SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

10 November 2007

KEMERDEKAAN BERFIKIR

BERFIKIR RASIONAL

KESAN

Langsung saja, saya tawarkan kepada komunitas
papua, terutama mahasiswa/insan akademik Papua. Dari
pada putar-putar ditempat yang tidak menyelesaikan
masalah, padahal soalnya adalah pemekaran. Tapi
dalam diskusi yang sudah sering diamati selama ini,
kita orang Papua, kesan saya sangat kurang membaca
buku, atau juga tidak pernah membaca buku; terutama
ilmu logika, filsafat, atau ilmu sosial lainnya.

Akibatnya dalam diskusi kita berebut, tahu
menasehati, tapi tidak tahu, kalau nasehatnya itu
sangat rapuh, untuk tidak mengatakan tidak pantas,
karena argumentasinya selalu tidak logis dan tidak
solutif, sehingga buat masalah baru. Demikian yang
saya amati dari ketersinggungan saudara "West Papua
For Ever for me", karena menurut saudara wp-4ever4me
bahkan terlalu jauh melenceng sampai mengabaikan
etika komunikasi.

Kesan saya diskusi yang dibangun tidak berangkat
dari keteraturan logika yang tepat, akibatnya tidak
menyelesaikan masalah, malah menambah masalah,
akibat lebih jauh, hingga menjadi buruk, bahwa
argumentasi tanpa landasan ilmu logika yang tepat
akan menghasilkan kenyataan ini; terkesan kita
berputar-putar pada soal yang sesungguhnya bukan
esensi.

Hal ini disebabkan oleh karena kita sangat kurang
sekali memiliki keteraturan kerangka logika dalam
berwacana dalam argumentasi yang kita bangun kita
bangun. Sehingga akibatnya selain membias
kemana-mana sebagai akibat kerugian dari gaya
berfikir kita seperti itu, sehingga tidak
menyelesaikan tema diskusi yang kita bangun, tapi
sudah merembet kemana-mana dan masing-masing
berkutat pada masalah pinggiran yang bukan esensi.

Bahkan kuat diduga, kalau ini memang betul ada;
bahwa menasehati yang sesungguhnya tidak layak,
(padahal menurut saya: nasehat baikmu itu sebaiknya
disimpan saja, untuk anakmu kelak lebih bermanfaat
engkau nasehati daripada menasehati yang orang lain,
karena memang sesungguhnya tidak layak dinasehati,
begitu bukan?), menggurui, diri sendiri lebih benar.
Semua masalah ini disebabkan karena satu masalah
yang kurang dari diri kita sendiri yaitu cara
berfikir rasional.

PESAN DAN HARAPAN

Untuk memajukan cara berlogika baik, teratur,
sistematis, sehingga dalam membangun suatu
argumentasi dalam berdebat atau berdiskusi antar
sesama saudara kita, penting diperhatikan adalah
sajian argumentasi kita, apakah kita bangun diatas
mitos, dogma, atau irrasional adalah menunjukkan
kita masih belum tercerahkan.

Karena itu tips berikut ini sebagai resep dapat
dicoba minum tapi jangan sampai extace (mabuk) atau
meminjam istilah Bung ; Wimalom adalah "onani
pemikiran". Resep obat itu adalah membaca buku 1000
judul buku tentang ilmu logika, filsafat, sosial,
politik dan lain-lain.

Dalam satu minggu dapat dibaca 3 judul buku
misalnya filsafat Yunani, terus .... 3 judul lagi
minggu berikutnya, terus sampai satu bulan, satu
tahun kita sudah dapat membaca 200 judul atau
minimal 50 judul buku saja, saya yakin, cara diskusi
dan kerangka logika berfikir kita menjadi runut,
tertib, tepat akhirnya solutif, bukan putar-putar
jauh melenceng.

Saya yakin komunitas papua dalam milis ini semua
kalau ikuti saran ini, pasti semua akan menjadi
tercerahklan semua. Sehingga orang lain tidak
menganggap, orang Papua lemah dalam berfikir, tidak
kontenmplatif, dangkal dalam menganalisis dan lain
sebagainya. Dampak positifnya lansung adalah cara
berfikir kita menjadi rasional, tidak dogmatis,
mempertanyakan kembali kepercayaan pada Tuhan,
percaya pada hari kiamat, percaya pada sorga neraka.

Semua ini adalah irrasional yang kebenarannya
tidak dapat dibuktikan secara empirik. Ada Tuhan apa
tidak, sesungguhnya existensi Allah, sorga-neraka,
hari kiamat, malaikat, yang semua berdimensi
iman/dogma adalah sesungguhnya irrasional atau tidak
masuk akal. Maka menurut logika Tuhan itu ada apa
tidak? Dia ada, dimana? Dimana-mana.

Jawaban Haji, ustadz, pastor atau pendeta selalu
dan selamanya dari dulu hingga kita mati pada waktu
yang akan datang seorang agamawan yang
dogmatis-irrasional selalu dan selamnya akan
menjawab seperti itu terus-menerus. Sekarang
menggunakan kerangka ilmu logika kita mencari tahu
kebenaran ajaran/dogma ini. Apakah jawaban
Haji/Ulama, Ustadz, pendeta, pastor, logis apa
tidak?

NB : Mohon maaf, tapi saya kira ini bukan nasehat tapi advise/saran yang baik-baik
saja. Tapi silahkan lanjutkan berfikir pertanyaan terakhir diatas.

Tidak ada komentar: