SELURUH RAKYAT PAPUA HARUS BERSATU MENYONGSONG INI

  • 5

18 November 2008

HIDUP MULIA ATAU MATI HINA

Abunawas entah nama sebenarnya atau palsu tapi tulisannya lumayan bagus hanya bahasanya tidak langsung tapi putar-putar. Saya mau membantu menjelaskan apa yang mau dimaksudkannya. "Hidup Mulia atau Mati Mulia!" Sama dengan "Mati atau Merdeka!", bedanya ada pada kata dalam kalimat.

Merdeka atau mati inti sesungguhnya mengajak kita semua angkat senjata, perang melawan penjajah. Iadi Abunawas mau menagarahkan kita semua apara aktivis Papua Merdeka bahwa do'a dan air mata sudah kering tanpa membawa suatu hasil. Karena itu perjuangan dengan perlawana, apapun perlawan itu hasil ditempuh orang Papua.

Demikian saya inti paesan saudara Abunawas yang saya tabgkap dari tulisannya yang berjudul, "Mati atau Merdeka", di situs www. kabarpapua.com edisi 13 November 2008. Dia mengajak para pemimpin Papua agar merenung kembali, bagaimana baiknya jalan perjuangan Papua Merdeka itu sebaiknya ditempuh. Sebab keputusan para pemimpin Papua yang pada umumnya pemangku jabatan agama yang menghimbau agar mewujudkan "Papua Zona Damai", terbukti gagal!

Merdeka harus ditempuh dengan cara-cara damai. Ajakan ini intinya menurut Abunawas sama, pasrahkan nasib merdeka pada Tuhan. Kalau begitu maksudnya sama saja dengan menyerahkan diri dihabisi penjajah sebagai musuh (baca fenomena genosida, pengangkutan sumber daya alam dll), sementara kita orang Papua sendiri dilarang oleh PDP atau para pemimpin Papua sendiri agar membela mempertahankan diri tetap hidup.

Hal ini misalnya dipertanyakan dalam kalimat ini : " Kalau belum merdeka adakah ruang kedamaian bagi rakyat Papua yang tetap) terjajah?". Dengan kata lain dia mau pertanyakan ulang "Papua Zona Damai", apakah kita mau berpangku tangan agar Tuhan yang buat Papua Merdeka? Berarti maksudnya sama saja ajakan itu dengan berdo'a terus pada Tuhan dengan slogan "perjuangan Damai" atau "Papua zona Damai", kenyataannya membuat Papua terus tidak damai.

Apa yang mau di sampaikan Saudara Abunawas intinya adalah perjuangan menuju Papua merdeka, yang telah dimasuki selama 9 tahun pasca kongres ke-II PDP, mengamanatkan bahwa perjuangan Papua dengan cara damai, dan menghendaki agar Papua di jadikan zona damai sudah gagal total, sekali lagi; Perjuangan Damai atau slogan "Papua Zona Damai" sepenuhnya telah gagal total. Slogan itu hanya seperti anak kecil menangis agar diam kasih gula-gula oleh kakanya. Slogan Papua Zona Damai, tidak benar jadi Papua Zona damai atau merdeka tapi membuat kekacauan luar biasa dengan pengangkutan sumber daya alam dan pembunuhan manusia Papua lewat berbagai cara berlangsung dewasa ini.

Amanat kongres Papua II yang dibiayai Gus-Dur. Agenda utama eksponen Papua baik yang ada di luar maupun didalam PDP adalah hanya pelurusan sejarah. Berarti maksudnya ada harapan agar dialog dengan pemerintah NKRI dan itu bisa melibatkan pihak luar sebagai peninjau. Ternyata jalan dialog yang diharapkan PDP dan eksponen Pejuang Papua mendapati jalan buntu kini. Apa yang harus dilakukan? Abunawas bilang caranya bukan berdoa'a terus memohon terus menerus pada Tuhan. Tapi cari jalan lain. Mungkin dia mengajak Rakyat dan TPN/OPM angkat senjata melawan Penjajah.

Penulis disini tidak sepaham dengan Abunawas dengan slogannya itu, tapi mengusulkan perlawan tetap dengan jalan damai. Usulan kongkritnya adalah sbb :

1. Kembalikan Otsus Papua
2. Boikot Pemilu 2009
3. Referendum Ulang

Jika perjuangan damai gagal total dan Papua Zona Damai isinya hanya Kekacauan dan pembunuhan sistematis, bentuk perlawanan yang harus dilakukan tidak perlu dengan senjata tapi dengan membagi bunga pada TNI, Brimob dan Polri. Mereka kita kasih cinta, "kasih" damai, tidak mengajak perang.

Saran contructif saya kalau bisa para pemimpin agama, Pastor, Pendeta, muballigh, serentak mengajak umat turun dan kumpul bersama untuk berdoa dan mernyatakan pada internasional bahwa Papua menyatakan diri keluar dari NKRI, selesai. Caranya yang Kristen dan Katolik panggul Salib di tiap-tiap anggota Gereja, dan menjinjing Injil, dan yang muslim pakai kopiah, jilbab dan pegang Al-Qur'an. Kalau mati ada harapan Tuhan terima dan ditempatkan di sorganya.

Dengan ini kedepan yang harus dilakukan adalah dan itu momentumnya pada tanggal 1 Desember 2009, sebagai hari kemerdekaan bangsa Papua Barat, dimana pada saat itu Bintang Kejora dikibarkan dan Hai Tanahku Papua dinyanyikan adalah momentum tepat melakukan aksi demontrasi secara besar-besaran dan serentak diseluruh negeri Papua Barat. Para eksponen pejuang Papua, Bupati, gubernur, tokoh-tokoh agama, pemerintah dan semua orang Papua sebagai pemimpin mengamcil inisiatif melakukan aksi perlawan tanpa senjata dengan membagikan cinta kasih dan bunga pada TNI,POLIRI.

Dalam Merdeka
Kuseru Tuhan Engkau Hadir Disini
Ismail Asso


http://ismail-asso.blogspot.com

Tidak ada komentar: