By : Ismail Asso*
A. Pendahuluan
Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILUKADA) atau pemilihan Gubernur Propinsi Papua tahun 2011-2016 ramai dikampanyekan para calon melalui media cetak-elektronik maupun ditempat terbuka dalam berbagai kesempatan acara. Kampanye terselubung maupun sosialisasi diri terang-terangan para calon dengan berbagai manuver dan trategi pendekatan kandidat sudah mulai ramai dilakukan akhir-akhir ini.
PEMILUKADA sebagai pesta demokrasi rakyat Papua karena itu idealnya ditentukan bukan siapa banyak uang tapi didasarkan oleh program calon serta visi-misi mereka agar bagaimana rakyat Papua kedepan hendak dibawa kemana menjadi pilihan. Keputusan MK Pemilihan langsung oleh rakyat berimplikasi pada bagaimana strategi kampanye para calon dengan tawaran program konkrit dan kebutuhan mendasar rakyat tentu saja jadi priorias utama kampanye semua calon.
Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), tidak sebagaimana diharapkan Parlement Papua beberapa waktu lalu yang menginginkan agar mekanisme Pemilihan Kepala Daerah oleh DPRD. Keinginan itu diwujudkan dengan deklarasi bersama tetua adat Papua yang hadir kebanyakan Kepala Suku dari Pegunungan Tengah Papua agar Pemilukada dilakukan melalui mekanisme pemilihan oleh DPRD Papua. Namun diluar harapan MK memutuskan lain dan menetapkan bahwa Pemilukada Papua-Papua Barat tetap melalui mekanisme pemilihan langsung oleh rakyat.
“Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur oleh DPR Papua sebagaiman diatur dalam pasal 7 ayat 1 huruf a UU 21/2001 tidak memenuhi kriteria kekhususan atau keistimewaanya yangng melekat pada daerah yang bersangkutan,” kata Hamdan Zoelva.( http://us.mc1207.mail.yahoo.com/mc/welcome?)”.
Ini berarti system pemilihan langsung oleh rakyat tetap dipertahankan. Walaupun ada sisi negative dari system ini adalah kekhawatiran praktek tidak wajar. KPUD tiap Kabupaten rawan, karena potensial transaksi jual-beli suara rakyat sebagaimana pengalaman sebelumnya. Hal itu dapat terjadi ditingkat pengelola suara di daerah. Dampak lain biaya yang harus dikeluarkan calon tidak sedikit agar memenangkan Pemilukada pemilihan langsung rakyat.
ISLAM DAN KOTEKA SIMBOL PEMERSATU
Terlepas wacana mekanisme pemilihan langsung rakyat atau oleh DPRP. Namun yang paling essensial sehingga harus menjadi perhatian penting dari semua proses itu adalah kemenangan. Bagi semua calon kemenangan maha penting dan itu adalah tujuan utama dari semua proses itu. Namun kemenangan yang diharapkan sulit diraih jika para calon dan tim sukses salah perhitungan dan tidak cerdas menganalisis peta kekuatan. Pemilukada Papua yang harus dihitung ada dua kekuatan kelompok sosial yakni; pertama kelompok masyarakat urban kota yang mayoritas beragama Islam dan kedua; suara Rakyat Pegunungan Tengah Papua (PTP) yang dikenal solid dan militant akan jadi main streem.
Calon Gubernur (CAGUB) siapapun karenanya jangan mengabaikan potensi suara mayoritas itu. Analisa mutakhir suara PTP tidak akan pecah menentukan kepemimpinan Papua kedepan. Siapapun CAGUB karenanya harus merangkul dua kelompok social dominant ini dapat dipastikan kemenangan akan diberikan oleh kedua kelompok social ini. Semua analis sosial politik Papua memprediksikan CAWAGUB (Calon Wakil Gubernur) refresentasi Umat Islam Papua menjadi primadona bagi semua calon kandidat Gubernur Papua mendatang.
Entah siapapun calon sebagai orang ke-1 Papua dan latar belakang social cultur Papua (baca: Pesisir-Gunung) manapun para calon Gubernur Propinsi Papua, ada satu realitas (kenyataan) yang sulit dinafikan semua calon adalah bahwa orang ke-2 (Calon Wakil Gubernur) dari Muslim Papua sangat menjajikan pasangan ideal bukan saja jaminan kebutuhan demokrasi modern masa kini tapi juga jaminan kemenangan dan kesuksesan kepemimpinan Papua yang paling ideal kedepan.
Alasannya karena pertama, suara umat Islam urban sangat significant diperkotaan Papua, oleh sebab itu tidak bisa dipungkiri semua calon, sehingga siapapun kandidat Gubernur Papua sebagai orang ke-1 tidak bisa tidak mengabaikan fakta itu begitu saja, malah kalau bukan, Calon Wakil Gubernur berlatar belakang Muslim Papua justeru akan menjadi penentu kemenangan PEMILUKADA Papua. Muslim Urban Papua dianggap pemegang kartu AS sulit dipungkuri semua kandidat calon Gubernur manapun.
Cagub-Cawagub Otsus Papua harus orang Asli Papua sulit dipungkiri siapapun calon Gubernur adalah significansi suara Umat Islam urban Papua yang memiliki hak pilih. Oleh sebab itu CAWAGUB asal MUSLIM Papua sebagai refresentasi umat islam Papua akan menjadi “Primadona” ibarat bunga desa, maka dengan sendirinya akan menjadi rebutan semua kandidat calon Gubernur Papua tahun 2011-2016, jika ingin keluar jadi pemenang PEMILUKADA PAPUA 2011-2016 nanti.
Suara Umat Islam Papua sangat besar dan kebesaran suara muslim Papua itu menyamai dan sebanding dengan suara Rakyat Papua asal Pegunungan Tengah Papua (PTP), yang memang secara tradisional diketahui melalui data laporan populasi penduduk terbesar Papua berdasarkan penelitian BPS dikenal selama ini bukan saja adalah mayoritas militant, kompak dan solid, namun ada hal lain bahwa dependensi Otsus Papua ke Pusat lebih bisa masuk akal ada “kemudahan komunikasi indah” bila pasangan Calon Gubernur dari Gunung bersanding dengan Calon Wakil Gubernur dari Muslim Papua.
Suara Islam Papua dan Masyarakat Pegunungan Tengah Papua bila disatukan dalam satu paket calon Gubernur-Wakil Gubernur Papua untuk dimajukan dalam Pemilukada maka dipastikan keluar sebagai pemenang jika pemilihan murni tanpa ada kecurangan karena kedua kelompok masyarakat ini menempati populasi jumlah penduduk Provinsi Papua berdasarkan hitungan statistic sangat menentukan kemengangan. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua bila disandingkan menjadi pasangan “MUSLIM-KOTEKA” adalah paling ideal kedepan karena posisinya sangat trategis.
Wajar jika Cawagub Muslim Papua dan Cagub asal PTP berpasangan untuk kepemimpian Papua 2011-2016 maka pasangan itu akan menjadi pasangan paling ideal dalam konstelasi social politik Papua kontemporer. Pasangan MUSLIM-KOTEKA akan menjadi PRIMADONA bagi semua pemilih karena membawa missi integrasi dua kelompok social selama ini paling sulit terintegrasi selama Papua masuk dalam NKRI. Karena itu Cawagub “MUSLIM-KOTEKA”, bagai bunga desa yang menjadikan semua Cagub-Cawagub menjadi dream team (tim impian) perubahan Papua kedepan lebih integrative. Maka Cawagub Muslim Papua paling popular para kandidat calon Gubernur Papua dan akan rebutan perpasangan dengannya.
Oleh sebab itu sudah saatnya konsolidasi diinternal kedua kelompok social ini maka pasti paling menentukan kepemimpinan Papua kedepan. Partai Politik berbasis Massa Islam dan Ormas Islam secara internal disatu pihak guna menjaga keutuhan suara Umat Islam Papua dibawah bendera Panji ISLAM dan konsolidasi sama juga jika harus dilakukan untuk menjaga keutuhan Suara Masyarakat Pegunungan Tengah Papua (PTP) dengan semangat satu KOTEKA, lalu disatupadukan menjadi pasangan “MUSLIM-KOTEKA”, maka akan menjadi pasangan ideal par exelance kepemimpinan Papua kedepan paling menentukan.
Terlepas dari hasil survey beberapa waktu lalu yang menempatkan Barnabas Suebu calon incambace menempati urutan pertama calon Gubernur Propinsi Papua, satu hal yang luput- karena itu tidak bisa begitu saja diabaikan para analis social politik Papua- dari penelitian itu adalah calon kandidat Gubernur asal Pegunungan tengah Papua (PTP) bahwa secara sosiologis selama ini diketahui bahwa populasi dan hasil analisis sosiologis lainnya sesungguhnya calon paling significant dan yang paling menentukan pemenang Gubernur Papua periode 2011-2016 adalah calon Guberbur asal PTP, lepas dari siapapun orangnya.
Dari sejumlah kandidat yang sudah muncul melalui kampanye gelar poster dan spanduk dijalan-jalan utama kota dan sudut kota seluruh Papua, menempatkan beberapa kandidat kuat menunjukkan kekuatan uang bermain disana. Terlihat baru beberapa orang yakni Habel Melkias Suae dan Klemen Tinal yang terpopuler saat ini. Alex Hesegem (Wakil Gubernur Papua) dan Barnabas Suebu Gubernur Papua aktif rasanya tidak perlu kampanye lagi atau karena terbentur aturan larangan kampanye karena pejabat aktif. Namun tidak salah juga bahwa mereka yang terlanjur dikenal public itu juga telah resmi mendaftarkan diri di KPUD Propinsi Calon Gubernur Papua. Banyak calon belum memulai star kampanye namun sudah diperkirakan akan ambil bagian dalam pesta demokrasi Rakyat papua paling menentukan ini adalah beberapa nama refresentasi PTP diantaranya Lukas Enembe (kini Bupati Punjak Jaya) dan Welinton Wenda.
Dari sisi Partai GOLKAR banyak kader adalah persoalan lain internal Partai diantara siapa yang akan direkomendasikan dari sekian banyak kadernya yang unggul diatas rata-rata itu yang kini tersebar diberbagai jajaran elit pejabat public Papua adalah persoalan yang diangkat beberapa media local tentang siapa yang didukung Ketua Umum GOLKAR pusat untuk dimajukan menjadi Gubernur Propinsi Papua mendatang. Diantara kader GOLKAR itu ada John Ibo (Ketua DPRD Papua), Alex Hesegem, Paskalis Kosay (Anggota DPR RI pusat) dan jangan lupa bahwa Barnabas Suebu sekalipun jadi Gubernur pemenang saat ini didorong PDIP.
Barnabas Suebu SH jadi Gubernur dulu di dorong dan dimajukan oleh PDIP namun secara cultural Kaka Bas (sapaan akrab Barnabas Suebu) kita mafhum bersama adalah kader GOLKAR par exelance era Orde Baru tatkala dia meniti karir politik pertama dari ketua KNPI Papua kala itu kemudian menjadi Gubernur termuda Indonesia pada usia 30 tahun tidak lain adalah kader GOLKAR. Bahkan dalam survey terakhir, terlepas survey sponshorshif atau bukan, namun nama Kaka Bas Pulang kampong nomor urut pertama terpopuler calon Gubernur Papua 2001-2016, demikian hasil polling lain menunjukkan hasil sama.
Partai berkuasa dipusat saat ini adalah Partai Demokrat, tentu mesin politik di Papua belum sekuat yang dimiliki Partai Golkar dan PDIP namun politik prakmatisme uang dan intervensi kekuasaan pusat sangat berpengaruh penentu kemenangan dengan berbagai intrik dan intervensi kadernya dalam pertarungan PEMILUKADA Papua berhadapan dengan Parpol lain seperti PDIP dan gabungan Partai kecil lainnya. Periode lalu Demokrat mengusung Lukas Enembe berpasangan dengan wakil Muslim Papua (Arobi Aituaraw) adalah pasangan paling popular kala itu walaupun terakhir tersungkur kalah oleh pasangan Kaka Bas-Alex Hesegem karena ada factor X dalam penghitungan suara dengan selisih sangat tipis.
Peran strategis Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah (FKMPT)
FKMPT sebagai Ormas Islam pertama dan paling utama pribumi Islam asal pegunungan tengah Papua, maka FKMPT posisinya sangat unik diantara dua kekuatan massa besar populasi penduduk Propinsi Papua. Disisi lain FKMPT secara cultural adalah bagian tak terpisahkan dari budaya Pegunungan Tengah Papua. Namun secara spiritual keagamaan FKMPT bagian tak terpisahkan dari muslim mayoritas Indonesia dan lebih khusus bagian tak terpisahkan dari masyarakat Islam Papua. Jika suara mayoritas Islam penduduk Propinsi Papua tidak punya hak dipilih tapi hanya punya hak memilih sesuai semangat UU Otsus Papua No 21, maka masuk akal bahwa cawagub Muslim Papua menjadi pilihan utama suara mayoritas masyarakat Islam Papua.
Disinilah peran dan fungsi strategis FKMPT diharapkan memainkan fungsi kedua kekuatan politik real Papua ini. Peran FKMPT dibutuhkan agar bagaimana cara dapat mengintegrasikan dua kutub itu menjadi sinergis, padu agar muncul satu kekuatan paling menentukan kepemimpinan Papua kedepan. Politik bukan seperti kalkulasi matematik yang hasilnya perhitungannya bisa selalu tepat dan akurat, namun politik adalah bagian dari ilmu sosial yang kepastian hitungan hasilnya tidak senantiasa tepat karena dimensi ilmu sosial yang wataknya sangat longgar.
Karena itu Calon Cawagub unsure Islam dari cultur Pegunungan tengah menjadi alternative yang harus dimunculkan. Walaupun semua pihak akan mengatakan bahwa cawagub harus dikenal public minimal cawagub muslim Papua harus popular dipublic Papua, namun sebagai organisasi kader FKMPT memiliki kader-kader terbaik tersebar di seluruh Indonesia dapat dimajukan menjadi orang ke 2, mengingat selain kader FKMPT tidak memungkinkan non Papua bisa maju jadi Cagub-Cawagub karena dibatasi aturan pemerintah pusat (baca UU Otsus dan MRP).
FKMPT sebagai organisasi kader sama dengan Partai Politik PKS. FKMPT sebagaimana Partai PKS, sanggup memunculkan kader-kader berkualitas diluar dari public figure muslim Papua dikenal selama ini dan sanggup mendongkrak perolehan suara pemilihan kepala daerah Papua. Karena itu FKMPT dalam posisi strategis dan perannya ditengah keunikan masyarakat Papua itu harus sanggup memunculkan kader-kader terbaiknya menjadi Cagub-Cawagub 2011-2016 mendatang. Maka dengan demikian diharapkan suara mayoritas Islam Papua dan masyarakat Pegunungan Tengah Papua tentunya akan dilarikan pada kandidat Gubernur yang berpasangan dengan “Muslim-Koteka”, Papua adalah jaminan kemenangan kepemimpinan Papua 2011-2016 kedepan.
*Ismail Asso adalah Ketua Umum Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah Papua (FKMPT), tinggal di Kampung Muslim Walesi, Angkasapura Jayapura Utara Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar