara system kedaulatan Allah dimana pemimpin Top Leadernya pastilah Imam, minimal Ulama Warasa tul Ambiya yang tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah.
Pemimpin yang bertype seperti itulah yang benar-benar memimpin ummahnya ke jalan yang diredhai Allah dan Ummahpun bersatu padu bergerak ke arah yang sama pada poros bimbingan sang Imam (Wakil Tuhan). Negara yang memiliki Ummah dan Imamah seperti itulah yang dapat disebut Baldatun Thaiyyibatun Wa Rabbun Ghafur. Tidak sembarangan negara dan tidak mungkin disandang oleh suatu negara yang nota benenya lebih tepat disebut negara Thaghut (baca Hindunesia-Jawa)
Penutup
Karena sumber pendidikan manusia berasal daripada Allah (Surah Al-Alaq 1-5), maka konsep pendidikan Islam haruslah dapat menghasilkan manusia-manusia yang pintar dan teguh iman, bukan manusia-manusia sekuler. Kalau Manager Perusahaan harus memahami produksi yang bagaimana dibutuhkan konsumer, Manager Pendidikan harus memahami kualitas manusia yang bagaimana nyang dikehendaki Allah, bukan yang dikehendaki masyarakat/konsumen.
Billahi fi sabililhaq.
Ali al Asytar
Acheh - Sumatra
Acheh - Sumatra
http://waynebimo.wordpress.com/2010/02/07/masuklah-islam-secara-kaffah/
----------
http://ismail-asso.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar