Bismillaahirrahmaanirrahiim
KECUALI NAMA ZAID BIN HARISAH
Persoalannya Allah hendak merobah adat kebiasaan Orang Arab yang tidak benar menurut Allah sendiri. Zaid berkali-kali mengadu pada Rasulullah bahwa Zainab yang cantik itu tidak menyukainya dan menganggap remeh kepadanya. Rasulullah sebagai ayah angkat Zaid yang mengawinkannya dengan Zainab berkali-kali juga mengatakan kepada Zaid agar menahan isterinya untuk tidak menceraikannya. Ternyata Allah menyuruh Rasulullah untuk mengawini Zainab. Hal ini untuk merobah adat orang Arab yang tidak benar menurut Allah, dimana anak angkat tidak sama dengan anak kandung sendiri. Allah juga memberitahukan pada Rasulullah agar orang lain tidak memanggil Zaid bin Muhammad tapi menggunakan nama orang tuanya sendiri dibelakangnya, yaitu Zaid bin Harisah.
Ketika ada pihak yang munafiq diantara para sahabat mengejek Nabi Muhammad: ”Zaid, Rasulullah mengawini bekas Isterimu”. Allah menebus ejekan mereka dengan mencantumkan hanya nama Zaid saja dalam Qur-an, satu-satunya diantara para sahabat serta memberitahu kan bahwa Allah sendiri yang menyuruh RasulNya demi merobah hukum jahiliah yang tidak membenarkan kawin dengan bekas isteri anak angkatnya, disebabkan anggapan mereka sama dengan anak kandung sendiri.
Jadi nama orang lain tidak ada dalam Qur-an kecuali sebutan ”hua” ,”hia”, ”huma”, ”hum” dan sebagainya. Nama Aisyah juga tidak ada kecuali sebuatan ”hia” dalam surah an Nur
Saya heran melihat persoalan yang kamu angkat ke medan internet ini. Apa tujuankamu yang sesungguhnya. Sepertinya kamu ingin mendiskreditkan wanita yang termasuk dalam 4 terbaik dunia untuk tujuan menaikkan orang lain yang sungguh tidak patut sama sekali. Prediksi saya ini berdasarkan perkataan kamu selanjutnya: "Ah, mungkin nama istri Nabi memang tidak pantas disebut dalam Al Qur'an."
Jika demikian alasan kamu, saya balik bertanya: Apakah nama orang-orang terdhalim seperti Qabil, Namrut, Fir'aun, Abu Lahab dan lain-lain pantas disebut dalam Al Qur-an? Dapatkah di gunakan sebagai argumentasi yang logis bahwa baik buruknya seseorang tergantung kepada adanya nama orang tersebut didalam Al Qur-an? Masya Allah betapa lugunya kalian।Selanjutnya kamu juga menulis: "Atau memang patutkah nama janda tua yang malang itu tidak disebut dalam Al Qur'an karena ia telah berkalang tanah pada masa kejayaan Muhammad?"
Masya Allah, lagi-lagi kamu demikian dha'if cara berfikir. Begitu tegakah kamu mengatakan malang kepada orang perempuan yang terbaik di dunia ? Lalu kamu katakan lagi dia telah berkalang tanah. begitu tegakah kamu menghinanya ? Siapakah kamu sebetulnya ? Manusiakah atau "basyar".
Manusia yang terbaik didunia adalah Nabi Muhammad saww. Tak ada seorang perempuanpun dijamannya yang setara dengannya. Muhammad dan Khadijah adalah pasangan yang paling ideal diantara pasangan para Rasul, sebagaimana paling idealnya pasangan Imam Ali dan Fatimah Az Zahara dikalangan non Nabi.
Ketika Rasulullah mendapat wahyu pertama di Gua Hirak, beliau me3ngalami kondisi yang paling menakutkan bagaikan ketakutan seorang anak Acheh dimana orang tuanya ditembak sampai mati didepan matanya oleh serigala-serigala haus darah (baca TNI/POLRI). Dalam keadaan menggigil meminta Khadijah isteri tersayangnya untuk menjelimutinya:"Zambiluni-zambiluni ya Khadijah"
Khadijah seorang isteri yang sangat ideal, mampu bertindak sebagai "orang tua" ketika suaminya dalam kondisi sebagai "anak-anak"।Berbicara soal bebenaran adalah berbicara soal kemutlakan benarnya Al Qur-an. Kemutlakan kebenaran Al Qur-an adalah kemutlakan kebenaran Allah Pencipta Alam dan seluruh isinya termasuk kamu hai Xyzman Adam.
Disisi Allah baik buruknya seseorang tidaklah tergantung pada janda tidaknya. Kendatipun Khadijah seorang janda ketika itu, namun tak seorangpun yang lebih baik daripadanya untuk dianugerahkan Allah kepada Nabi Muhammad sebagai isteri yang sepadan. Khadijah sendiri mengakui besarnya nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepadanya melalui Rasulullah. Dan Rasulullahpun tak pernah memadukannya. Dengan kata lain Rasulullah baru berpoligami setelah wafatnya Siti Khadijah ra.
Hal seperti itu juga dapat dipahami oleh orang-orang yang mampu berfikir mengapa Imam Ali bin Abi Thalib juga tidak pernah memadukan Fatimah Az Zahara disebabkan memang pasangan ter ideal diantara pasangan-pasangan manusia ideal kala itu. Bukan hendak mempertahankan untuk tidak mengumpulkan harta sebagaimana di utarakan seseorang melalui milis ini.
Ketika Fatimah Az Zahara dikawinkan Ayahandanya Rasulullah saww dengan Imam Ali, kebanyakan masyarakat sekelilingnya mengatakan kepada Fatimah bahwa dia dikawinkan ayahnya dengan orang miskin (Imam Ali). Ketika Fatimah mengadukan hal tersebut kepada Ayahnya. Rasulullah menjawab: "Fatimah, anakku ! Sebelum engkau kukawinkan dengan Ali, lebih duluan Allah mengawinkan engkau dengannya. Fatimah ! Percayalah kepadaku bahwa tak ada seorang pemudapun yang cocok untuk pasanganmu selain Ali Bin Abi Thalib -- kendatipun dikumpulkan manusia seluruhnya.
Pertanyaan Fatimah kepada Ayahnya bukanlah suatu protes. Namun merupakan sebagai hujjah kepada orang ramai kapan saja dan dimanapun tentang idealnya pasangan mereka. Ketka Imam Ali pulang dari hampir semua peperangan, beliau mengatakan kepada Fatimah: "Fatimah kekasihku! Aku tidak membawa apa-apa kepadamu hari ini kecuali pedang yang berdarah ini. Cucilah ia bersama pedang Rasulullah, kami akan pergi lagi besok" Fatimah menjawab dengan bangganya:"Alhamdulillah, semoga kita senantiasa mendapat lindungn Nya.
Itu baru satu hal dari idealnya pasangan itu yang saya kemukakan dimilis ini.Mungkin kalau ada seorang lelaki dijaman kita ini mengucapkan kata serupa kepada isterinya, jawabannya adalah: "Njan njeng na neuteupeue puwoe urumoh, neucok neugeulawa ucong pucok trieng leumiek keudeh". ( Hanya itu yang dapat kamu bawa pulang, kau lempar saja kepucuk rumpun bambu itu)
Adapun Asiah rasanya perlu juga kita kemukakan walau selayang pandang tentang keutamaannya, apa realitanya yang membuat dia tergolong dalam 4 wanita terbaik di dunia. Pertama sekali saya nak jelaskan di milis ini bahwa realitanya ada pasangan yang ideal sebagaimana pasangan Rasulullah dengan Khadijah dan pasangan Imam 'Ali dengan Fatimah Az Zahara. Ada juga pasangan yang tidak ideal, bahkan sangat kotra versi sebagaimana pasangan Asiah dengan Fir'aun atau pasangan Nabi Nuh as.
Kecermelangan Asiah terletak pada realitanya dimana Nabi Musa dapat dia selamatkan dari kekejaman dan kedhaliman suaminya (Fir'aun), sementara dijamannya itu semua bayi lelaki dibunuh berdasarkan info dari ahli nujum Fir'aun akan lahir seorang lelaki yang kelak akan meluluhlantakkan singgasananya.
Terahir sekali saya juga nak kemukakan sedikit tentang keberadaan Siti Maryam, manusia yang di munculkan Allah kepermukaan bumi ini untuk mengundang manusia agar ber afala ta'qilun dan afala yatazakkarun, dimana ada makhluk yang dijadikan Allah tanpa ibu dan Ayah (Adam dan Hawa)Tongkat nabi Musa yang dapat menjadi ular dan unta nabi Shaleh. Ada manusia yang punya ibu tanpa Ayah (Nabi 'Isa bin Maryam).
Hal ini diperlukan sebagai argumentasi kepada orang-orang yang suka membantah Allah dimana mereka mengatakan bahwa manusia itu diproduksikan oleh ibu dan ayahnya,dengan menafikan keberadaan Allah sebagai Khaliqnya. Hal ini juga diperlukan untuk memberikan sinyal kepada manusia agar brfikir tentang proses penciptaan Nabi Adam dan Siti Hawa lebih menjelimet daripada proses penciptaan Nabi 'Isa bin Maryam itu sendiri.
Jadi realita kebaikan Siti Maryam terletak pada anugerah Allah melalui dia lahirnya Nabi 'isa as tanpa suami sebagaimana lazimnya proses penciptaan manusia yang lain.
Saya kira cukup sekian saja mudahmudahan mendapat redhaNya, amin
Billahi fi sabililhaq
Muhammad Al Qubra
ACHEH -SUMATRA
-----------------------
Xyzman Adam
skrev:
Well, beberapa bulan ini saya sudah mempergunakan cara baru dalam menelaahi ayat-ayat Al Qur'an, yaitu dengan mengklik. Sebelumnya saya masih mempergunakan cara ribet, dengan
meletakkan Al Qur'an di pangkuan saya, lalu membacanya sembari menulis email.
Namun demikian, AL Qur'an berbentuk kitab yang saya memiliki berbagai kenangan bagi saya.
Al Qur'an itu saya beli dulu sewaktu SMA, dengan penuh keimanan, pada tanggal 17 Ramadhan tepat. Berbulan-bulan saya menabung untuk membeli Al Qur'an tersebut. Sampai sekarang masih bagus dan awet, sampul kulitnya masih mulus.
Sekali-sekali orang tua saya terbang dari kampung, dan mereka selalu membaca Al Qur'an kebanggaan saya itu dengan rasa bangga pula.
Walaupun saya udah jarang shalat berjamaah dengan mereka akhir-akhir ini, namun mereka menyadari itu semata-mata karena kesibukan saya.
Well, sejak mulai mempergunakan Al Qur'an Digital tersebut, saya mulai mencoba mengetikkan beberapa kata dan mengklik "search"?
Lalu teringat oleh saya suatu kata: Khadijah. Saya ketik: Khadijah, no result found. Siti Khadijah, no result. Khadijjah, no result. Sitti Khadijjah, no result! Ah, mungkin nama istri Nabi memang tidak pantas disebut dalam Al Qur'an.
Lalu saya coba ketik: "aisyah". Ternyata ada beberapa ayat yang menyinggung Aisyah,
istri muda kesayangan Nabi. Syahdan, Al Qur'an menepis gosip yang beredar di seantero Mekah waktu itu, bahwa Aisyah telah berselingkuh dengan Shafwan.
Termenung-menung saya memikirkan.
Perkara perselingkuhan Aisyah saja dibela oleh Al Qur'an, namun istri pertama Muhammad, yang telah membantu dia di masa-masa sulit, memberi sokongan dana, membesarkan hatinya ketika ia menerima wahyu pertama dan ketakutan setengah mati pada Jibril, namanya TIDAK disebut dalam Al Qur'an!
Atau memang patutkah nama janda tua yang malang itu tidak disebut dalam Al Qur'an karena ia telah berkalang tanah pada masa kejayaan Muhammad?
Wallahua'lam bissawab.
Hanya Allah yang bisa menjawab (katanya sih)...
Regards,
Xyz
ateis@yahoogroups.com
http://groups.yahoo.com/group/ateis
----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar