SEMUA RASUL ALLAH KECUALI ADAM
DIUTUS UNTUK MEMBEBASKAN KAUM MUSTADH’AFIN
DARI BELENGGU YANG MENIMPA KUDUK-KUDUK MEREKA
TUGAS INI DITERUSKAN PARA IMAM DAN PARA ULAMA WARASATUL
AMBYA’
SEDANGKAN PARA BAL’AM BERSEKONGKOL DENGAN PENGUASA
DESPOTIK UNTUK MENINABOBOKKAN KAUM MUSTADH’AFIN DI SELURUH DUNIA
Angku di Tampokdjok, Awegeutah
Acheh – Sumatra
Di
Ujung Dunia
Bismillaahirrahmaanirrahiim:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu“. (QS, al-Baqarah [2]:
208-209).
Mari
Kita ber-Amarmakruf dan Nahimungkar di Indonesia
Darimana
kita mulai?
Dari
kemanusiaan. Ada 2 kutub kemanusiaan di Dunia sejak Allah menjadikan WakilNya (Adam)
di muka Bumi yaitu kutub Habil dan kutub Qabil. Kenapa kita musti mulai dari
Habil dan Qabil? Sebab kaum Mustadhafin terkecoh pikirannya oleh penampilan
manusia yang berpakaian Islam tetapi berhati Iblis. Mereka menggunakan
ayat-ayat Allah sekedar untuk mengelabui kaum Mustadhafin hingga terpana dengan
ajaran agama yang dibawa para Ulama gadongan yang bercokol di lembaga MUI itu.
Lembaga Bal-‘am tersebut mulai
zalim pada zaman Suharto untuk melanggingkan kekuasaannya. Justeru itulah
Kekuasaan Suharto lama bertahan disebabkan mendapat support kuat dari para
Bal’am. Qabil ala Suharto dilengserkan Amin Rais cs tetapi sayangnya Amin Rais
tidak cukup pintar dalam berpolitik dan Agamanyapun cendrung masuk perangkap
para Bal’am. Akibatnya walaupun Suharto sudah lengser, persekongkolan Fir’un,
Karun, Hamman dan Bal’am masih saja bertahan hingga kaum Mustadhafin tetap tidak
terbebaskan dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka. Sayang Amin Rais sendiri di zaman Jokowi yang sedang
meniti jejak Habil, berseberangan sepakterjang dengan nya.
Salah
satu pengikut Qabil yang sangat kental paska Suharto adalah Yudhoyono.
Dizamanya KPK yang bertugas untuk memberantas Korupsi, diancam dengan penjara
dan bahkan dihabisi dengan rekayasa. Salah seorang korban rekayasa adalah Antasari
Azhar hingga dengan mudah dimasukkan dalam penjara. Demikian juga Abraham Samad, tidak luput dari
sandiwara yang dimainkan Yudhoyono. Walaupun
kebanyakan kaum mustadhafin belum mampu mendeteksinya, insya Allah mereka akan
memahaminya saat Antasari Azhar membuka kedok Yudhoyono secara transparan.
Alhamdulillah kita sudah memahaminya sebelum Antasari membongkarnya disebabkan
sepakterjang dari persekongkolan Firun, Karun Hamman dan Bal’am telah lama kita
dalami via Ideolog-ideolog yang brilliant, dimana mereka menimba ilmu dari Abu
Dzar Ghifari, Salman Al Farisi dan Al Miqdad (baca 3 Sahabat Rasulullah yang
paling setia).
Sejak
terbunuhnya putra Nabi Adam yang bernama Habil, Agama Nabi Adam dipelintir oleh
Qabil yang durhaka. Qabil pembunuh manusia di awal sejarah kemanusiaan
merekayasa Agama ayahnya hingga pengikutnya meyakini bahwa itulah agama Nabi
Adam dan Siti Hawa. Agama dalam bentuk yang
rusak secara horizontal menambah rujam dengan rusak juga secara vertical di
zaman Namrud. Lalu Allah menurunkan Nabi Ibrahim untuk meluruskan kembali
agamaNya. Setelah Nabi Ibrahim berpulang kerahmatullah, muncullah Fir’un, Karun
Hamman dan Bal’am, dimana persekongkolan mereka diabadikan di Mina (Baca
Jamaratul ‘ula, Jamaratul Wus’a dan Jamaratul ‘Aqaba), Hamman disatukan dengan
Karun. Lalu Allah swt memunculkan Nabi Musa dan Harun untuk meluluhlantakkan
sepakterjang Fir’un, Karun, Hamman dan Bal’am. Sayangnya Bani Israel yang
diselamatkan Musa dan Harun, dengan mudahnya masuk perangkap Samiri hingga
agama Allah dipalsukan kembali sampai hari ini.
Bal’am inilah yang mempengaruhi
manusia agar bekerjasama dengan penguasa Zalim di seluruh dunia. Kita tidak
berbicara di negara-negara yang mayoritas penduduknya non Islam tetapi
persekongkolan yang perlu kita ungkap adalah di negara-negara yang mayoritas
penduduknya mengaku beragama Islam, agar kaum mustadhafin sadar bahwa agama
Allah yang murni tidak lagi diikuti Penguasa dan ulama Bal’am tetapi agama yang
mereka anut adalah agama Qabil. Itulah sebabnya secara ideology mereka disebut
manusia Kutub Qabil, bukan manusia Kutub Habil.
Islam dan Negara tidak dapat
dipisahkan. Tanpa negara yang benar Agama
akan rusak dibawah persekongkolan Penguasa dan Ulama Bal’am. Tanpa Negara yang
bebas dari sepakterjang Penguasa Zalim dan Bal’am, kaum mustadhafin akan menderita di Dunia dan bahkan di Akhirat juga
bagi kaum mustadhafin yang mengikuti agama Ulama Bal’am/agama Qabil. Qabil juga
mengaku beragama “Islam” tetapi siapapun yang melawan kebijaksanaannya akan
dibunuh walaupun saudaranya sendiri, apalagi orang lain.
Semua
Rasul kecuali Adam, diutus Allah untuk membebaskan kaum mustadhafin dari
belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS,7:157 & QS, 90:12-18). Ulama
gadonganlah yang menjauhkan kaum mustadh’afin dari pembendaharaan dunia. Dalam
pandangan Islam Murni, Negara adalah milik Rakyat bukan milik penguasa atau
pejabat. Justeru itu kekayaan Negara juga milik Rakyat bukan milik penguasa dan
pejabat. Disa’at kaum mustadhafin dituduh bersalah tidak bekerja dengan rajin
oleh kaki tangan penguasa zalim, kebanyakan kaum mustadhafin mengiyakannya
tanpa memahami kenapa mereka menjadi malas. Kalau Rasul Allah diutus untuk
membebaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka,
otomatis yang namanya Ulama benaran (Ulama Warasatul Ambia’) juga bertugas
untuk membela kaum mustadhafin, bukan seperti Bal’am, bersatu dengan penguasa
zalim untuk meninabobokkan kaum mustadh‘afin.
MUI
dizaman Yudhoyono tidak berbeda dengan MUI di zaman Suharto. Kini ketika Jokowi
dan Ahok cs mulai menempuh “jejak manusia
Habil“, mereka yang bercokol di lembaga MUI tersebut mulai berseberangan jalan
dengan Jokowi dan Ahok cs. Yang paling ketara adalah, ketika Ahok sedang
mengikuti “jalan para Rasul“ untuk
membebaskan kaum Mustadhafin Jakarta dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk
mereka. Namun lihatlah bagaimana para Bal’am yang bercokol di lembaga MUI,
berdaya upaya uantuk memfitnah Ahok hingga berhasil memaksanya berurusan dengan
para Hakim atas tuduhan penistaan agama. Andaikata pembaca memiliki sedikit
saja ideology Islam murni, pastilah anda memahami benarnya literatur “Angku di Tampokdjok Awegeutah“ ini.
Disamping
sepakterjang para Bal’am tersebut amatilah apa yang sedang terjadi dalam proses
pemilihan kepala daerah DKI tahun 2017 ini. Putaran pertama Ahok – Jarot masih
unggul dari paslon nomor 1 dan 3, namun yang dilupakan oleh sebahagian penduduk
DKI adalah usaha licik tokoh-tokoh yang bekerjasama dengan para Bal’am untuk
menggulingkan Ahok via putaran ke 2. Apabila hal ini berhasil, usaha yang sama
akan ditujukan kepada Jokowi cs. Apabila sepakterjang mereka berhasil, tamatlah
riwayat Indonesia yang sedang menapaki jalam manusia Habil dan kembali
Qabil-qabil bergentayangan di seluruh Indonesia, termasuk Papua dan Acheh –
Sumatra, negeri Angku di Tampokdjok. Para pecinta kebenaran akan dipaksakan
masuk penjara dan para Koruptor tetap langgeng di Nusantara ini tanpa waswas,
kecuali tiba saatnya kemunculan Imam Mahdi al Muntazhar dan Nabi Isa bin Maryam
untuk memimpin Dunia seluruhnya secara adil. Mungkin saat tersebut kebanyakan
kita tidak sempat menyaksikannya disebabkan umur kita sendiri yang sudah
berakhir.
Disebabkan
Yudhoyono sudah kalah dalam pilkada anaknya, dia mulai menggempur Ahok, bersatu
dengan Prabowo yang sama sepakterjangnya dengan Suharto. Rakyat Indonesia dapat
melihat di video dibawah ini, bagaimana “pagi-pagi“ benar sudah mulai merapatkan barisan dengan
calon yang diusung para Bal’am lainnya yaitu Anie Baswedan – Uno. Anies ini
memakai peci untuk mengelabui kaum mustadfhafin. Sebagaimana kita katakan
sebelumnya bahwa andaikata rakyat Jakarta secara mayoritas mengikuti para
Ideolog Islam Murni, pasti sadar bahwa dibelakang Anies yang lugu itu adalah
Prabowo, Qabil yang juga memakai peci macam Suharto. Sepertinya mayoritas
rakyat Indone sia masih kabur pandangan mereka saat berhadapan dengan Prabowo
dan Yudhoyono yang ber bahaya bagi kaum mustadhafin itu. Justeru itulah kita
ingatkan sebagai “Dakwah berislakh“ untuk
membebaskan kaum Mustadhafin Indonesia, West Papua dan Acheh – Sumatra dari
belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka dalam hidupnya. Semoga kaum mustadh’afin
dimanapun mereka berada sadar bahayanya mengikuti sepakterjang para Bal’am dengan
ideology Qabil, bukan ideology Habil. Apabila mereka sadar Ahok - Jarot pasti
menang dan Kaum mustadhafin akan mendapat angin segar, bukan saja di Jakarta tetapi
juga insya Allah, West Papua dan Acheh –Sumatra.
Literatur
singkat ini kita tutup dengan ayat Allah:
“Orang-orang yang zalim itu kelak akan tahu,
“Orang-orang yang zalim itu kelak akan tahu,
kemana mereka akan kembali“
(QS, Asy-Syuara: 227)
(QS, Asy-Syuara: 227)
Billahi fi sabililhaq
Angku di Awegeutah Tampokdjok
Acheh – Sumatra
Di Ujung Dunia
http://ismail-asso.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar