SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

24 Agustus 2009

DIALOG ANTARA MUHAMMAD AL QUBRA DENGAN AHMAD SUDIRMAN (3)

Bismillaahirrahmaanirrahiim








DALIL DALIL TIDAK BERIMANNYA ABUBAKAR DAN UMAR
(MELANGGAR SURAH ANNISA' AYAT 65)
Muhammad al qubra
Acheh - Sumatra


Disebabkan memang Ustaz Ahmad Sudirman ingin menutup-nutupi kesalahan Umar, dia berdaya upaya untuk membelokkan fakta agar sesuai dengan keinginannya. Andaikata dia dapat meneliti dengan benar tentu dia dapat menangkap realita bahwa memang Umar senantiasa syak terhadap rasulullah sendiri. Hal ini dapat dibuktikan ketika dia bertanya apakah engkau Rasulullah? Bagi orang-orang yang benar-benar beriman tentu sangat fatal melemparkan pertanyaan seperti itu terhadap Rasulullah, kecuali memang dia itu menyangsikan Kerasulannya. Apalagi setelah mendapatkan jawaban dari Rasulullah, dia masih mengulang lagi pertanyaan yang sama kepada Abubakar. Hal ini membuktikan bahwa dia itu tidak percaya apa yang dikatakan Rasulullah. Dalam shahih Bukhari halaman 111 dan shahih Muslim halaman 12, 14 dikatakan bahwa Umar berkata> Aku tidak mengesyaki kenabian Muhammad saw seperti syakku pada hari Hudaibiyah. Kata-kata Umar tersebut menunjukkan bahwa dia senantiasa mengesyaki kenabian Nabi Muhammad saw tetapi syaknya pada hari Hudaibiyah adalah lebih banyaklagi daripada syak-syak sebelumnya.

Wahai Ustaz Ahmad Sudirman, adakah orang yang mengesyaki Rasulullah seperti itu masih dikira orang mukmin? Wahai Ustaz Ahmad Sudirman adakah hak Umar untuk menghambat Rasulullah daripada menbulis wasiatnya? Bukankah setiap muslim dianjurkan untuk berwasiat manakala dirasakan sudah dekat ajalnya? Lantas Nabi yang mengajarkan kita agama mulia itu, apakah tidak opantas untuk berwasiat? Disaat yang lain, Umar juga menentang Rasulullah ketika hendak menulis wasiat dikatilnya (baca Shahih Bukhari jil.2 dan 5 Hal. 75; Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 1 hal. 355; jil. 5 hal. 116; Tarikh Thabari jil. 3 hal. 193; Tarikh Ibnu Atsir Jil. 2 hal. 320.).

Umar dan Abubakar meneruskan pernentangannya terhadap Rasulullah ketika beliau mengangkat Usamah sebagai Komandan pasukan perang. Tokoh-tokoh Muhajirin dan Anshar seperti Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan sahabat-sahabat besar lainnya diperintahkan untuk berada di bawah pasukan Usamah ini. Sebagian mereka mencela pengangkatan Usamah. Mereka berkata, "Bagaimana Nabi bisa menunjuk seorang anak muda yang belum tumbuh janggut sebagai komandan pasukan kami?" Wahai Ustaz Ahmad Sudirman apakah Umar cs lebih tau daripada Rasulullah sendiri? Dapatkan pertanyaan seperti itu dibenarkan? Apakah disini juga anda hendak mengatakan bahwa itu sekedar pertanyaan saja sebagaimana anda membelanya dalam kejadian Hudaibiyah?

Allah berfirman: "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata." (QS. Al Ahzab: 36). Sebelum itu mereka juga pernah mencela pengangkatan ayahnya oleh Nabi. Sedemikian rupa mereka memprotes Nabi saww sampai beliau marah sekali. Dengan kepalanya yang terikat karena deman panas yang dideritanya, Nabi keluar dipapah oleh dua orang dalam keadaan dua kakinya yang terseret-seret menyentuh bumi. Nabi naik ke atas mimbar, memuji Allah dan bertahmid padaNya. Sabdanya: "Wahai muslimin, apa gerangan kata-kata sebagian di antara kalian yang telah sampai ke telingaku berkenaan dengan pengangkatanku Usamah sebagai pemimpin. Demi Allah, jika kamu kini mengecam pengangkatannya; sungguh hal itu sama seperti dahulu kamu telah mengecam pengangkatanku terhadap ayahnya sebagai pemimpin. Demi Allah, sesungguhnya ia amat layak memegang jabatan kepemimpinan itu. Begitu juga puteranya setelah ia sungguh amat layak untuk itu." (Thabaqat Ibnu Sa'ad jil.2 hal.l90; Tarikh Ibnu Atsir Jil. 2 hal. 317; Sirah al-Halabiyah jil. 3 hal. 207;Tarikh Thabari jil. 3 hal 226.)

Wahai Ustaz Ahmad Sudirman apakah hendak anda belajuga Umar dan Abubakar itu kendatipun seringkali memperlihatkan penentangannya? Ketika Abubakar dan Umar memaksakan Imam Ali untuk berbai'at kepadanya, Fatimah berkata kepada Abu Bakar dan Umar seperti ini: "Aku minta persaksian dari Allah kepada kalian berdua, apakah kalian tidak mendengar Rasulullah bersabda, 'Keredhaan Fatimah adalah keredhaanku dan kemarahan Fatimah adalah kemarahanku. Siapa yang mencintai puteriku Fatimah, maka dia telah mencintaiku, siapa yang membuat Fatimah rela maka dia telah membuatku rela, siapa yang membuat Fatimah marah maka dia telah membuatku marah.' 'Ya, kami telah mendengarnya dari Rasulullah.' Jawab mereka berdua. Lalu Fatimah berkata lagi, 'Sungguh, aku minta persaksian Allah dan para malaikat-Nya bahwa kalian berdua telah membuatku marah dan tidak rela. Jika kelak aku berjumpa dengan Rasulullah maka pasti akan kusampaikan keluhanku ini kepadanya'." (Al-Imamah was Siyasah jil.l hal. 20; Fadak Oleh Muhammad Baqir Sadr hal. 92.)

Bukti penentangan Abubakar kepada Fatimah Az Zahara yang juga merupakan penentangan kepada Rasulullah sendiri dapat dilihat ketika beliau berkata: "Demi Allah, aku akan mohonkan keburukanmu di dalam setiap doa yang kupanjatkan seusai shalat." Kemudian Abu Bakar menangis dan berkatat: "Aku tidak perlu pada bai'at kalian; lepaskan aku dari bai'at kalian." (Tarikh al-Khulafa' Oleh Ibnu Qutaibah jil. 1 hal. 20) Wahai Ustaz Ahmad Sudirman, demikian banyak kesalahan yang dilakukan Umar dan Abubakar terhadap Rasulullah yang menyebabkan mereka merintih ketika sakratul maut, masihkah anda hendak membelanya secara membabi buta? Tolong tunjukkan saya pribadi mana selain Abubakar, Umar, Abu Ubaidah, Salim dan Muad bin Jabal yang demikian menyesal ketika mengalami sakratul maut. Sementara Allah berfirman: "Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada kekhawatiran terhadap mereka dan tiada (pula) mereka bersedih hati; (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (kehidupan) di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (QS: Yunus: 62, 63, 64).

Coba anda renungkan ayat Allah selanjutnya: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami adalah Allah' kemudian mereka teguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) sorga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'" (QS. Al Fushilat: 30, 31,32).

Jelaslah disini bahwa Abubakar, Umar, Abu Ubaidah, Salim dan Muad bin Jabal tidak termasuk orang yang teguh pendirian sebagaimana dinyatakan dalam surah Al Fushilat, apalagi dalam suarah Yunus ayat 62, 63, 64. Masihkan anda ingin mencari-cari alasan yang tidak masuk akal? Untuk menambah keterangannya silakan baca kitab Sulaim bin Qayis halaman 114 s/d 117. Ini sebagian dari halaman yang saya maksudkan: Abban berkata: Sulaim berkata: Aku telah memberitahu Muhammad bin Abubakar tentang hadist Ibn Ghunim (Ibn Abd al Birr, al-Istiab,ii, hal. 402) semuanya tentang kematian Muad bin Jabal. Dia berkata kepadaku : Rahasiakan perkara ini sebab ayahku juga (Abubakar) ketika matinya telah berkata seperti kata-kata mereka. Aisyah berkata: Sesungguhnya ayahku telah meracau. Muhammad bin Abubakar berkata: Aku telah berjumpa Abdullah bin Umar, maka aku memberitahukannya apa yang dikatakan oleh ayahku ketika kematiannya. Maka Abdullah berkata: Rahasiakanlah perkara ini. Demi Tuhan ayahku (Umar) telah berkata sebagaimana ayah anda berkata, tidak lebih dan tidak kurang. Kemudian Abdullah bin Umar khawatir aku akan memberitahukan Imam Ali as mengenainya, sebab dia mengetahui akan kasihku kepadanya, lalu berkata: Sesungguhnya ayahku telah meracau. Ketika aku mendatangi Imam Ali as, aku memberitahunya apa yang aku dengar dari ayahku dan apa yang diberitahukan Abdullah bin Umar kepadaku. Amirul Muminin Ali as berkata: Orang yang lebih benar daripada anda dan Ibnu Umar telah memberitahuku tentang ayahnya, ayah anda, Abu Ubaidah, Salim dan Muad. Aku bertanya: Siapakah orangnya? Beliau berkata: Ada orang yang telah memberitahukanku. Dia berkata: Aku telah mengetahui apa yang dimaksudkannya, maka aku berkata: Anda memang benar wahai Amirul Muminin. Aku telah mengira ada orang yang telah memberitahukan anda. Tidak ada seorangpun yang menyaksikan ayahku berkata demikian selain daripadaku. Sulaim berkata: Aku berkata kjepada Abdul Rahman bin Ghunim: Muad telah mati disebabkan oleh penyakit Taun sebagaimana berlaku kepada Abu Ubaidah bin Jarrah. Dia berkata Disebabkan oleh bisul. Aku berjumpa dengan Muhammad bin Abubakar dan berkata: Adakah mereka berdua telah menyaksikan kematian ayah anda selain daripada saudara anda Abdurrahman, Aisyah dan Umar. Adakah mereka mendengar daripadanya apa yang telah anda mendengarnya? Dia berkata mereka telah mendengar daripadanya, lalu mereka menangis dan berkata: Dia sedang meracau. Aku tidak mendengar kesemuanya. Aku berkata: Apakah yang telah didengar oleh mereka daripadanya? Mereka berkata: Dia telah menyeru dengan Neraka Wail dan kecelakaan, maka Umar berkata kepadanya: Wahai khalifah Rasulullah! Kenapa anda menyeru dengan Neraka Wail dan kecelakaan? Abubakar berkata: Ini Muhammad dan Ali sedang memberi khabar gembira kepadaku dengan Neraka. Di tangannya Sahifah dimana kami telah memeterai perjanjian ke atasnya di hadapan Kabah seraya berkata: Anda telah melaksanakannya, lantas anda dan sahabat anda menentang wali Allah. Maka bergembiralah dengan api Neraka yang terkebawah.

Bukhari meriwayatkan dalam Bab Manaqib Qarabah Rasulillah (Keistimewaan Kerabat Nabi) bahwa Rasulullah saww bersabda:"Fatimah adalah belahan nyawaku, siapa yang membuatnya marah maka dia telah membuatku marah." Dalam Bab Ghazwah Khaibar, "dari Aisyah (yang berkata) bahwa Fatimah putri Nabi, suatu hari mengutus seseorang menghadap Abu Bakar untuk meminta hak pusakanya yang diwarisinya dari ayahandanya. Abu Bakar enggan memberikannya kepada Fatimah walau sedikit pun. Fatimah sangat marah kepada Abu Bakar, lalu ditinggalkannya dan tidak diajaknya berbicara sampai beliau wafat." (Shahih Bukhori jil. 3 hal. 39) Dalam kesempatan ini juga perlu kiranya kita kemukakan hadist Nabi berkenaan Imam Ali walaupun tidak diterima oleh orang-orang yang sesat: "Cinta kepada Ali adalah (tanda) iman dan benci kepadanya adalah (tanda) nifak."? (Shahih Muslim jil. 1 hal. 48) Bahkan sebagian sahabat berkata, "Kami kenal orang-orang munafik karena sikap benci mereka pada Imam Ali." Demikianlah para pembaca sekalian semoga Allah memberi hidayah kepada kita sekalian sehingga tidak mengalami nasib yang sial ketika menghadapi sakratul maut sebagaimana dialami Abubakar dan Umar cs. Aamin ya Rabbal alamain,-

Billahi fi sabililhaq
Muhammad Al Qubra
ACHEH - SUMATRA


http://ismail-asso.blogspot.com

Tidak ada komentar: