Kita sulit menyapa, bunyi suara ini dari arah
sebelah mana. Yang pasti suatu komentar canggih,
menyebabkan kita sulit menentukan arah, dari sebelah
mana sanjungan ini. Bukan karena komentator biasa,
tapi suatu komentar yang menurut kita sangat canggih,
melibihi yang dikomentari.
Karena itu disini kita" agak" kurang enak, menjadi
malu, tapi juga sekaligus menjadi bangga. Padahal
tulisan yang dikomentari banyak mengandung
kekurangan yang tak terhitung banyaknya.
Justeru sebaliknya disini ingin kembali
mengomentari balik atas atas bait-bait puitisnya
yang menjadi lebih menarik untuk kita komentari
balik. Karena kita orang Papua dalam sistem
pendidikan jajahan yang biased cultur dan budaya
Indonesia, masih ada rekan Papua sebagaimana saudara
Iyopoo Mee, yang sanggup membahasakan dengan bahasa
yang sangat indah.
Iyope Mee, menunjukkan kecanggihan komentar dan
kemampuan IQ atau intelek diatas rata-rata anak-anak Papua.
Saudara Iyope Mee ini dimiliki kelebihan dalam mengolah
kata yang sangat bagus dan indah menurut saya.
Menurut saya Bung Iyopoo Mee memiliki rasa estetika tinggi,
hal terlihat betul dari komentarnya atas tulisan saya yang
sangat sederhana dan kacau. Bahkan sebenarnya,
diperhatikan, gagasan saya sesungguhnya
lompat-lompat dalam ide penulisannya.
Karena itu disini saya berani mengatakan bahwa
kemampuan Saudara Iyopoo Mee diatas kemampuan
rata-rata kita, dia lebih mapan dalan hal
intelektualitas kita biasa. Kita kagum dan salut padanya.
Kemampuan demikian itu menjadi nyata dan ia
telah mempertunjukkan kepada kita dalam komentarnya
atas tulisan sederhana itu.
Komentar yang canggih seperti ini dan yang itu
tidak memungkinkan semua kita. Tapi ia mampu
mengexpresikan suatu tingkat inteletual sebagaimana
yang diperlihatkan pada kita semua.
Komentar yang didalamnya penuh dengan nuansa
sastra mengingatkan saya pada Gunawan Muhammad, yang
pernah menulis dengan sangat indah tapi banyak
mengandung pesan-pesan moral, sembari
me-reintrepretasi pengantar buku karya Nurcholis
Madjid yang berjudul : "Pintu-Pintu Menuju Tuhan"
yang diterberbitkan oleh Yayasan Paramadina pada
edisi kedua kalinya.
Kita diingatkan dalam pesan moralnya Iyopoo Mee,
yang menulis dalam tanda petik sembari
mempertanyakan komitmen kita pada perjuangan.
"Bukankah "suci" paradigma orang Papua Barat terapan
Neo-Kolonialisme NKRI?.
Dalam nada pertanyaan, ia menyatakan ini. Apa yang
dimaksudkannya tidak begitu jelas bagi kita. Tapi
kita mulai mengerti bahwa ia mengatakan bahwa
perjuangan Papua "kayaknya" ada yang diintervensi
dan dibuat sebagai susupan dari luar. Dan hal itu
diikuti segelintir elit Papua dengan janji-janji
tertentu. Kepada segelintir orang Papua itu
difasilitasi dengan fasilitas tertentu dan jabatan
tertentu.
Selanjutnya kita orang-orang Papua, tidak
memperjuangkan Papua Merdeka secara sesungguhnya,
tapi katanya hanya membangun egoisme, cari nama,
gila pujian dengan membiarkan persatuan dan
persaudaraan antar sesama pejuang Papua sebagai
akibat utama perpecahan gerakan perjuangan dengan
kata-kata di bawa ini :
Atas nama "pembangunan AKU" mereka melepas "cinta".
Akiabat yang terjadi adalah hilangnya rasa saling
menghargai, saling melindungi dan menjaga antar
sesama pejuang Papua. Dia menyebutnya dengan 'Putus
cinta'. Putus hubungan kesatuan dan persatuan antar
sesama masyarkat Papua. Sehingga harapan papua
merdeka menjadi harapan belaka. Hanya sebagai
mimpi-mimpi indah bagi rakyat kecil. Sebab ketiadaan
kesatuan dan persatuan para pemimpin menyebabkan
Papua Merdeka hanya menjadi mimpi. Lanjutnya lagi :
"Putus Cinta" sebab rentetan "uthopis" langka
perjuangan".
Ketiadaan saling menghormati antar pejuang menjadi
sulit mewujudkan Papua merdeka yang sesungguhnya
sudah didepan mata. Hal mana demikian itu pernah
diwujudkan dalam kongres Papua ke II di GOR pada tahun 2000.
Semua sebab keretakan oleh akibat ketiadaan saling menghormati
dan mencari nama para elit pejuang Papua merdeka
adalah kenyataan kelemahan.
Maka, benarlah kemiskinan "penghargaan itu".
Karena Siapa? Yah..., tidak lain adalah "saya". Saya
yang tetap bertahan dengan akal kebodohon. Akal yang
meng-kuasai otak, ulah hitungan "harga" yang HARUS
diterima. Itukah rakyat PB?, itukah Pejuangan PB?."
Oleh siapa semua ini, tapi ia menulisnya dengan
kata 'Karena Siapa', dijawabnya sendiri, Iyopoo Mee,
oleh 'Saya'. Saya atau egoisme, membangga-banggakan
diri, Papua Merdeka kalau bukan saya tidak bisa atau
saya yang paling bisa membuat Papua merdeka. Segala
tengek bengek egoisme dinyatakannya dalam bentuk
puitis, menjadi mendalam dan indah untuk kita
membacanya.
Hal demikian dan kemampuan bagus dengan bahasa
indah dimiliki Iyoope Mee. Ada beberapa hal
yang penting di cermati oleh kita atas komentar
Iyopoo Mee, yang mengandung pendidikan etika
sekaligus estetika antara lain adalah :
Pertama; Antar sesama Pejuang Papua , tidak bisa
tidak, tapi penting untuk saling menghargai antar
sesama "anak-anak Papua". Pesan intrinsik yang
disampaikannya sebagai usulan sampingan tetapi,
paling utama, dari isi pesannya adalah dengan
mematikan egoisme, atau gila hormat.
Kedua; Dengan adanya egoisme dan tidak saling
hargai, maka orang-orang Papua, para pejuangnya
mudah pecah, bentrok kepentingan, oleh akibat
hegemoni kapitalisme. Sehingga dalam perjuangan
Papua yang mendominasi adalah bukan tujuan tetapi
harapan mendapatkan apa.
Ketiga; Sehingga kita selalu terjebak pada
kepentingan, yang sesungguhnya itu, adalah
kepentingan asing. Akibatnya kita mudah
dipecah-belah oleh musuh, dan kita khirnya mau juga
hanyut didalamnya.
Kempat; Orang Papua harus kembali merumuskan
gerakan Perjuangan Papua Merdeka dengan berbagai
pendekatan, terutama mencari formulasi tepat dan hal
ini kalau kita selalu merenung, merefleksi. Mungkin
yang dimaksudkannya adalah pendekatan gerakan
perjuangan dengan gerakan intelektual.
Pujian patut kita sampaikan pada Iyopoo Mee, agar
perpecahan yang diakibatkan oleh dominasi
kepentingan kapitalisme dan kolonialisme dapat
terhindar bagi tokoh-tokoh Papua. Karena itu hanya
memalingkan tujuan murni yakni kewajiban berjuang
membela tanah Air Papua.
Pesannya ini memiliki relevansi kondisi obyektif
yang kini kita hadapi. Bagi para tokoh Papua jangan
kalian menjual Papua kepada kepentingan orang-orang
asing. Tapi bersatulah kalian semua agar kita
membebaskan diri dari penjajahan.
Iyopoo Mee mengakhiri pesan komentarnya itu dengan
kembali membuka hubungan antar sesama pejuang Papua,
misalnya antara sayap TPN/OPM di satu sisi dan
PDP/DAP dipihak lain dengan saling mengakui
eksistensiya. Tapi agaknya ia lebih menaruh harapan
untuk bertemu untuk saling menyapa kembali antar
sesama pejuang Papua
Demikian kita pahami dari komentar Iyopoo Mee yang
sarat nilai dengan pendidikan bagi kita semua,
Gerakan Perjuangan Menuju Papua Merdeka, terutama
dari aspek politic education, isi pesannya sangat
relevant kondisi papua kekinian kalau kita mau
belajar menghargai teman sesama pejuang Papua.
http://ismail-asso.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar