SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

24 Juni 2009

ESENSI HAJI II

Bismillaahirrahmaanirrahiim.



MENGGALI DAN MENYOROT ESENSI HAJI
II
hsndwsp
(Acheh - Sumatra)


ISLAM FUNDAMENTALIS ADALAH ORANG-ORANG ISLAM YANG MEMILIKI PIJAKAN KUAT PADA FONDASINYA SERTA BER-IDEOLOGY ISLAM


3. Sa'i.
Kini selesai sudah tahap Hajimu yang pertama. Kini engkau harus berperan sebagai Ibrahim, yang tidak luput dari percobaan-percobaan. Engkau juga akan mengalami percobaan yang sama sebelum engkau meraih suatu keberhasilan. Setelah itu engkau akan berperan kembali sebagai Hajar, manusia yang sendirian dan kesepian ini, yakin benar bahwa sebagai seorang manusia tentu membutuhkan teman, sebagai seorang suami tentu membutuhkan seorang isteri atau lebih, sebagai seorang isteri tentu membutuhkan seorang suami untuk melindunginya, dan seorang anak tentu membutuhkan kasih sayang Ayah dan Bunda. Namun digunung tua yang mencekam itu, yang belum ada bangunan sa-at itu walau jambore sekalipun dan tidak ada satu pohonpun walau Widuri, Hajar adalah sendirian, kecuali buah hatinya, Isma'il, calon wakil Tuhan diantara deretan wakil Tuhan yang lainnya. Hajar adalah Hajar. Dia yakin benar, Allah dapat menggantikan segala-galanya.

Sebagai manusia Ideal dia membutuhkan air dalam kehidupannya. Karena itulah dia pergi ke bukit Safa, namun disana ternyata tidak ada air. Lalu dia pergi ke bukit Marwa, dan disanapun ternyata juga tidak ada air, kemudian kembali lagi ke bukit Safa. Hal ini dilakukannya pulang pergi sebanyak 7 kali, namun belum juga membawa hasil. Akhirnya sambil memohon kepada Allah kembali menemui anaknya yang sedang menangis. Ketika Hajar mendekati Isma'il, terdengarlar gemuruh suara air yang memancar dari hentakan tumit Isma'il.

Ternyata keberhasilan muncul setelah usaha dan do'a dipadukan. Hal inilah diantara sekian banyak ilmu yang terdapat dalam pertunjukan Akbar ini (Haji) yang perlu digaris bawahi oleh kaum Muslimin dijaman sekarang ini sepertinya Islam agama cemerlang namun sudah Dekaden. Di jaman era Globali sasi ataupun abat Melinium, memang masih banyak orang-orang yang mampu menghafal Quran, ma sih banyak orang-orang yang mampu menterjemahkan Quran ke dalam bahasa mereka sendiri, selain orang-orang yang "Mother Tongue" nya memang bahasa Arab, dimana Qur-an diturunkan. Namun ke semuanya itu belum apa-apa. Mereka adalah nol nol yang menga-nga."Bagaikan buih di lautan" bak kata Rasul. Persoalannya, Qur-an itu tidak mampu ditangkap maksudnya kecuali orang-orang yang bersih "A'qidahnya" dari perangkap-perangkap Syirik, baik secara syar'i maupun secara filosofis (QS.56;79)

4. Wuquf di Arafah.
(Guruku telah mengajariku): "Afala ta'qilun, Afala yatazakkarun". Engkau telah mengambil tekat di Miqad untuk benar-benar menjadi hamba Allah. Engkau telah mencebur diri ke dalam sungai kehidu pan (Tawaf) dan engkau juga telah menjabat tangan kanan Allah. Kini engkau telah dibangkitkan dari kubur masing-masing, dengan menggunakan kain kaffan engkau diperintahkan berkumpul di Padang Arafah, tempat pertama sekali Endatu mu, Adam dan Hawa dipertemukan.

Arafah adalah lisanul Arabiah yang berarti ilmu pengatahuan (sain dan tekhnologi). Ilmu ini diturun kan Allah kepada manusia pertama (Adam dan Hawa). Ilmu ini diturunkan dalam tempat yang terang benderang, karena itu engkau harus wukuf disini pada waktu siang bukan malam.

Dimanapun engkau menuntut ilmu jenis ini di dunia, didalam ruangan yang terang diwaktu siang, kalaupun engkau belajar diwaktu malam engkau harus menggunakan lampu penerangan. Kenapakah demikian? Kalau engkau menuntut ilmu jenis ini di kegelapan kemungkinan besar engkau akan berhadapan dengan syaitan (QS.113: 1-5). Dimanakah engkau sekarang?. Dipadang Arafah. Kapan ?. Siang. Kalau siang di Arafah panasnya bukan main, tapi apapun yang terjadi bersabarlah.

Memangnya engkau perlu dibakar untuk membunuh egomu. Barangkali engkau sebelum ini tak pernah kena sinar matahari. Rumahmu, kenderaanmu, kantormu serba AC. Engkau tak pernah merasakan bagaiman penderitaan saudaramu disengat mata hari di tengah sawah yang terbentang luas, ditengah-tengah padang pasir yang tandus, ditengah lapangan bermandikan keringat, demi mencari sesuap nasi untuk menyambung hidup yang serba nafsi-nafsi.

Hari ini rasakanlah kepedihan, penderitaan mereka saudaramu seiman seagama. Kendatipun terasa berat bersabarlah, anggap saja sebagai hukuman seumur hidupmu. Biarlah terbunuh semua egomu di padang Arafah agar sebentar lagi engkau memperoleh "kesadaran".

Kesadaran apakah itu?. Kesadaran suci sebagai pribadi muslim sejati. Dimankah itu?. Di "Masyarul haram". Kapankah itu?. Sabarlah sebentar lagi setelah egomu lumer dibakar matahari Arafah. Tidak ada kerjakah di Arafah itu?. Tidak. Engkau hanya beristirahat selama satu hari penuh.
Namun yang penting engkau ingat kebersamaanmu dalam penderitaan membentuk pribadi muslim bersaudara bukan lewat darah tetapi lewat Ideologymu sebagi persiapan engkau sendiri menjadi Arsitek Revolusi menakala engkau kembali kenegerimu masing-masing. Rasakanlah pedihnya sengatan mata hari Padang Arafah, agar egomu benar-benar musnah. Lupakanlah segala-galanya kecuali Allah. "Innalillahi wainnailaihi rajiun".

5. Masy'arul Haram
"Guruku telah mengajariku" (Afala ta'qilun? Afala yatazakkarun?). Mulai sekarang engkau harus mematuhi perintah Matahari yang datang dari belakangmu. Dari arah Timur menuju Masya'rulharam terus kesebelah Barat,lalu ke lembah Mina. Matahari juga ikut melaksanakan Haji. Engkau buat sementara harus mematuhi aba-aba yang datang dari Matahari. Begitu Matahari tenggelam di ufuk Barat, takseorangpun dibenarkan lagi tinggal di Arafah (Sain dan Tehknologi), begitu Matahari menghilang di ufuk Barat, semua pasukan jihad diperintahkan menuju Masya'r.

Disanalah engkau memasuki "laboratorium" kesadaran. Kesadaran apakah itu? Kesadaran suci. Apakah kesadaran suci itu? Kesadaran seorang pribadi Muslim sejati. Dimanakah engkau sekarang? Di Masya'rulharam. Apakah artinya itu? Masya'rulharam adalah lisanul A'rabiah, yang berarti "Kesadaran suci". Tidak ada apapun yang harus engkau kerjakan disini kecuali mencari batu kerikil untuk engkau lontarkan nanti di lembah Mina (Jamaratul u'la, Jamaratul wusa' dan Jamaratul a'qaba). Kerikil yang bagaimanakah yang harus engkau pilih? Pilihlah batu kerikil yang mengkilap, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Apakah artinya kesemua itu?

Kalau A'rafah sain dan tehnologi, Masya'r adalah Hikmah dan Wahyu (QS.62;2). Dimensi ilmu yang diturunkan di Masya'r ini adalah "Primer". Artinya lebih utama dari ilmu-ilmu yang lainnya.. Ilmu ini diturunkan melalui para Rasul/Utusan sejak dari Adam sampai Muhammad.

Selanjutnya diwariskan kepada Imam-imam, para Ulama sejati, Penyeru-penyeru kebenaran (Pendakwah Sejati/pendakwah yang berislakh) dan yang terakhir kepada orang-orang Mu`min Sejati. Ilmu tersebut adalah sinar diatas sinar. Itulah sebabnya wuquf di Masya'r dilaksanakan di waktu malam. Ilmu ini tidak membutuhkan penerangan, tidak membutuhkan lampu dalam prosesnya, sebab dia sendiri merupakan lampu untuk menerangi ilmu-ilmu yang lainnya.

Siapapun yang memiliki ilmu ini, tak akan sesat dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Terdapat istilah yang relevan dalam agama Yahudi dan Nasrani yaitu 'Sofia', demikian juga dalam agama Hindu dan Budha yang dinamakan 'Nirwana'. Namun yang harus kau yakini sesungguhnya yang benar-benar Sofia dan Nirwana adalah Hikmahnya Islam. (Innad dina i'nda Allahil Islam). Hanya Islamlah satu-satunya yang termasuk agama Samawi, sementara yang lainnya adalah agama Ardhi. Yahudi bukan agama nabi Musa dan Nasranipun bukan agama nabi Isa. Yahudi adalan suatu agama yang dinisbah kan kepada seorang tokoh yang kontraversi dengan nabi Musa, yang bernama Yahuda. Sedangkan Nas rani adalah suatu agama yang dinisbahkan kepada seorang tokoh yang kontraversi dengan nabi I'sa, yang bernama Nashara.(QS. 2;140)

Masih ingatkah engkau dimanakah engkau sekarang? Di padang Mahsyar. Ah, bukan. Yang kumaksudkan adalah Masya'rulharam. Engkau ditugaskan untuk membuat persiapan-persiapan. Persiapan apakah itu? Persiapan "Perang". Berperang dimana? Di lembah Mina. Mina itu apa? Mina adalah lisanul A'rabiah yang berarti "Cinta". Tapi bukan cinta antar sesama manusia. Mina adalah cinta "Kupu-kupu". Demi cinta sucinya ,nyawa dipertaruhkan. Itu adalah kerjanya Komando Jihad Sejati. Demi perintah Allah dikorban kan segala-galanya. Secara filosofis Mina melambangkan cinta kepada Allah, dan itulah yang dimaksudkan cinta yang sesungguhnya.

Kini Ibrahim berseru! Wahai pasukan jihad, persiapkanlah peluru-pelurumu untuk kau tembakkan dalam seranganmu di Mina. Berapa pelurukah kau butuhkan? 77 peluru. Berhati-hatilah jangan sampai kau ambil peluru yang sembarangan. Pilihlah peluru-peluru yang efektif. Gunakanlah senjata yang sesuai dengan kemampuanmu. Engkau boleh memilih AK 47, Minimi, GLM atau Nuklir sekalipun,terserah engkau sendiri. Demikianlah lazimnya orang-orang yang terlibat di medan tempur. Dimana mereka menyadari akan berhadapan dengan kekuatan musuh yang tangguh di arena pertempuran.

Dimanakah posisimu sekarang? Dalam persiapan alat-alat tempur. Dimana? Di Masya'rulharam. Akan kemanakah engkau setelah itu? Ke lembah Mina, lambang Cinta dan Keyakinan. Adam dan Hawa bertemu di padang A'rafah, disanalah mereka memperoleh Ilmu (A'rafah). Setelah Adam dan Hawa sadar (Masya'r) bahwa mereka memiliki jenis kelamin yang berbeda, muncullah rasa cinta (Mina). Lalu berakhirlah kehidupan secara Individual dan berganti dengan kehidupan secara Komunal (mulai berproduktif).

Secara filosofis, manusia 'ideal' adalah, bermula di A'rafah (tahap ilmu pengetahuan), lalu menuju Masya'r (tahap kesadaran), dan terus ke Mina (tahap keyakinan cinta dan aksi).
Selanjutnya perhatikanlah perbandingan berikut:
1. Filosof, bermula dari A'rafah dan tetap di A'rafah, tidak pernah beranjak ke mana-mana.
2. Sufi, bermula di Mina dan juga tetap di Mina, tidak pernah beranjak ke mana-mana.
3. Islam sejati, bermula di A'rafah, lalu ke Masya'r terus ke Mina.(Sistematis, Optimis, Kreatif dan Dinamis)


Selanjutnya marilah kita ber Afala ta`qilun dan Afala yatazakkarun!
Semua Rasul Allah/Utusan Allah adalah Idiolog-idiolog. Kepada mereka diamanahkan untuk menghidupkan/ merealisasikan kekuasaan Allah di atas permukaan planet Bumi ini. Setelah priode mereka berakhir, amanah tersebut diteruskan oleh Imam-Imam, para U'lama Warasatul Ambia'. Mereka itu semuanya adalah Idiolog-Idiolog Islami. Islam yang memiliki ilmu pengetahuan (A'rafah) serta memiliki kesadaran suci (Masya'r) untuk apa sesungguhnya hidup di dunia ini, beraksi, bertempur (Mina) untuk menumbangkan system Thaghut di permukaan Bumi ini, lalu menggantikan dengan system Allah (Kedaulatan Allah). "Qulja al haqqu wazahaqal bathil innal bathil lakana zahuqa" ( QS. 17 ; 81 ).

Sedangkan para Filosof asik membangga-banggakan ilmu pengetahuannya, merasa sejuk dan aman hidup dibawah kekuasaan Thaghut, dan membiarkan Kaum Dhua'fa merintih di gubuk-gubuk reot dan menahan beban hidup yang menimpa kuduk-kuduk mereka. Sementara para Sufi juga asik dengan angan-angan mereka untuk menggapai Syurga. Betulkah? Tunggu dulu.

Bagaimana mungkin semudah itu bisa dapat Syurga, dengan berkomatkamit membaca mentera-mentera, membisikkan kata-kata Surga ketelinga pengikut-pengikutnya, tanpa berjuang sama-sekali untuk membebaskan kaum Dhua'fa dari belenggu penindasan dan penjajahan, sebagaimana yang di diperjuangkan para Rasul, para Imam, para U'lama Warasatul Ambia' (Pemimpin Kaum Dhua'fa). "Afala ta'qilun? Afala yatazakkarun?".

Dimanakah engkau sekarang? Mendekati pintu gerbang Mina. Setelah seseorang memiliki pengetahuan yang benar, dia sadar bahwa kita sesungguhnya punya musuh, yaitu Malaikat yang dibuat dari api, kedudukannya dicopot karena membangkang perintah Allah dan berobah menjadi Syaithan/Iblis.

Selanjutnya Syaithan telah mempengaruhi sebagian besar manusia untuk menolak system Allah dan mendirikan sistem Thaghut. Justru itu manusia-manusia Habil (kutup Islam sejati) dan manusia-manusia Qabil (kutub Islam palsu), senantiasa bermusuhan dan saling bertempur di Planet Bumi ini, baik secara fisik dan materil maupun secara mental dan spiritual.

Dalam setiap pertempuran, manusia Qabil membuat propaganda-propaganda, bahwa kita Islam ex trem, fanatic, fundamentalis, radikal, teroris dan lain-lain istilah yang membingungkan orang awam. Engkau harus tau persis bahwa istilah extrem dan fanatic adalah dua sifat yang pasti ada pada setiap Rasul/Utusan Allah, Imam-Imam, para Ulama warasatul ambia', Penye ru-Penyeru kebenaran (Pen dakwah Sejati) dan orang-orang Mu'min sejati. Extrem dan fanatic berarti mujaddid dan istiqamah. Mujaddid berarti bersungguh - sungguh dalam beramar ma'ruf dan nahi mungkar, sedangkan fanatic berarti teguh pendirian bagai kan ikan di laut, kendatipun lingkungannya asin, ikan itu tetap tawar. Bukan seperti bunglow tergantung kepada siapa saja yang mempengaruhinya. Andaikata kedua sifat tersebut dapat digusur dari komunitas Islam dengan berbagai macam propaganda, sirnalah Ideology Islam di permukaan bumi ini, yang tinggal hanyalah buih-buih di lautan yang tidak berdaya, bak kata Rasul.

Islam fundamentalis adalah orang-orang Islam yang memiliki pijakan kuat pada platformnya, pada fondasinya, pada fundamentnya (pada Aqidahnya/Ideologinya). Mereka adalah orang-orang yang ber Ideologi Islam, Islam yang hidup dalam suatu komunitas secara bersaudara bukan karena sedarah, sekeluarga dan seketurunan, tetapi disebabkan se aqidah/seIdeology.

Mereka itu adalah orang-orang yang memahami serta meyakini bahwa Qur'an itu adalah pedoman hidup dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Mereka itu adalah orang-orang yang meyakini bahwa hukum-hukum yang diturunkan Allah bukan hanya sebatas dipahami saja, tetapi untuk direalisasikan dalam kehidupan bernegara. Mereka senantiasa memperjuangkan suatu system yang mendapat redha Allah di negerinya masing-masing, bukan dinegeri orang non Muslim.

Justru itulah orang-orang Islam Qabil sangat anti kepada orang-orang Islam Fundamentalis. Aneh memang. Orang-orang Belanda menindas/menjajah bangsa Acheh tanpa sebab yang dapat dibenarkan, kecuali pikiran primitif merekalah yang membenarkannya. Bangsa Acheh tentu punya harga diri dikala itu untuk membuat perlawanan setangguh mungkin. Lalu dikatakan orang-orang Belanda bahwa orang Acheh itu gila, keras kepala, bangsa yang suka berperang.

Dalam hal ini perlu kita kirim jawaban kepada tuan-tuan Belanda dalam bentuk pertanyaan. Menurut tuan Belanda, bagaimana sebaiknya sikap bangsa Acheh. Apakah bangsa Acheh harus mengangkat tangan, langsung menyerah ketika tuan-tuan membredeli kami?, sebagaimana yang dilakukan oleh sontoloyo-sontoloyo Jawa saat tuan-tuan membredeli mereka?

Persoalan ini sesungguhnya dilakukan oleh orang-orang belanda masa dulu. Orang-orang Belanda se karang ini kemungkinan besar sudah memperbaiki persepsi mereka, namun persepsi yang keliru 180 derajat ini sudah diwarisi oleh sontoloyo-sontoloyo Jawa.

Sontoloyo-sontoloyo Jawa itu sesungguhnya adalah manusia-manusia Qabil yang ingin mengulangi kembali pembunuhannya terhadap bangsa Acheh. Mereka tidak sadar bahwa di Acheh sekarang ini sudah muncul pemimpin yang meniupkan aspirasi Habil kedalam lubuk kaum dhua'fa Acheh untuk menuntut darah endatunya, kendatipun masih ada orang-orang Acheh yang belum memahami inspirasi Habil. Hal ini disebabkan mereka sudah lama sekali tertidur.

Bersambung ke ESENSI HAJI III

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp 
di Ujung Dunia
-------

Tidak ada komentar: