SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

10 Juli 2009

DARI IBADAH RITUAL SAMPAI SOSIAL (AGAMA DUA DIMENSI)

http://ismail-asso.blogspot.com
Bismillahirrahmaanirrahiim




ORANG-ORANG YANG BERIMAN SENANTIASA MENGINAGT ALLAH
SAMBIL DUDUK, BERDIRI DAN BERJALAN

Ali al Asytar
Acheh - Sumatra


Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anakmu
melalaikan kamudari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian,
maka mereka itulahorang - orang yang rugi
(QS. 63: 9)




Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak
mu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang ber
buat demikian, maka mereka itulah orang - orang yang rugi (QS.
63: 9)

Dijaman sekarang ini ternyata banyak sekali hal-hal yang membuat
manusia lalai dari mengingat Allah, Tuhan yang haq bagi segenap
penduduk Langit dan Bumi untuk tunduk patuh kepadanya. Dianta
ra hal yang membuat manusia itu lalai dari mengingat Allah yang
paling populer sekarang ini ialah permainan bola kaki Internasional
yang dipancarkan melalui layar-layar kaca ke hampir setiap rumah
dewasa ini. Justru itu saya menghimbau kepada saudaraku yang
seiman dan seagama, agar merenungkan sejenak bagaimana
yang dikatakan Allah orang-orang yang beriman. Apakah sudah
cukup puas kita mengaku diri sebagai orang yang beriman se
mentara sedikit saja diberikan ujian oleh Allah berupa permainan
"bola kaki",langsung kita tinggal shalat. Padahal kita sedikitpun ti
dak punya alasan untuk tidak shalat, dimana fasilitas cukup terse
dia untuk itu.

Andaikata tingkat bolakaki saja dapat membuat kita lalai untuk
mengingat Allah, bayangkan ketika kita berpiknik atau kegiatan
lainnya pasti juga lupa kepada Allah dengan alasan sukar menca
ri air. Padahal sekiranya kita benar-benar orang yang beriman
pasti kitamempersiapkan air satu jeregen yang kita yakini lebih
penting dari persiapan-persiapan lainnya, demikian jugalah de
ngan Mushallanya. Yang jelas bagi orang-orang yang benar-be
nar beriman tidak ada alasan untuk lupa kepada Allah kapanpun
dan dimanapun kita berada.

Perlu digaris bawahi bahwaMengingat Allah bukanlah hanya terba
tas pada Shalat saja, tapi kapansaja dan dimana saja sebagai con
toh,ketika kita berjualan misalnya. Sepasang pakaian telah dibelikan
oleh seseorang yang kita kenal dan percaya dengan harganya 100.000.
Berhubung orang tersebut tidak membawa uang yang cukup pada hari
itu, dia minta janji agar pakaian itu tidak dijual kepada orang lain dan
insya Allah besok dia akan datang kembali. Namun apa yang terjadi ?
Baru beberapa jam saja berlalu orang lain datang dan menawarkan pa
kaian yang sama. Ketika kita katakan bahwa pakaian itu telah dibeli
orang lain, pembeli itu menawarkan harga malah duakali lipat yaitu
200.000. Disinilah kita diuji apakah kita termasuk orang yang ingat
kepada Allah atau tidak. Apakah kita termasuk orang yang beriman
atau hanya dimulut saja.

Ingatlah firman Allah: "Dan diantara manusia ada yang mengatakan:
"Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian", padahal mereka itu
sesungguhnya bukanlah orang yang beriman. Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu
diri sendiri tapi mereka tidak sadar" (QS. 2 : 8 - 9)

Banyak Khatib yang berkhutbah sampai berbuih-buih liurnya,tapi hati
nya terpaku kepada honor yang akan diberikan sebentar lagi, juga tidak
termasuk orang yang ingat kepada Allah. Hampir disemua Mesjid dewa
sa ini disediakan honor setelah Khatib berkhutbah, sementara di jaman
Rasulullah takpernah terjadi hal seperti itu. Honor itu berfariasi. Diko
ta Metropolitan dimana Presiden, Mentri dan orang-orang "besar" lain
nya bercokol, sebahagian besar Khatib memanfaatkan kesempatannya
itu untuk memuji penguasa dengan menggunakan bahasa ilmiah gadd
ngan nya -- minimal tidak membeberkan kedhaliman apa saja yang dila
kukan penguasa. Justru itu para khatib itu mendapatkan honor yang sa
ngat lumaian. Honor itu malah mengalir sampai ke hari-hari tuanya se
bab dia sudah memfungsikan dirinya sebagai "Bal'am" alias ulama ga
dongan yang menuhankan penguasa, namun dia tidak sadar. Manusia
semacam itu senantiasa meninabobokkan kaum dhu'afa agar tidak mela
wan kedhaliman penguasa dengan kekerasan tapi cukup hanya berdoa
saja agar dijauhkan Allah dari malapetaka. Orang-orang semacam itu
mengaku diri sebagai orang beriman, sementara Allah mengatakan:
"wamahum bimukminin". (Na'uzubillahi min zalik)

Andaikata kita tidak berani menegur atau mengkritik kedhaliman penge
asa, kita harus bersikap seperti "penghuni gua" di jaman Diclianus, raja
zalim. Dengan cara demikianlah kita menjelamatkan aqidah. Bagi kaum
dhuafa yang tidak mampu meninggalkan negrinya untuk hijrah keluar ne
geri, mereka dapat menjelamatkan imannya dengan "Taqiyyah". Namun
bagi yang mampu berhijrah tidak dibenarkan untuk bertaqiyyah. Andai
kata seluruh khatib di Indonesia bersatupadu sebagaimana diperintah
kan Allah, mereka dapat mengkritik penguasa dhalim serentak diseluruh
mesjid dalam negri tersebut. Dengan demikian penguasa dhalim tidak
mampu menangkap mereka. dengan cara demikianlah para khatib yang
benar imannya membela kaum dhu'afa. Dengan kekuatan yang digalang
para khatib saja mampu meluluhlantakkan kekuasaan yang despotik, ko
non pula kalau di suatu negri ada pejuangnya dan para intelektual yang
beriman.

Namun yang kita saksikan para khatib tidak bersatu untuk melawan ke
dhaliman. Mereka menempatkan diri sebagai bagian dari penguasa. Me
reka memfungsikan diri sebagai Bal'am yang menuhankan "fir'aun" dima
na mana hampir seluruh dunia dewasa ini. Dengan demikian jelaslah se
sungguhnya mereka tidak termasuk khatibyang beriman. Tulisan ini bu
kan untuk menghujat mereka tapi, menghentakkan mereka agar bertaubat
sebelum terlambat. Khususnya kepada para khatib di Achehbersatulah
semuanya untuk dapat menyelamatkan aqidah, tidak terfokus hanya pada
ibadah ritual (baca Hablum minallah) tapi juga ibadah sosial (baca Hab
lum minannas. Itulah Islam murni, Islam dua dimensi, secara fertikal dan
horizontal.

Billahi fi sabililhaq
Ali al Asytar
di Ujung Dunia

Tidak ada komentar: