Muhammad al-Tijani al-Samawi.
Akhirnya Kutemukan Kebenaran
Downloads: 296 times
Downloads: 296 times
Sejarah Ringkas Hidupku
(Muhammad al-Tijani al-Samawi.)
(Muhammad al-Tijani al-Samawi.)
Masih tergambar jelas dalam ingatan ketika ayah mengajakku pergi ke masjid
jami' di suatu bulan Ramadhan. Sepuluh tahun usiaku saat itu. Dikenalkannya
aku pada jemaah masjid yang kala itu cukup mengagumiku. Berhari-hari guru
ngajiku telah mempersiapkanku dengan hafalan-hafalan sejumlah ayat suci
AlQuran. Pada saat shalat Taraweh, aku dan anak-anakyang lain ikut berjemaah
dua atau tiga malam sampai sang imam membaca separuh AlQuran, yakni
surah Maryam.
Ayah sangat menginginkan aku belajar AlQuran, baik di sekolah Tahfiz Al
Qur-an atau pada saat senggang di rumah dengan dibimbing imam masjid
jami', seorang dari kerabat kami yang hafal AlQuran. Aku telah hafal AlQuran
sejak kecil, maka wajarlah jika guruku ingin sekali menunjukkan usahanya
dan kelebihannya ini melaluiku. Diajarkannya padaku tempattempat
yang sepatutnya rukuk, dan berulang kali beliau melatihku agar benar-benar
akudapat menghafalnya. Dengan berhasil aku membaca ayat suci di depan
jamaah dengan baik, berarti aku lolos uji. Inilah yang telah lama diharap-
harapkan oleh ayah dan guruku itu. Semua yang hadir mencium dan memu
jiku dengan ucapan-ucapan yang sarat kekaguman yang luar biasa. Mereka
mengucapkan rasa terima kasih kepada guru yang mengajarku itu; dan mem
beri selamat pula pada ayahku. Semua mengucapkan kata Alhamdulillah atas
nikmat Islam dan"berkatnya Syaikh ".
Hari-hari yang kulalui selanjutnya serasa tak dapat kulupakan begitu saja.
Masa kecilku kuisidengan prestasi yang mengundang kekaguman orang
banyak terhadapku dan kemasyhuranyang bahkan merayap jauh ke kam
pung-kampung yang lain. Peristiwa-peristiwa itumeninggalkan goresan-
goresan yang hingga kini masih berbekas dalam hidupku. Setiap kali
aku nyaris khilaf, ada kekuatan yang maha dahsyat yang seakan menge
kangku danmembawaku kembali ke jalan yang benar. Dan setiap kali ku
rasakan lemahnya semangat dantidak bermaknanya kehidupan, kenangan
itulah yang mengangkatku kembali pada semangat yang sangat tinggi, dan
menyalakan api keimanan di dalam kalbuku untuk melalui hidup ini.
Betapa tidak, ayah dan guruku telah membebankan tanggung jawab yang
begitu besar padakudalam usia yang sangat dini, sedemikian sehingga aku
selalu merasa yang aku adalah orang yang tidak layak untuk menjadi orang
setaraf itu atau paling tidak taraf yang mereka inginkan dariku.
Itulah kenapa aku lalui masa kecilku dan masa remajaku di dalam suasana
istiqamah yangrelatif, walaupun kadang-kadang tak luput juga dari kesalahan
dan kesia-siaan yang timbul kebanyakannya dari rasa ingin tahu dan taklid
buta. Karunia Allah mencurah padaku sehingga aku berbeda dari saudara-
saudaraku yang lain dengan sikap tenang dan saleh, tidak terpeleset dalam
dunia maksiat dan dosa-dosa besar.
Tidak mungkin kuniscayakan peran besar almarhumah ibuku dalam hidup
ini. Beliau yangmembukakan mataku dan mengajarkanku surah-surah pen
dek dalam AlQuran, juga hukumshalat dan wudhu. Beliau mencurahkan
perhatian yang besar kepadaku, mungkin karena aku adalah anak lelakinya
yang sulung. Di samping beliau juga mempunyai madu yang lebih tua dari
nya dan telah mempunyai anak-anak yang hampir seusia dengannya. Sede
mikian tekun beliau asuh dan mendidikku seakan-akan beliau sedang ber
lomba dengan madu dan anakanak suaminya yang lain.
Nama Tijani yang diberikan oleh ibuku juga mempunyai keistimewaan
tersendiri dalamkeluarga as-Samawi. Mengingat mereka adalah pengikut
Tijaniah yang pertama kali sejak salah seorang anak Syaikh Sayyidi Ahmad
Tijani yang datang dari Jazair mengunjungi kota Qafsah dan tinggal di ru
mah as-Samawi. Itulah awalnya. Hingga kini, sejumlah besar penduduk
kota itu khususnya kalangan keluarga yang berpendidikan dan kaya-raya
mengikuti Tarekat ini dan menyebarkannya. Kesamaan nama itu membuat
aku makin dicintai dalam Dar Samawi yang dihuni oleh lebih dari dua puluh
keluarga. Begitu juga di luar yang mempunyai hubungan dengan
Tarekat Samawi.
Banyak orang-orang tua yang pada waktu shalat pada malam-malam Rama
dhan waktu itu -seingatku- mencium kedua tanganku dan kepalaku sambil
mengucapkan tahniah kepada ayahku dan berkata: "Ini adalah limpahan
berkat dari Sayyidina Syaikh Ahmad Tijani."
Perlu diketahui bahwa Tarekat Tijaniah tersebar luas di Maghribi, Jazair,
Tunisia, Libya,Sudan dan Mesir. Dan pengikut-pengikut tarekat ini agak
taassub atau fanatik. Mereka tidakmenziarahi kuburan para wali yang
lain. Mereka percaya bahwa semua wali telah belajar dari masing-masing
secara silsilah, kecuali Syaikh Ahmad Tijani. Beliau telah belajar langsung
dari Nabi SAWW walau jaraknya dengan zaman Nabi dipisahkan oleh tiga
belas abad. Mereka
mengatakan bahwa Nabi SAWW pernah mendatangi Syaikh Ahmad Tija
ni secarayaqazhatan, yakni secara nyata, bukan melalui mimpi. Mereka
juga berkata bahwa sembahyang sempurna yang dilakukan oleh Syaikh
adalah lebih baik dari empat puluh kali mengkhatamkan AlQuran.
Sebaiknya kucukupkan saja pembahasan tentang tarekat Tijaniah ini se
belum menjadi bertele-tele. Karena kita akan menyentuhnya juga Insya
Allah pada bab lain dari buku ini. Aku tumbuh seperti layaknya anak-
anak muda yang lain di atas kepercayaan ini. Alhamdulillah, kami semua
adalah muslim Ahlu Sunnah Wal Jamaah, yang bermazhab Maliki, dari
Imam Malik bin Anas, Imam Dar al-Hijrah. Namun kami terpisah di da
lam berbagai tarekat sufi yang tumbuh bagai cendawan di Utara Afrika.
Di kota Qafsah sendiri, ada Tijaniah, Qadiriah, Rahmaniah, Salamiah dan
'Isawiah. Setiap tarekat mempunyai pengikut yang hafal qasidah, zikir dan
wirid-wirid yang dibaca di majlis-majlis tertentu,sembari mengaji AlQuran,
seperti saat khatan, majelis syukuran atau karena nazar. Walaupun tidak
luput dari unsur-unsur negatif, namun tarekat-tarekat seperti ini memain
kan peranan penting dalam menyebarkan syiar-syiar keagamaan dan
menghormati para wali dan orangorang yang shaleh.
Muhammad al-Tijani al-Samawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar